Minggu, 25 September 2011

Taubat

Sumber : www.pesantrenvirtual.com

Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan.

Konon, Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.
Hidup suci dalam Islam bisa diraih oleh siapa saja. Kesucian hidup, bukanlah hak istimewa seseorang. Jalan tersebut terbuka bagi siapa saja, tidak hanya milik para ulama. Bahkan orang jahat sekalipun, ia bisa menapak cara hidup suci, asal dia bersedia untuk bertaubat dan bersungguh-sungguh. Bagi Allah, kesalehan bukan karena sama sekali tidak berbuat dosa, akan tetapi orang yang saleh adalah orang yang setiap kali berbuat dosa dia menyesali dan selanjutnya tak mengulangi perbuatan tadi.

Pepatah Arab menegaskan : "Manusia adalah tempat salah dan lupa". Pepatah di atas bukan berarti manusia dibiarkan untuk selalu berbuat salah dan dosa, akan tetapi kesalahan pada diri manusia harus ditebus dengan tobat, penyesalan dan penghentian. Rasulullah bersabda : Setiap anak Adam adalah sering berbuat salah. Dan, sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang bertaubat.? (H.R. Tirmidzi)

Taubat yang sungguh-sungguh di mata Allah adalah pembersihan diri yang sangat dicintai. Dalam Islam, pertaubatan bukan melalui orang lain, sebut saja orang saleh, tetapi dari diri sendiri secara langsung kepada Allah. Apalagi, Islam tidak mengenal penebusan dosa dengan sejumlah uang. Islam sungguh sangat berbeda dengan cara-cara pertaubatan dibanding agama-agama lain. Islam memandang, pertaubatan adalah persoalan yang sangat personal antara seorang hamba dengan Tuhannya. Dan, Tuhan dalam Islam adalah Tuhan yang bisa didekati sedekat mungkin, bukan tuhan yang berada di atas langit, tak terjangkau.

Sabda Rasulullah (saw) : "Sesungguhnya Allah lebih suka menerima tobat hamba-Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan." (H.R. Bukhori dan Muslim)

Islam tidak menganggap taubat sebagai langkah terlambat kapanpun kesadaran itu muncul. Hisab (perhitungan) akan amal-amal jelek kita di mata Allah akan terhapus dengan taubat kita. Lembaran baru hidup terbuka lebar. Langkah anyar terbentang. Sabda Nabi (saw) : Siapa yang bertobat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubat dan memaafkannya.? (H.R. Muslim)

Bertaubat, demikian halnya, dijadikan amalan dzikir oleh Rasulullah (saw) setiap hari. Beliau beristighfar kendati sedikitpun beliau tidak melakukan dosa. Karena lewat istighfar, Nabi memohon ampun dan mengungkapkan kerendahan hati yang sangat dalam di hadapan yang Maha Agung. Sabda Nabi (saw) : Hai sekalian manusia, bertaubatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampun kepada-Nya, maka sesungguhnya saya bertaubat dan beristighfar tiap hari 100 kali.? (H.R. Muslim)
Firman Allah : Katakanlah ! Hai hamba-hamba-Ku yang berdosa terhadap jiwanya sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.? (Q.S. al-Zumar : 53)

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan seikhlas-ikhlas taubat, semoga Tuhan mu akan menghapuskan dari kamu akibat kejahatan perbuatan-perbuatanmu, dan akan memasukkan kamu ke dalam surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai.? (Q.S. al Thalaq : 8)

Dalam memperbaiki kesalahan dan membersihkan diri dari dosa, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu hak Allah dan hak bani Adam. Apabila kesalahan atau dosa berhubungan dengan hak Allah, maka ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
1.Harus menghentikan tindakan maksiat.
2.Harus dengan sungguh-sungguh menyesali perilaku dosa yang telah dikerjakan.
3.Berniat dengan tulus untuk tidak mengulangi kembali perbuatan tersebut.

Dan, apabila kesalahan itu berhubungan dengan bani Adam, maka syarat bertambah satu, yaitu harus menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan meminta maaf atau halalnya, atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.

Sabda Nabi (saw) : Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak berdosa. Dan orang yang minta ampunan dari dosanya, sedangkan dirinya tetap mengerjakan dosa, seperti orang yang mempermainkan Tuhannya.? (H.R. Baihaqi)

Tidak sedikit orang-orang saleh awalnya adalah orang-orang yang sangat jahat saat mudanya. Setelah bertaubat, ia beristiqomah dalam berbuat baik dan pengabdian kepada Allah. Beberapa di antara mereka, pada akhirnya, menjadi tokoh panutan karena kesucian dan perilaku-perilaku yang membebaskan. Konon, Sunan Kalijaga adalah salah satu contoh beberapa orang-orang saleh yang berhasil tercerahkan, dan selanjutnya menjadi tokoh pemberi pencerahan pada masyarakat pada zamannya.

