Setelah kita tahu, walaupun sedikit tentang bahaya syirik terhadap kehidupan umat manusia secara keseluruhan, kita sebagai umat Islam yang tahu lebih dahulu tentang hal ini, mestinya harus berhati-hati daripadanya. Karena itu kita harus memahami apakah syirik itu dan apa pula jenis-jenisnya. Agar dengan pemahaman yang tepat dan mantap tentang permasalahan ini, kita akan terus waspada terhadap bahaya yang akan tetap mengancam keutuhan aqidah kita .
PENGERTIAN SYIRIK
Sebelum kita membahas tentang jenis-jenis syirik, kita harus memahami dulu tentang pengertian syirik menurut syariat Islamiyah. As Syaikh Al Allamah Hafidh bin Ahmad Hakami rahimahullah menerangkan :
Syirik itu ialah bila seseorang hamba Allah menjadikan segala yang selain Allah sebagai sesuatu yang sederajat dengan-Nya, sehingga mencintainya seperti mencintai Allah, takut kepadanya seperti takut kepada Allah, mengikutinya didalam hal yang tidak diridhoi Allah, mentaatinya padahal dengan perbuatannya itu dia bermaksiat kepada Allah, dan mensejajarkan dengan-Nya dalam hal mendapatkan haq peribadatan.
As-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Ali Syaikh menerangkan:
Yang dinamakan syirik itu ialah menyerupakan makhluk dengan Khaliq Yang Maha Tinggi dan mengkuduskan makhluq dengan sifat-sifat kebesaran sebagai sesembahan, sepetrti memiliki kemampuan untuk memberikan kerugian dan kemanfaatan, mampu memberikan apa yang dibutuhkan makhluq dan menahan segala apa yang dibutuhkan makhluq, mampu memenuhi segala do’Allah, ditakuti dengan sebenar-benarnya takut, dijadikan tempat bergantung harapan kepadanya dan bertawakal kepadanya serta mempersembahkan kepadanya segala macam ibadah yang sesungguhnya semuanya itu hanya boleh ditujukan kepada Allah-lah saja. Maka barangsiapa yang menunjukkan hal-hal tersebut di atas kepada selain Allah, berarti dia telah menyerupakannya dengan Al-Khaliq.
Al Imam Muhammad bin Isma’il Al Amir As Shan’ami Al Yamani, menerangkan:
Barangsiapa berkeyakinan bahwa pohon, batu, kuburan, malaikat, jin, & orang hidup atau mati, semuanya itu dapat memberikan kemanfaatan dan madhorot atau menjadi perantara dalam menyampaikan amal ibadah kepada Allah (tanpa seizin-Nya) dan dalam memenuhi keperluan-keperluan dunia, hanya meminta kepada selain Allah itu dan bertawassul dengan selain Allah itu kepada-Nya maka sesungguhnya dia telah melakukan syirik dengan selain-Nya dan berarti dia telah ber`itikadnya dengan `itikad yang tidak benar sebagaimana `itikadnya kaum musyrikin terhadap berhala-berhalanya.
Jenis-jenis syirik
Untuk mengetahui akibat-akibat syirik terhadap keimanana seorang muslim, kita perlu mengenal berbagai macam syirik. Secara garis besarnya, syirik itu dibagi dalam dua jenis yaitu :
Syirikul Akbar (syirik besar) yang akibatnya dapat membatalkan iman pelakunya. Yang termasuk jenis ini adalah segala bentuk peribadatan yang ditujuakn kepada selain Allah Ta’ala, ka rena meyakini bahwa selain Allah itu adalah dzat yang berhak mendapatkan peribadatan tauhid ersebut sebagaimana Allah Ta’ala.
Syirkul Ashghor (syirik kecil) yang akibatnya dapat merusak amal ibadah kita dan tidak membatalkan iman kita. Yang termasuk jenis ini ialah segala macam peribadatan yang diperuntukkan selain Allah disamping menari ridho Allah. Atau dalam pengagungan kepada Allah dicampuri dengan niat pengagungan kepada selain Allah.
