Sabtu, 02 Juli 2011

Ucapan hari Raya Islam

Para sahabat Nabi bila bertemu saat hari raya akan mengucapkan "Taqobalallahu minna wa minkum", yang artinya "Semoga Allah menerima amalan kami dan kamu". Sedangkan kalimat "minal aidin wal faizin" tidak ada di kamus bahasa Arab kecuali kata perkata, kalimat ini hanya dipahami oleh orang Indonesia sebagai ucapan lebaran, yang arti sebenarnya adalah "termasuk orang yang kembali dan menang".

Bila ingin menggunakan frasa "minal aidin wal faizin", kita bisa gunakan kalimat lengkap "taqobbalallahu minna wa minkum wa ja'alanallahu minal aidin wal faizin" yang artinya "semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan". Atau juga kalimat "taqobbalallahu minna wa minkum siyamana wa siyakum" yang artinya "semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan, puasaku dan puasamu".

Sebetulnya lebih baik lagi kalau ucapan permintaan maaf dilakukan menjelang awal Ramadhan, karena bisa menjalankan ibadah dengan hati bersih, Dan hari Idul Fitri menjadi hari kemenangan karena telah beribadah puasa dan meperbanyak amalan lainnya selama sebulan di bulan Ramadhan, Jadi setelah mengucapkan "Taqobbalallahu minna wa minkum" dibalas dengan "taqabbal yaa kariim", yang artinya "terimalah ya Allah".

Bila ada kebiasaan mohon maaf saat lebaran juga tidak ada salahnya, karena saling memaafkan itu baik. Hanya saja ternyata kita perlu mengetahui bahwa saling mendo'akan agar amalan diterima oleh Allah SWT saat hari Idul Fitri lebih baik lagi, setelah saat menjelang Ramadhan sudah saling meminta maaf, dan selama bulan Ramadhan berjuang melawan hawa nafsu dan memperbanyak amal ibadah.


عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له : يارسول الله ما كنت تصنع هذ فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين  قال الأعظمي : إسناده جيد
Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: ‘Amin, Amin, Amin’. Para sahabat bertanya : “Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda, “Baru saja Jibril berkata kepadaku: ‘Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan’, maka kukatakan, ‘Amin’, kemudian Jibril berkata lagi, ‘Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua)’, maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu’, maka kukatakan, ‘Amin”.” Al A’zhami berkata: “Sanad hadits ini jayyid”.
Hadits ini dishahihkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/114, 406, 407, 3/295), juga oleh Adz Dzahabi dalam Al Madzhab (4/1682), dihasankan oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (8/142), juga oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Al Qaulul Badi‘ (212), juga oleh Al Albani di Shahih At Targhib (1679).

2 komentar:

I-one mengatakan...
wah,baru tahu nih... moga kita dijauhkan dari bi'ah
cikalananda mengatakan...
Nice artikel...

Rabu, 29 Juni 2011

Isra' Mi'raj

Isra' Mi'raj adalah dua peristiwa yang menjadi satu kesatuan. Isra' adalah peristiwa yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia, sedangkan Mi'raj berkaitan hubungan manusia dengan Allah.

Untuk peristiwa Isra' diceritakan pada suatu malam Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ditemui malaikat jibril. Malaikat jibril membelah dada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mencuci segumpal daging di dalamnya dengan air zam-zam. Kemudian di dalam dada tersebut dimasukkan hikmah dan keimanan lalu ditutup kembali.

Setelah itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menaiki buraq, yang berwarna putih, bertelinga panjang, lebih kecil daripada kuda dan lebih besar daripada keledai. Saat menaiki buraq, malaikat jibril berada di sebelah kanan dan malaikat mikail di sebelah kiri. Perjalanan ini singgah di beberapa tempat yaitu di Madinah (tempat beliau akan hijrah), pohon Madyan (tempat Nabi Musa 'alaihi sallam istirahat saat dikejar Fir'aun), gunung Sinai (tempat Nabi Musa 'alaihi sallam bicara pada Allah), Bait Lahm (tempat Nabi Isa 'alaihi sallam dilahirkan).

Setelah itu banyak pemandangan yang dilihat oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua pemandangan itu adalah hikmah dari kehidupan di dunia. Akhirnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sampai di Baitul Maqdis (Masjidil Aqso). Tiba-tiba di sana berkumpul banyak Nabi, lalu mereka shalat berjama'ah, dimana Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi imam.

Selesai shalat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam minum susu (dari tawaran antara susu dan khamr). Lalu melakukan perjalanan ke langit yang disebut Mi'raj.

