SUMBER : REPUBLIKA ONLINE
Oleh Khofifah Indar Parawansa
Suatu hari ada seseorang datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW yang sedang berkumpul dengan para sahabat. Melihat kehadiran pengemis itu, Rasulullah lantas bertanya, "Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?"
Dia menjawab, "Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir." Rasulullah lalu berkata, "Ambil dan serahkan ke saya!"
Pengemis itu langsung bergegas pulang dan kembali dengan membawa cangkir. Rasulullah kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, "Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?" Seorang sahabat menyahut, "Saya beli dengan satu dirham."
Rasulullah lalu menawarkannya kepada sahabat yang lain. Seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham. Rasulullah kemudian memberikan dua dirham itu kepada si pengemis. Rasul mengharapkan agar uang itu digunakan untuk membeli makanan buat keluarganya, dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. "Carilah kayu yang banyak dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu," kata Rasulullah.
Dua minggu kemudian, pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW, tapi tidak untuk mengemis. Ia datang kepada Rasullah membawa uang 10 dirham hasil dari berjualan kayu. Rasulullah SAW kemudian menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya.
Rasulullah berkata, "Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha."
Kisah ini menggambarkan sifat Rasulullah yang gemar membantu orang yang tidak mampu. Bantuan tidak hanya berupa uang, tapi juga "kail" atau pekerjaan agar kelak orang yang tidak mampu itu bisa hidup mandiri.
Tidak dapat dimungkiri, jumlah pengemis dan pengangguran di Indonesia saat ini masih sangat tinggi. Alangkah indahnya, jika setiap orang mampu (secara ekonomi) di negeri ini mau meniru perilaku Rasulullah tersebut. Dengan memberi sedekah dan pekerjaan, setidaknya jumlah anak jalanan dan pengangguran bisa diminimalisasi.
Rasullullah memberikan contoh bahwa kesalehan spiritual belum dikatakan sempurna, sebelum dibarengi dengan kesalehan sosial (to be sensitive to the reality).
Dalam Alquran disebutkan bahwa orang yang bertakwa yaitu: "Orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang (QS Ali Imran [3]: 134).
Saatnya kita berbagi dengan orang di sekeliling kita yang fakir dan miskin. Jika orang yang diberi kecukupan ekonomi di negeri ini mau peduli terhadap yang miskin, pasti perempuan Indonesia tidak akan berbondong-bondong menjadi tenaga kerja dan pembantu rumah tangga di negeri orang. Jika orang kaya di negeri ini mau membantu yang lemah dan fakir, tentu tidak banyak anak negeri ini yang putus sekolah. "Sesungguhnya kefakiran (kemiskinan) itu bisa menjerumuskan ke jurang kekafiran."
Jumat, 11 November 2011
Kepahlawanan dalam Islam
SUMBER : REPUBLIKA.CO.ID
oleh : Ustaz Bachtiar Nasir
Dalam suatu kesempatan, di satu rumah di Madinah, Amirul Mukminin Umar bin Khattab duduk bersama para sahabatnya dan berkata kepada mereka, "Berobsesilah kalian semua!" Salah seorang dari mereka lalu berkata: "Saya berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas yang akan saya infakkan di jalan Allah."
Kemudian, Umar meminta lagi kepada yang lain, maka berkata lagi seseorang dari mereka, "Saya berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi oleh mutiara dan intan berlian yang akan saya infakkan dan sedekahkan di jalan Allah. Umar meminta lagi kepada mereka, tapi mereka lalu mengatakan tidak tahu lagi apa yang akan dikatakan.
Umar berkata, "Kalau saya berangan-angan agar rumah ini dipenuhi orang-orang seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Mu'az bin Jabal, dan Salim budak Abu Huzaifah dan saya akan bahu membahu dengan mereka untuk meninggikan kalimat Allah SWT.'' Umar sangat mengagumi kepahlawanan Abu Ubaidah dan para sahabatnya.
Keikhlasan pengorbanan dan pengabdian serta kesetiaan yang mereka berikanlah yang membuat Umar mampu memimpin dan membangkitkan peradaban Islam ke penjuru dunia. Memang dalam perjuangan dan membuat perubahan membutuhkan harta banyak. Tetapi, apalah artinya harta jika tidak memiliki pribadi-pribadi terbaik yang berjuang untuk menjalankan misi dan menciptakan perubahan.
Rasulullah bersabda, "Manusia itu hanyalah seperti seratus ekor unta, hampir-hampir dari seratus ekor tersebut engkau tidak dapatkan satu ekor pun yang bagus untuk ditunggangi." (HR al-Bukhari). Hadis ini menggambarkan mayoritas manusia itu kurang berkualitas jika dilihat dari sudut pandang kualitas kepahlawanan.
Pribadi yang berjiwa kepahlawanan ini dapat sebanding dengan seratus orang bahkan satu bangsa. Islam mengajarkan, pribadi terbaik itu adalah yang berpegang teguh pada keyakinannya, berjuang, dan berdakwah dengan harta serta jiwanya. Wallahu a'lam bish shawab.
oleh : Ustaz Bachtiar Nasir
Dalam suatu kesempatan, di satu rumah di Madinah, Amirul Mukminin Umar bin Khattab duduk bersama para sahabatnya dan berkata kepada mereka, "Berobsesilah kalian semua!" Salah seorang dari mereka lalu berkata: "Saya berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi oleh emas yang akan saya infakkan di jalan Allah."
Kemudian, Umar meminta lagi kepada yang lain, maka berkata lagi seseorang dari mereka, "Saya berangan-angan seandainya rumah ini dipenuhi oleh mutiara dan intan berlian yang akan saya infakkan dan sedekahkan di jalan Allah. Umar meminta lagi kepada mereka, tapi mereka lalu mengatakan tidak tahu lagi apa yang akan dikatakan.
Umar berkata, "Kalau saya berangan-angan agar rumah ini dipenuhi orang-orang seperti Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Mu'az bin Jabal, dan Salim budak Abu Huzaifah dan saya akan bahu membahu dengan mereka untuk meninggikan kalimat Allah SWT.'' Umar sangat mengagumi kepahlawanan Abu Ubaidah dan para sahabatnya.
Keikhlasan pengorbanan dan pengabdian serta kesetiaan yang mereka berikanlah yang membuat Umar mampu memimpin dan membangkitkan peradaban Islam ke penjuru dunia. Memang dalam perjuangan dan membuat perubahan membutuhkan harta banyak. Tetapi, apalah artinya harta jika tidak memiliki pribadi-pribadi terbaik yang berjuang untuk menjalankan misi dan menciptakan perubahan.
Rasulullah bersabda, "Manusia itu hanyalah seperti seratus ekor unta, hampir-hampir dari seratus ekor tersebut engkau tidak dapatkan satu ekor pun yang bagus untuk ditunggangi." (HR al-Bukhari). Hadis ini menggambarkan mayoritas manusia itu kurang berkualitas jika dilihat dari sudut pandang kualitas kepahlawanan.
Pribadi yang berjiwa kepahlawanan ini dapat sebanding dengan seratus orang bahkan satu bangsa. Islam mengajarkan, pribadi terbaik itu adalah yang berpegang teguh pada keyakinannya, berjuang, dan berdakwah dengan harta serta jiwanya. Wallahu a'lam bish shawab.
Langganan:
Postingan (Atom)