Dengan demikian pelaku syirkul akbar dianggap sebagai orang yang keluar dari Islam atau murtad dan harus disikapi sebagai orang murtad. Sedangkan pelaku syirkul Ashghor dianggap sebagai seorang muslim yang melakukan kemaksiatan besar. Pelaku syirkul Akbar dianggap tidak lagi mempunyai amalan sholih disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah telah menegaskan dalam firman-Nya yang kurang lebih artinya :
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan nabi-nabi sebelummu, kalau engkau berbusat syirik, sungguh-sungguh kamu akan menjadi golongan yang merugi. (Az Zumar : 65)
Bahkan Allah ta’ala tidak akan menimbang amalan mereka di hari kiamat mereka ini sesungguhnya tidak memiliki amalan sholih disisi Allah, sebagaimana firman-Nya yang kurang lebih artinya :
Mereka itulah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat tuhan mereka dan terhadap hari perjumpaan dengan-Nya (yakni hari kiamat) sehingga Allah batalkan amalan mereka. Maka Kami tidak akan menegakkan amal timbangan mereka dihari kiamat. (Al Kahfi : 105)
Demikianlah nasib orang yang mati dalam keadaan belum sempat bertaubat dari perbuatan syirik akbar. Adapun keadaan orang yang mati dalam keadaan belum bertaubat dari syirkul Ashghor, dia tidak diampuni dosa syiriknya dan akan masuk neraka walaupun tidak kekal didalamnya. Karena seluruh dosa syirik itu yang akbar maupun yang ashghor adalah ternmasuk dalam pernyataan Allah Ta’ala pada firman-Nya yang kurang lebih artinya :
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang menyekktukan-Nya dengan selain-Nya dan akan mengampuni dosa-dosa selainnya bagi siapa yang dikehendakin-Nya. (An Nisa : 84)
Yakni bila seseorang mati dalam keadaan membawa dosa syirik mereka tidak akan diampuni Allah, akan tetapi dia mati dalam keadaan membawa dosa selainnya (selain dosa syirik), maka dia berada dibawah kehendak Allah Subhanahu Was Ta’ala apakah akan mengampuninya atau akan menyiksanya dineraka walaupun tidak kekal didalamnya bila menyangkut syirkul Ashghor.
Demikianlah yang dinyatakan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam salah satu fatwanya tenteng syrikul Ashghor. Amalan syirkul ashghor ini hanya membatalkan amalan yang ada padanya syirik jenis ini. Adapun amalan lainnya yag tidak terdapat padanya syirik ini, sangat diharapkan untuk diterima Allah Ta’ala sebagai amalan shalih. Karena pada dasarnya pelaku syirkul ashghor ini masih tergolong mukmin yang `ashyi (yakni mukmin yang melakukan perbuatan kemaksiatan)
I. Adapun macam-macam amalan syirik dari kedua jenis syirik tersebut adalah sebagai berikut :
Macam-macam perbuatan syirik yang tergolong jenis syirkul akbar adalah segala jenis ibadah yang ditujukan kepada selain Allah Ta’ala karena meyakini bahwa selain Allah Ta’ala itu berhak mendapatkan peribadatan tersebut. Sedangkan jenis-jenis ibadah itu banyak sekali, antara lain ialah sebagaimana y ang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah: Dan macam-macam Ibadah yang Allah perintahkan untuk beramal dengannya ialah seperti Al-islam, Al-iman, dan Al-ikhsan. Dan termasuk daripada ibadah adalah do’a. Al khauf yakni takut (dengan keterlaluan), Ar raja’ yakni berharap (dengan sangat kuat) untuk diberi, tawakal menyandarkan hidup dengan sepenuhnya kepada yang di imani), Ar Rahbah (takut dari ancaman siksaan dari yang di imani), Ar Raghbah (mempunyai keinginan rahmat dari yang di imani dengan keinginan yang sangat kuat), Al Khusyu’ (tunduk dan mantap serta tenang terhadap yang di imani), Al Khsyyah (ketakutan untuk tidak mendapatkan rahmat dari yang diimani), Al Inabah (bertaubat dari perbuatan syirik dan kembali kepada Islam), Al Isti’anah (meminta tolong dalam perkara yang makhluk tidak mampu melakukannya), Al Isti’adhah(meminta tolong dari bahaya dalam hal makhluk tidak mampu mengatasinya), Al Istighotsah (meminta tolong dalam hal makhluk tidak mampu menolongnya), bernadzar(berjanji akan melakukan suatu perkara bagi dzat yang dimuliakan dan diagungkan bila mendapatkan ni’mat),dan lain-lainnya yang Allah perintahkan yang kesemuanya itu diperuntukkan bagi Allah semata. Maka barang siapa yang mempersembahkan amalan-amalan tersebut bagi selain Allah maka pelakunya tergolong musyrik dan kafir.