Perjalanan menuju Mi'raj melewati 7 langit. Di langit pertama Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bertemu Nabi Adam 'alaihi sallam, langit kedua bertemu Nabi Isa 'alaihi sallam dan Nabi Yahya 'alaihi sallam, langit ketiga bertemu Nabi Yusuf 'alaihi sallam, langit ke empat bertemu Nabi Idris 'alaihi sallam, langit kelima bertemu Nabi Harun 'alaihi sallam, langit ke enam bertemu Nabi Musa 'alaihi sallam, langit ke tujuh bertemu Nabi Ibrahim 'alaihi sallam.

Perjalanan menuju Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berjalan seorang diri. Oleh Allah, manusia diperintah untuk shalat 50 kali. Lalu Nabi Muhammad turun beberapa kali ke langit ke enam bertemu nabi Musa 'alaihi sallam yang menyarankan mohon keringanan. Akhirnya oleh Allah manusia diperintahkan untuk melakukan shalat 5 waktu dalam sehari.


Allah berfirman
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ 
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al Israa [17] : 1)


Allah berfirman
وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ ﴿١٣﴾ عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ ﴿١٤﴾ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ ﴿١٥﴾ إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ ﴿١٦﴾ مَا زَاغَ ٱلْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ﴿١٧﴾ لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلْكُبْرَىٰٓ ﴿١٨﴾ أَ

Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm [53] : 13 - 18)

Selasa, 17 Mei 2011

Bahaya memutuskan silaturahmi

0rang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah. Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.

Allah berfirman
 هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ  أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan  Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ
"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata," Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

 مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR Tirmidzi)

Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam bersabda
 لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
"Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)" (HR Bukhari dan Muslim)

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
 لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim)

Silaturahmi

Silaturahmi atau silaturrahim bisa diartikan dengan hubungan kekerabatan karena keturunan atau perkawinan. Setelah hubungan kekerabatan, sesama orang-orang beriman juga bersaudara.

Silaturahmi adalah perwujudan rasa cinta pada keluarga. Silaturahmi akan memperluas rejeki dan membuat seseorang dikenang dengan nama baik.

0rang yang beriman dan bertakwa diperintah Allah untuk memelihara dan menyambung silaturahmi. Menyambung silaturahmi berarti menyambung hubungan yang terputus, bukan sekedar membalas kunjungan atau hadiah.

Allah akan membuat hubungan dengan orang yang menyambung silaturahmi. Allah selalu dekat dan menyertai orang yang tetap bersikap baik kepada yang memutus silaturahmi dan bersikap kasar padanya.

0rang yang menyambung silaturahmi dan selalu mempertahankan (juga mendirikan shalat dan membayar zakat) maka dia akan masuk surga.


Allah berfirman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ a وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujuraat[49] : 10)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda
إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ
"Sesungguhnya silaturrahim adalah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan memperpanjang umur". (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata
 سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezeqinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturrahim". (HR. Bukhari)

dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim". (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS An Nisaa[4]:1)


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
"0rang yang menyambung (tali silaturahmi) bukanlah orang yang membalas jasa, akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) adalah yang apabila diputuskan hubungan (silaturahmi)nya, ia menyambungnya" (HR Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)

dari Abdurrahman bin 'Auf t, ia berkata,

Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
  قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ وَأَنَا الرَّحْمنُ, خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
Allah berfirman, "Aku adalah Allah I, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku mengambilkan baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Aku menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang memutuskannya niscaya Aku memutuskan (hubungan dengan)nya." (HR. at-Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)
dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang terus kusambung hubungan dengan mereka sedangkan mereka memutuskannya, aku berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, serta mereka bersikap bodoh kepadaku sedangkan aku selalu bersikap santun kepada mereka", Beliau bersabda:
 لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذلِكَ
"Jika engkau benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau menaburkan bara panas di wajah mereka, dan senantiasa kemenangan dari Allah swt menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu." (HR Muslim)



dari Abu Ayyub
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنْ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنْ النَّارِ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ  
Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seraya bertanya, 'Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang mendekatkanku dari surga dan menjauhkanku dari neraka? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung silaturrahim dengan keluarga. Ketika dia pamit maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika dia berpegang teguh pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga'. (HR. Muslim)

Sabtu, 29 Januari 2011

Qonaah

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan jiwa". (HR. Bukhari dan Muslim).

Kekayaan jiwa tersebut adalah qona'ah. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh Allah. Tekadang yang diterima manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi sebetulnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak terhitung jumlahnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya". (HR Muslim).

Merasa puas dengan apa yang didapatkannya membuat hati jadi qona'ah. Dan orang-orang yang qona'ah akan mudah bersyukur kepada Allah.

Prof HAMKA menerangkan tentang sifat qona'ah di dalam bukunya berjudul Tasawuf Modern. Bahwa sesungguhnya sifat qona'ah mengandung lima hal, pertama menerima apa yang ada dengan rela. Kedua, memohon kepada Allah agar diberi tambahan yang pantas, ditambah dengan usaha. Ketiga, menerima ketentuan Allah dengan sabar. Keempat, bertawakal kepada Allah. Kelima, tidak tertarik pada tipu daya dunia.

