Senin, 15 November 2010

Perbedaan penetapan hari Idul Adha 1431 H/2010 M di Indonesia

Dalam menetapkan hari Idul Adha 1431 H di Indonesia, pemerintah dan Nahdlotul Ulama atau NU sama-sama menggunakan metode rukyah, sedangkan Muhammadiyah menggunakan metode hisab melalui metode wujudulhilal. NU pada perhitungan rukyah penetapan harinya bisa berbeda dengan perhitungan pemerintah, karena disebabkan pemerintah menetapkan rukyah imkan al-rukyah. Perhitungan imkan al-rukyah adalah apabila ketinggian hilal mencapai 2 derajat barulah akan dianggap memasuki bulan baru. Sedangkan yang dimaksud wujudulhilal yang dipergunakan oleh Muhammadiyah, adalah bulan baru dianggap sudah lahir apabila hilal sudah menampakkan wujudnya.

Masih ada perhitungan dari penetapan hari raya oleh organisasi massa yang lain. Misalnya menggunakan pedoman dari Arab Saudi, untuk mengikuti pedoman hari raya sesuai yang diputuskan oleh pemerintah Arab Saudi. 0rang-orang dalam kelompok kecil di daerah tertentu ada yang menetapkan hari raya bisa beberapa hari selisihnya dibandingkan pemerintah dengan perhitungan versi mereka yang mereka yakini.

Untuk Idul Adha 1431 H ini, atau pada tahun 2010 M, perbedaan penetapan adalah dilihat dari data Hilal 6 November 2010.

Penetapan hari Idul Adha 1431 H
Muhammadiyah    : Selasa, 16 November 2010
Nahdlotul Ulama   : Rabu, 17 November 2010
Pemerintah           :  Rabu, 17 November 2010 
Saudi Arabia        :  Selasa, 16 November 2010

Catatan,  topik tentang ini bisa dilihat di detik.com : http://bit.ly/aYV72a

Idul Adha

Idul Adha ( عيد الأضحى) adalah nama hari yang dirayakan oleh umat Islam (selain hari raya Idul Fitri). Secara bahasa Adha ( أَضْحَى ) adalah: ضَحَّى يُضَحِّي تَضْحِيَةً فَهُوَ مُضَحِّ , yang dijelaskan oleh Al-Qadhi rahimahullahu : “Disebut demikian karena pelaksanaan (penyembelihan) adalah pada waktu dhuha ( ضُحًى ) yaitu hari mulai siang”. Adapun definisinya secara syar’i, dijelaskan oleh Al-‘Allamah Abu Thayyib Muhammad Syamsulhaq Al-‘Azhim Abadi dalam kitabnya ‘Aunul Ma’bud (7/379): “Hewan yang disembelih pada hari nahr (Iedul Adha) dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Hewan qurban atau kurban yang diperbolehkan untuk disembelih adalah onta, sapi atau kambing, dimana jenis hewan yang lain tidak boleh dijadikan hewan kurban untuk Idul Adha.

Waktu pelaksanaan penyembelihan hewan kurban adalah setelah sholat Idul Adha, saat menjelang siang tanggal 10 bulan Dzulhijjah sampai dengan matahari terbenam pada tanggal 13 Dzulhijjah. Tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah disebut hari Tasyrik, pada hari Tasyrik umat Islam dilarang berpuasa dan masih boleh melakukan penyembelihan hewan kurban untuk hari Idul Adha.

0rang yang mempunyai dana lebih setelah mencukupi kebutuhan sehari-hari supaya melaksanakan ibadah kurban. Sebagaimana manusia diperintah menjalankan sholat, juga supaya menjalankan ibadah kurban. Saat 10 hari di bulan pertama Dzulhijjah, bagi yang melaksanakan ibadah kurban supaya tidak memotong kuku dan rambut.

Hubungan antara Idul Adha dan ibadah Haji adalah pelaksanaan kedua ibadah ini sama-sama pada bulan Dzulhijjah. Pada tanggal 9 Dzuhijjah, para jamaah haji berada di Arafah melakukan wukuf dan tidak disunatkan untuk berpuasa, sedangkan umat Islam lainnya yang tidak melakukan ibadah haji disunatkan berpuasa. Puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah disebut puasa Arafah, berkaitan dengan umat muslim di dunia yang akan merayakan hari Idul Adha, sedang para jamaah haji melakukan wukuf di Arafah dengan tinggal di tenda-tenda. Pada tanggal 10 Dzulhijjah jamaah haji sedang bergerak dari Muzdalifah ke Mina. Mina adalah desa kecil dekat Mekkah, di Mina para jamaah haji akan melempar Jumrah, yaitu melempar batu-batu kecil ke 3 tiang batu yang diibaratkan sebagai setan.