Wallahu a'lam

Selasa, 06 September 2011

Perbedaan Hari Idul Fitri

Yang menyebabkan perbedaan hari Idul Fitri adalah karena perbedaan pendapat. Pemerintah beranggapan bahwa seharusnya dianggap sah masuk ke bulan baru bila memenuhi syarat  hilal minimal 2 derajat. Sedangkan menurut Muhammadiyah tanpa mesti terlihat pandangan mata sekalipun, bila sudah terlihat hilal maka sudah memasuki bulan baru, sekalipun kurang dari 2 derajat. Saat 30 Agustus 2011 kemarin, hilal pada ketinggian 1 derajat 55 menit.

Diskusi dengan seorang teman, menyatakan, sebetulnya ide 2 derajat itu darimana? Karena pemerintah ngotot 2 derajat, sedangkan Muhammadiyah beranggapan kurang dari 2 derajat sudah dianggap bulan baru.

Yang aneh adalah muncul komentar bahwa Malaysia dan Arab hitungannya sama seperti pemerintah, tanggal 31 Agustus 2011. Ini cuplikannya dari republika.co.id

Pimpinan Muhamadiyah Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sofyan Abdul Halim, bingung terhadap pengumuman pemerintah mengenai pelaksanaan Idul Fitri di negara lain.

Sofyan menyayangkan pengumuman yang menyebutkan bahwa pemerintah Malaysia dan Arab Saudi melaksanakan Idul Fitri pada hari Rabu (31/8). "Kenapa pada Sidang Itsbat semalam pemerintah mengumumkan bahwa negara seperti Arab Saudi dan Malaysia lebaran pada hari Rabu. Padahal negara tersebut melaksanakan lebaran pada hari Selasa. Itu kan sama saja dengan membohongi publik," kata Sofyan, Selasa (30/8)


Muncul cerita aneh lagi tentang Arab salah menetapkan hari Idul Fitri ini cuplikannya, sumber dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Pengumuman mengejutkan dari badan astronomi setempat (Arab Saudi) yang sebelumnya memberi kabar kepada pemerintah Saudi bahwa mereka telah melihat hilal sehingga kemudian pemerintah memutuskan Idul Fitri jatuh pada Selasa 30 Agustus 2011, namun ternyata kemungkinan yang dilihat pada tanggal 29 Agustus tersebut bukanlah Hilal (bulan) tapi benda angkasa lain yang kemudian di yakini sebuah fenomena planet Saturnus yang beberapa tahun yang lalu pun pernah terjadi fenomena semacam itu yaitu fenomena merkurius.

Kesalahanfahaman atas sebuah keputusan1 syawal kemarin dimungkinkan karena pemerintah mengacu dari berita yang disampaikan badan astronomi yang ditunjuk untuk mengamati hilal awal bulan syawal, dan kenyataanya yang mereka lihat bukanlah hilal tapi benda angkasa lain yang diperkirakan adalah planet saturnus dan kesalahan ini kabarnya telah di umumkan baik via media cetak maupun elektronik , pemerintah Saudi sendiri konon telah membayar kafarat untuk masalah ini kurang lebih sebesar 1 milyar real.

Kerajaan Arab Saudi memerintahkan kepada rakyat dan masyarakat Arab Saudi untuk meng-qodho’ atau mengganti puasa satu hari karena ada kesalahan di dalam menentukan satu syawal bertepatan hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011 M. Dan meralat dengan menentukan hari Rabu (31 Agustus 2011 M) sebagai 1 syawal 1432 H.
(sumber: Al-Jazirah http://www.youtube.com/watch?v=TAqkKH7_3z4&feature=player_embedded)
Dalam paparan youtube tsb menjelaskan bahwa Sudah ke-20 Kalinya Arab Saudi Salah di dalam Menentukan 1 Syawal (Astagfirullah aladziim...)

Sehingga keputusan Kemenag, MUI dan ormas islam lainya yang menyatakan tanggal 31 Agustus 2011 adalah 1 syawal adalah benar, kalaupun menjadi polemik sesungguhnya mereka telah melakukan dan mengikuti apa yang menjadi perintah Rosulullah SAW yaitu ” Jika kalian melihat hilal, maka berpuasalah. Jika melihat hilal (lagi), maka berbukalah. Jika tertutup awan, maka genapkan puasa menjadi 30 hari”.

Demikian semoga polemik ini tidak perlu berkelanjutan, sesungguhnya manusia adalah tempatnya salah, dan kebenaran hanya milik Allah SWT..

Sumber:1. Kuwait News
http://www.kuwaitnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=14288&catid=34&Itemid=144#.Tl7JLZi3jdO.facebook
2. Al-Arabiya. net
http://www.alarabiya.net/articles/2011/08/31/164873.html
3. Harian Kompas
http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/09/01/saudi-arabia-1-syawal-adalah-rabu-31-agustus-2011/
4. http://moonsighting.com/1432shw.html


Akhirnya ada sobatku yang menulis postingan berjudul Arab Saudi: Pernyataan 1 Syawal 31 Agustus 2011 Adalah Hoax . Sumber dari Catatan R10.