Allah berfirman "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash:77)

Kamis, 20 Januari 2011

Tasawuf

Tasawuf berasal dari kata "As-suuf" artinya kain atau bulu yang kasar. Kemudian As-suuf diberi akhiran "ya" (as-Suufiya) yang diartikan kepada orang yang suka memakai bulu binatang sebagai lambang kesederhanaan. Lawan dari pakaian sutera yang dijadikan simbol kemewahan. Kemudian orang yang lebih mengutamakan kesederhanaan disebut "sufi". Ada beberapa definisi lain dari istilah awal tasawuf. Tapi bagaimanapun juga lebih baik diambil hikmah atau kebaikan yang terkandung di dalam tasawuf.

Pada perkembangan selanjutnya, tidak mudah mendefinisikan makna dari tasawuf. Tapi bisa dikutip salah satu pengertian tasawuf dari salah satu tokoh Sufi modern yaitu Al Junaid Al Baghdadi (wafat 289H) yang menyebutkan "Tasawuf adalah riyadhah (latihan) membebaskan hati dari hayawaniyyah (sifat yang menyamai binatang) dan menguasai sifat basyariah (kemanusiaan) untuk memberikan tempat bagi sifat-sifat kerohaniaan yang suci, berpegang pada ilmu dan kebenaran, dan benar-benar menepati janji pada Allah SWT, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW"

Dalam agama Islam, zuhud adalah inti dari ajaran tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan dengan mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud dalam pengertian yang benar adalah menekan hasrat dan menjauhkan diri dari kesenangan dunia untuk mencapai kesenangan akherat. Zuhud dalam dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di tangan Allah daripada di tangan manusia.

Sikap zuhud dapat memberikan ketenangan kepada seseorang. Zuhud dapat memberi benteng dari sikap sombong, kikir, serakah dan bermewah-mewahan. Kehancuran seseorang, bahkan sebuah bangsa dapat dicirikan dari keempat ciri di atas.

Sabtu, 18 Desember 2010

Kisah Nabi Ayyub AS

Dalam Al Qur'an dijelaskan, Nabi Ayyub AS adalah seorang utusan Allah yang sangat sabar. Ia disebut-sebut sebagai seorang hamba yang paling baik karena kesabarannya itu. Sebagaimana diketahui, Nabi Ayyub AS dulunya adalah seorang yang sangat kaya dan taat beribadah kepada Allah. Siang dan malam ia pergunakan untuk beribadah. Siangnya berpuasa dan malamnya digunakan untuk bermunajat kepada Allah. Harta kekayaan yang dimilikinya, tak membuat ia kufur. Sebaliknya, ia selalu mensyukuri atas seluruh karunia Allah tersebut.

Iblis, tak senang dengan ibadah Nabi Ayyub AS. Ia memohon izin kepada Allah untuk menggoda dan menjerumuskannya ke dalam golongan orang-orang yang sesat dan ingkar. Iblis mengira, ibadah yang dikerjakan ibadah yang dikerjakan Nabi Ayyub As itu karena ia diberikan kekayaan melimpah dan anak yang banyak serta istri yang selalu setia. Oleh karena itu, iblis ingin menggodanya agar Ayyub tersesat.

Allah pun memberikan izin kepada kepada iblis untuk menggoda Nabi Ayyub. Dan, Allah juga mengujinya dengan sakit yang sangat parah dan menjijikkan. Di antaranya penyakit kulit. Ulat-ulat pun banyak yang menikmati penderitaan Nabi Ayyub itu.

Secara perlahan, harta-hartanya berkurang dan akhirnya habis. Anak-anaknya diwafatkan oleh Allah. Istrinya pun meninggalkan Nabi Ayyub karena tak sanggup dengan bau yang diderita suaminya. Semua ujian itu tak menggoyahkan Nabi Ayyub AS. Bukannya menghentikan ibadah, Nabi Ayyub AS malah semakin giat melaksanakan semua ajaran Allah. Nabi Ayyub yakin bahwa semua itu adalah ujian Allah untuk menguji kesabarannya.

Ayyub mengadukan ujian dari setan yang ingin menyesatkannya. Ia berkata :"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan" (QS Shad [38]:41). Kepayahan disini, karena setan tak henti-hentinya menggoda padahal ia sudah dalam keadaan lemah karena sakit. Setan selalu menggoda kesabarannya dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Menurut sejumlah ulama, sakit yang dialami berlangsung selama 18 tahun.

Maka Allah pun menolongnya. Melepaskan semua belenggu yang dideritanya. Kekayaannya dikembalikan, konon anak-anaknya dihidupkan, dan istrinya kembali ke pangkuannya. Kisah selengkapnya dapat dilihat pada surah Shad [38]: 41-44, Al Anbiyaa' [21]: 83-84.