Selanjutnya syaikh Muhammad bin Abdulwahhab menyatakan bahwa:
- Syirik Akbar itu ada empat macam yaitu :Syirkud Dakwah (yakni mempersekukan Allah dalam berdoa kepada Allah Ta’ala dengan berdoa kepada selain-Nya) hal ini sebagaimnana termaktub dalam firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 65
- Syirkun Niyyah wal Iradah wal Qashad (yakni mempersekutukan Allah dalam hal niat keinginan dan tujuan). Yaitu ibadahnya disamping diniatkan kepada Allah juga diniatkan kepada selain-Nya, menginginkan dengan amalannya itu selain ridha Allah juga keridhaan untuk yang lain-Nya, menujukkan ibadahnya kepada Allah juga kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Hud ayat 15-16.
- Syirkut Ta’ah (yakni mentaati selain Allah dalam hal menyatakan baik dan buruknya sesuatu, halal dan haramnya sesuatu walaupun itu semua diketahui bert entangan dengan syariat Allah. Hal ini dinyatakan dalam firman Allah dalam surat At-taubah:31 (termasuk syirkut ta’ah ialah bila seseorang membikin undang-undang yang melanggar syariat Allah dengan berkeyakinan bahwa undang-undang tersebut lebih baik atau sama baiknya dengan hukum Allah, sehingga mentaati undang-undang yang menyeleweng dengan syariat A llah itu dengan sepenuh-penuh ketaatan. Hal ini dinyatakan dalam surat An Nisa’ 65 dan Al An’am 121).
- Syirkul Mahabbah (yakni menyekutukan Allah dengan lain-Nya dalam hal mencintai-Nya. Karena ibadah itu sendiri adalah merendahkan diri dengan serendah-rendahnya disertai cinta yang sepenuh-penuhnya. Menyikapi selain Allah Ta’ala dengan sikap seperti ini berarti telah melakukan syirkul mahabbah) hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat Al Baqarah: 165.
II. Macam-macam perbuatan syirkul ashghor
seperti riya’ (yakni melakukan atau meninggalkan sesuatu amal sholih karena Allah tetapi akan lebih semangat amalan tersebut bila dilihat manusia). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah didalam surat Al Kahfi: 110 dan dari hadits Nabi shalallauh alahi wasalam diriwayatkan: dari Jundab radhiyallahu `anhu dia mengatakan: Rasulullah shalallahu `alahi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang beramal untuk didengar orang, Allah akan perdengarkan kepalsuannya si hari kiamat, dan barang siapa yang beramal untuk dilihat orang, maka Allah akan memperlihatkan kepalsuannya di hari kiamat di hadapan segenap makhluk. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Termasuk syirkul asghar ialah bersumpah dengan selain nama Allah, umpamanya bersumpah atas nama nabi seperti menyatakan : Wan Nabi (Demi Nabi), atau dengan Ka’bah, seperti Wal Ka’bah (Demi Ka’bah) atau dengan nama para wali : Wa Syaikh Abdul Qadir Jailani dan selanjutnya. Smua ini adalah perbuatan syirkul asghar bila yang melakukan ini meyakini bahwa zat yang disebut namanya dalam sumpah tersebut mulia akan tetapi tidak semulia Allah Ta’ala. Akan tetapi bila yang bersumpah tersebut meyakini bahwa zat yang disebut itu mempunyai kemuliaan seperti kemuliaan Allah, maka pelakunya telah melakukan syirkul akbar. Demikinlah yang diterangkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubaidah bahwa Ibnu Umar mendengar seorang mengatakan :Tidak, demi Ka’bah. Maka berkatalah Ibnu Umar radhiyallahu anhuma: Janganlah dipakai sumpah-sumpah selain Allah karena aku sungguh pernah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka sungguh dia telah kafir atau telah berbuat syirik. (Riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud).
At Tirmidzi mengomentari hadits ini demikian :
Ini adalah hadits hasan dan hadits ini ditafsirkan oleh sebagian ulama bahwa pernyataan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam : Maka sesungguhnya ia telah kafir atau telah berbuat syirik adalah pernyataan yang maksudnya mengancam pelakunya dengan ancaman yang keras(yakni pelakunya tidaklah kafir keluar dari Islam), pengertian demikian berdalil dengan hadits ibnu Umar bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam mendengarkan Umar bin Khattab berkata : Demi ayahku, demi ayahku. Maka Nabi bersabda : Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan bapak-bapak kalian. (yakni disini ditunjukkan bahwa Umar tidak dianggap kafir atau keluar dari Islam, sebab Nabi tidak memerintahkan masuk Islam kembali), and juga hadits dari Abu Hurairah radhiyuallahu anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa bersumpah dalam sumpahnya dengan perkataan : Demi berhala latta dan Uza, maka hendaklah ia mengatakan Laa ilaha illa Llahu.