Menurut ayat-ayat di Al Qur'an, penyembelihan kurban ini diawali pada saat Ibrahim as mendapat mimpi beliau sedang menyembelih anaknya, Ismail as yang sedang memasuki masa akil baligh (remaja). Lalu Ibrahim as menceritakan mimpinya pada Ismail as sekaligus menanyakan apa pendapatnya. Ismail as menjawab "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Menurut riwayat Ibnu `Abbas , saat  Ibrahim as akan melaksanakan ibadah, setan datang menggodanya, yang kemudian dilempari batu oleh Ibrahim as sehingga setannya lari. Kemudian Ibrahim as menyuruh anaknya menelungkupkan mukanya untuk segera disembelih, waktu itu Ismail as sedang mengenakan baju gamis (panjang) putih. Lalu berkata Ismail as kepada bapaknya"Wahai bapakku, tidak ada kain untuk mengafaniku kecuali baju gamisku itu, maka lepaskanlah supaya kamu dengan gamisku itu dapat mengafaniku". Maka Ibrahim mulai menanggalkan baju gamis itu, tapi pada saat itulah ada suara di belakangnya menyeru dia: "Hai Ibrahim, kamu sudah melaksanakan dengan jujur mimpimu". Ibrahim segera berpaling, tiba-tiba seekor kambing kibas putih di hadapannya. Sesudah malaikat menyampaikan wahyu itu, Ibrahim as dan Ismail as menjadi sangat berbahagia dan mereka sangat bersyukur kepada Allah, karena perintah penyembelihan itu hanyalah ujian ketaatan kepada mereka yang diberikan oleh Allah.

Allah berfirman
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah" (QS. Al Kautsar[108] : 2)

Allah berfirman
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ a فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا  وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَى مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلَاةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)." (QS. Al Hajj[22] : 34)

 إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَعِنْدَهُ أُضْحِيَّةٌ يُرِيدُ أَنْ يُضَحِّيَ فَلَا يَأْخُذَنَّ شَعْرًا وَلَا يَقْلِمَنَّ ظُفُرًا 
"Jika (Salah seorang) telah masuk sepuluh (Dzul Hijjah), sedangkan ia memiliki hewan kurban yang hendak dikurbankan, maka jangan sekali-kali ia mencukur rambut atau memotong kuku." (HR. Muslim)

Allah berfirman
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ  سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ ﴿١۰٢﴾ فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ ﴿١۰٣﴾ وَنَادَيْنَاهُ أَن يَا إِبْرَاهِيمُ ﴿١۰٤﴾ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا  إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ ﴿١۰٥﴾ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ ﴿١۰٦﴾ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ ﴿١۰٧﴾وَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. Ash-Shaaff [37] : 102-107)

Ciri-ciri orang munafik

Munafik berasal dari kata nafaqa (نَافَقَ), yunafiqu (يُنَافِقُ), nifaqan (نِفَاق) wa munafaqatan (مُنَافَقَةً). Secara bahasa berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, dimana bila ia dicari dari salah satu lubang maka ia keluar dari lubang lainnya. Atau bisa diartikan memiliki dua lubang (wajah). Secara syara’ berarti menampakkan ke-Islaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dikatakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain.



Ciri-ciri orang munafik secara garis besar adalah bila berbicara ia bohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika diberi amanat ia mengkhianati. 0rang yang suka berbohong dan mengingkari janji masih disebut calon munafik. Seorang munafik sejati bila melakukan ketiga dari ciri-ciri di atas. Dari ketiga ciri di atas maka yang terberat adalah mengkhianati amanat.

Sedangkan penjelasan yang lebih mendetail lagi mengenai ciri-ciri orang munafik adalah (1) suka berpura-pura mengikuti petunjuk Allah (2) bangga melakukan perbuatan buruk (3) keras kepala (4) sombong (5) mudah bermusuhan serta saling membenci (6) suka merusak

Rasulullah bersabda
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ 
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jikadipercaya ia berkhianat". (HR Bukhari)

Allah berfirman
وَإِذَا جَاءُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَقَد دَّخَلُوا بِالْكُفْرِ وَهُمْ قَدْ خَرَجُوا بِهِ  وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا يَكْتُمُونَ ﴿٦١﴾ وَتَرَى كَثِيرًا مِّنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ  لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٦٢﴾ لَوْلَا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَن قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ a لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَصْنَعُونَ ﴿٦٣ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ  وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ  وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ  إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ﴿٦٧﴾ قُلْ٦
"Dan apabila orang-orang (Yahudi atau munafik) datang kepadamu, mereka mengatakan: "Kami telah beriman", padahal mereka datang kepadamu dengan kekafirannya dan mereka pergi (daripada kamu) dengan kekafirannya (pula); dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan." (QS. Al Maidah[5] : 61-64)