Sedikit cuplikannya

“Setelah saya lihat link yg diberikan, dan sesuai dengan pengetahuan saya dengan bahasa arab, maka link tersebut adalah tidak menyebutkan ralat resmi dari Pemerintah Saudi Arabia, jadi berhati-hatila dalam memposting, jangan sampai menghembuskan berita yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Setelah saya baca dari link-link tersebut, disana hanya membahas seperti yg dibahas disini, yaitu perdebatan antara ahli falak (ahli hisab) dengan Ulama syari’ah yg mendukung ru’yatul hilal. Dan pernyataan yg dicatut dari Jeddah Astronomy Society adalah tidak benar alias HOAX . Ini bantahan dari Jeddah Astronomy Society bahwa kabar tersebut bohong : http://jasas.net/vb/showthread.php?t=4742"

Tentang kabar bahwa kaum zionis membuat konspirasi untuk memecah belah kaum Muslim tidak hanya berkaitan dengan penetapan 1 Syawal, tapi juga dalam hal lain. Barangkali perbedaan penetapan bukan dari zionis, tapi mereka membesar-besarkan perbedaan ini agar kaum muslim terpecah-belah. Jadi bagaimanapun juga kaum muslim mesti bersatu.

Sungguh, aku sendiri sangat sensitif tentang perpecahan di kaum muslim. Tulisanku tentang Islam malah membuat teman-temanku menjauhi aku, mereka lebih suka hidup bersenang-senang dan tidak tertarik ajaran Islam yang benar. Acara TV luar negeri telah mempengaruhi cara berpikir kaum muslim...

Minggu, 04 September 2011

Zionis Israel Hembuskan Rumor Tidak Sahnya Rukyah Hilal 1 Syawal

Dari seorang teman di Facebook


Ternyata kekacauan rumor tidak sahnya rukyatul hilal 1 Syawal di dunia Arab baru-baru ini, adalah konspirasi Zionis Israel untuk mengacak-acak Islam.

Dr Ali Jum’ah, Mufti Agung Mesir menjelaskan bahwa entitas Zionis berada di belakang rumor ketidakabsahan hilal Syawal, yang dibesar-besarkan oleh media baru-baru ini.

Jum’ah mengatakan dalam pernyataannya pada surat kabar Al-Wafd bahwa “Dunia Islam sangat menginginkan persatuan, bahkan ingin merayakan Idul Fitri yang barokah ini secara serempak di hari yang sama.”

Ia menambahkan: “Darul Ifta’ telah menerjunkan sembilan komite di semua penjuru Republik Mesir untuk memonitor hilal (bulan sabit) pada Senin sore lalu, masing-masing di Toshka, Sohag, kota 6 Oktober, Moqattam, Observatorium Helwan, Laut Merah dan Marsa Matrouh. Dan telah ditetapkan bahwa hilal terlihat dengan mata telanjang di dua tempat, masing di Toshka dan Sohag.”

Ia menjelaskan bahwa setiap satu komite terdiri dari 11 spesialis dalam ilmu astronomi (falak) dan hukum Islam. Dikatakan bahwa dalam hal ini Israel telah berusaha untuk mendukung pernyataannya yang keji ini, bahwa yang dilihat oleh komite adalah planet Saturnus bukan hilah Syawal. Ini semua dilakukan untuk menciptakan perpecahan di antara kaum Muslim setelah terlihat tanda-tanda akan bersatunya kaum Muslim

Sabtu, 03 September 2011

Menyempurnakan Ramadhan dengan puasa Syawal

Sumber dari www.sabili.co.id

Cyber Sabili-Jakarta. “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh,” (HR Muslim).

Salah satu pintu kebaikan adalah puasa. Rasulullah saw bersabda: “Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai,” (HR Tirmidzi, hadits ini hasan shahih). Hadits ini menegaskan bahwa puasa merupakan perisai bagi Muslim baik di dunia maupun akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat adalah perisai dari api neraka.

Karenanya, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi saw anjurkan setelah melakukan puasa Ramadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Puasa ini mempunyai keutamaan sebagaimana sabda Rasulullah saw. Abu Ayyub al-Anshoriy mengatakan, Nabi saw bersabda: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh,” (HR Muslim).

Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini (Lihat Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, 8/56).

Seperti Puasa Setahun Penuh

Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal),” (HR Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil).

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang sepadan. Puasa Ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa Syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Karena itu, seseorang yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 danSyarh Riyadhus Sholihin, 3/465).

Tata Cara

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim (8/56) mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhal (utama) melakukan puasa Syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”

Karena itu, boleh saja berpuasa Syawal tiga hari setelah Idul Fitri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Tapi jika seseorang berpuasa Syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan, ia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa Syawal.

Jika seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka boleh meng-qodho’ (mengganti) puasa Syawal di bulan Dzulqa’dah. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466).