BERTAUBAT DARI SYIRIK
Adapun bertaubat dari perbuatan kedua jenis syirik tersebut tentunya disesuaikan dengan jenis syiriknya. Bila bertaubat dari syirik akbar tentunya dengan masuk Islam kembali, karena pada hakekatnya pelakunya telah murtad (keluar dari Islam). Sedangkan bretaubat dari syirik ashghor ialah dengan meminta ampun kepada Allah Ta’ala dan menyempurnakan tauhidnya sehingga terjauh dari kedua jenis syirik tersebut. Maka kita harus rajin-rajin mempelajari tauhid dan segala prebuatan syirik yang akan merusakkannya. Dan setiap saat kita harus bertaubat dari perbuatan syirik yang kita ketahui atau yang kita tidak ketahui.
seperti riya’ (yakni melakukan atau meninggalkan sesuatu amal sholih karena Allah tetapi akan lebih semangat amalan tersebut bila dilihat manusia). Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Allah didalam surat Al Kahfi: 110 dan dari hadits Nabi shalallauh alahi wasalam diriwayatkan: dari Jundab radhiyallahu `anhu dia mengatakan: Rasulullah shalallahu `alahi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang beramal untuk didengar orang, Allah akan perdengarkan kepalsuannya si hari kiamat, dan barang siapa yang beramal untuk dilihat orang, maka Allah akan memperlihatkan kepalsuannya di hari kiamat di hadapan segenap makhluk. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Termasuk syirkul asghar ialah bersumpah dengan selain nama Allah, umpamanya bersumpah atas nama nabi seperti menyatakan : Wan Nabi (Demi Nabi), atau dengan Ka’bah, seperti Wal Ka’bah (Demi Ka’bah) atau dengan nama para wali : Wa Syaikh Abdul Qadir Jailani dan selanjutnya. Smua ini adalah perbuatan syirkul asghar bila yang melakukan ini meyakini bahwa zat yang disebut namanya dalam sumpah tersebut mulia akan tetapi tidak semulia Allah Ta’ala. Akan tetapi bila yang bersumpah tersebut meyakini bahwa zat yang disebut itu mempunyai kemuliaan seperti kemuliaan Allah, maka pelakunya telah melakukan syirkul akbar. Demikinlah yang diterangkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubaidah bahwa Ibnu Umar mendengar seorang mengatakan :Tidak, demi Ka’bah. Maka berkatalah Ibnu Umar radhiyallahu anhuma: Janganlah dipakai sumpah-sumpah selain Allah karena aku sungguh pernah mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka sungguh dia telah kafir atau telah berbuat syirik. (Riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud).
At Tirmidzi mengomentari hadits ini demikian :
Ini adalah hadits hasan dan hadits ini ditafsirkan oleh sebagian ulama bahwa pernyataan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam : Maka sesungguhnya ia telah kafir atau telah berbuat syirik adalah pernyataan yang maksudnya mengancam pelakunya dengan ancaman yang keras(yakni pelakunya tidaklah kafir keluar dari Islam), pengertian demikian berdalil dengan hadits ibnu Umar bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam mendengarkan Umar bin Khattab berkata : Demi ayahku, demi ayahku. Maka Nabi bersabda : Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah melarang kalian bersumpah dengan bapak-bapak kalian. (yakni disini ditunjukkan bahwa Umar tidak dianggap kafir atau keluar dari Islam, sebab Nabi tidak memerintahkan masuk Islam kembali), and juga hadits dari Abu Hurairah radhiyuallahu anhu bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa bersumpah dalam sumpahnya dengan perkataan : Demi berhala latta dan Uza, maka hendaklah ia mengatakan Laa ilaha illa Llahu.
BERTAUBAT DARI SYIRIK
Adapun bertaubat dari perbuatan kedua jenis syirik tersebut tentunya disesuaikan dengan jenis syiriknya. Bila bertaubat dari syirik akbar tentunya dengan masuk Islam kembali, karena pada hakekatnya pelakunya telah murtad (keluar dari Islam). Sedangkan bretaubat dari syirik ashghor ialah dengan meminta ampun kepada Allah Ta’ala dan menyempurnakan tauhidnya sehingga terjauh dari kedua jenis syirik tersebut. Maka kita harus rajin-rajin mempelajari tauhid dan segala prebuatan syirik yang akan merusakkannya. Dan setiap saat kita harus bertaubat dari perbuatan syirik yang kita ketahui atau yang kita tidak ketahui.