Bentuk kubuslah yang membuat ia bernama Ka'bah. Allah, sebagaimana termaktub dalam QS Al Maidah ayat 97, menjadikannya rumah suci pusat (peribadatan dan urusan dunia) manusia.
Sejarawan, termasuk Dr. Muhammad Ilyas Abdul Ghani, menyatakan Ka'bah dibangun hingga 12 kali. Tarikh populer menyebutkan rumah suci ini pertama kali didirikan oleh malaikat. Baru kemudian oleh Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, kemudian oleh bangsa Quraisy pada masa jahiliyah - dan Muhammad turut andil membangunnya saat berumur 25 tahun.
Pembangunan terakhir adalah oleh Ibnu Zubair. Namun rekonstruksi terus terjadi, antara lain pada era pemerintahan Abdul Malik Marwan pada 74 Hijriyah (693 M). Rekosntruksi juga dilakukan pada masa Sultan Murad Khan pada 1039 Hijriyah setelah sebagian bangunan rusak akibat banjir.
Rumah suci inilah pusat thawaf jemaah haji dan umrah. Pada salah satu sudutnya, terdapat Hajar Aswad, batu hitam yang Rasulullah SAW pun selalu menyempatkan diri menyentuh dan menciumnya. Hajar Aswad, berdasarkan sabda Rasulullah, diturunkan dari surga dengan warna yang lebih putih daripada susu. Dosa-dosa keturunan Adam membuatnya menjadi hitam.
Muhammad berperan besar saat pembangunan oleh bangsa Quraisy di era jahiliyah. Saat itu, para kabilah berebut hak untuk meletakkan Hajar Aswad, Perselisihan terjadi sehingga pembangunan terhenti selama 4-5 hari. Kemudian diputuskan orang pertama yang memasuki tempat mereka berdialoglah yang akan meletakkan Hajar Aswad. Ternyata orang ini adalah Muhammad. "Ini adalah Al-Amin, kami ridha dengan Muhammad" kata mereka.
Lalu Muhammad menghamparkan sehelai kain dan meletakkan batu itu di atasnya, serta meminta setiap kabilah memegang ujung kain. Dan, serentak, mereka mengangkat Hajar Aswad dan menempatkannya di dekat sudut Ka'bah. Kemudian Muhammad meletakkan pada tempatnya.
Pada era Ibnu Zubair, Ka'bah dibangun seperti pada masa Nabi Ismail AS. Bangunan lebih panjang dan meliputi area yang saat ini disebut Hijr Ismail. Ibnu Zubair juga membuat dua pintu dan merendahkannya sehingga orang dapat dengan mudah masuk. Ia mendasarkan perbuatannya pada hadits yang menyatakan kaum Quraisy sengaja meninggikan pintu Ka'bah karena hendak membatasi orang-orang yang bisa masuk hanya orang-orang tertentu.
Hijr Ismail sebenarnya adalah bagian dari Ka'bah. Diriwayatkan dari Abdul Hamid bin Jubair dari bibinya Syafiyyah binti Syaibah,"Aisyah berkata kepada Rasulullah SAW,'Wahai Rasulullah, bolehkah aku masuk ke Baitullah?', Beliau bersabda,'Masuklah ke dalam Hijr Ismail, karena ia masih bagian dari Baitullah'."
Khalifah Abdul Malik Marwan kemudian menjadikan Ka'bah kembali berbentuk kubus. Ia kemudian menyesal setelah tahu hadits yang diriwayatkan Siti Aisyah RA tersebut, namun bentuk Ka'bah tak pernah lagi diubah. Hijr Ismail kini ditandai dengan dinding rendah melingkar di luar dinding Ka'bah.
Kendati tak mengubah bentuk, rekonstruksi Ka'bah pada era modern terjadi pada 1996 Masehi. Langkah terakhir ini mengganti bahan-bahan kayu pada pilar dalam dan atap Ka'bah. Pelaksana perbaikan ini adalah kelompok usaha Bin Ladin
Sumber : Haji Indonesia, Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar