Selasa, 17 Mei 2011

Bahaya memutuskan silaturahmi

0rang yang memutuskan silaturahmi adalah orang yang dilaknat oleh Allah. Dosa yang dipercepat oleh Allah untuk diberi siksa di dunia dan akhirat adalah memutuskan silaturahmi (selain berbuat zalim). 0rang yang memutuskan silaturahmi doanya tidak dikabulkan oleh Allah. 0rang yang memutuskan silaturahmi tidak akan masuk surga. Bila dalam suatu kaum terdapat orang yang memutus silaturahmi, maka kaum itu tidak akan mendapat rahmat dari Allah.

Allah berfirman
 هَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ  أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan  Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka" (QS. Muhammad :22-23)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ
"Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a." Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata," Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian"." (HR. Ahmad)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

 مَا مِنْ ذَنْبٍ أَحْرَى أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يُدَّخَرُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak ada dosa yang Allah swt lebih percepat siksaan kepada pelakunya di dunia, serta yang tersimpan untuknya di akhirat selain perbuatan zalim dan memutuskan tali silaturahmi" (HR Tirmidzi)

Rasulullah shallallah 'alaihi wa sallam bersabda
 لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ
"Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan (silaturahmi)" (HR Bukhari dan Muslim)

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
 لاَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيْهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
"Rahmat tidak akan turun kepada kaum yang padanya terdapat orang yang memutuskan tali silaturahmi (HR Muslim)

Silaturahmi

Silaturahmi atau silaturrahim bisa diartikan dengan hubungan kekerabatan karena keturunan atau perkawinan. Setelah hubungan kekerabatan, sesama orang-orang beriman juga bersaudara.

Silaturahmi adalah perwujudan rasa cinta pada keluarga. Silaturahmi akan memperluas rejeki dan membuat seseorang dikenang dengan nama baik.

0rang yang beriman dan bertakwa diperintah Allah untuk memelihara dan menyambung silaturahmi. Menyambung silaturahmi berarti menyambung hubungan yang terputus, bukan sekedar membalas kunjungan atau hadiah.

Allah akan membuat hubungan dengan orang yang menyambung silaturahmi. Allah selalu dekat dan menyertai orang yang tetap bersikap baik kepada yang memutus silaturahmi dan bersikap kasar padanya.

0rang yang menyambung silaturahmi dan selalu mempertahankan (juga mendirikan shalat dan membayar zakat) maka dia akan masuk surga.


Allah berfirman
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ a وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al Hujuraat[49] : 10)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda
إِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِى اْلأَهْلِ وَمَثرَاةٌ فِى الْمَالِ وَمَنْسَأَةٌ فِى اْلأَثَرِ
"Sesungguhnya silaturrahim adalah rasa cinta di dalam keluarga, menambah harta, dan memperpanjang umur". (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu berkata
 سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang ingin diluaskan rezeqinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturrahim". (HR. Bukhari)

dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ, وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturrahim". (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (QS An Nisaa[4]:1)


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلكِنَّ الْوَاصِلَ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
"0rang yang menyambung (tali silaturahmi) bukanlah orang yang membalas jasa, akan tetapi orang yang menyambung (tali silaturahmi) adalah yang apabila diputuskan hubungan (silaturahmi)nya, ia menyambungnya" (HR Bukhari, Abu Dawud dan Tirmidzi)

dari Abdurrahman bin 'Auf t, ia berkata,

Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
  قَالَ اللهُ تعالى: أَنَا اللهُ وَأَنَا الرَّحْمنُ, خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ
Allah berfirman, "Aku adalah Allah I, dan Aku Yang Maha Penyayang, Aku menciptakan rahim, dan Aku mengambilkan baginya satu nama dari nama-Ku. Maka barangsiapa yang menyambungnya niscaya Aku menyambung (hubungan dengan)nya dan barangsiapa yang memutuskannya niscaya Aku memutuskan (hubungan dengan)nya." (HR. at-Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad)
dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki kerabat yang terus kusambung hubungan dengan mereka sedangkan mereka memutuskannya, aku berbuat baik kepada mereka dan mereka berbuat jahat kepadaku, serta mereka bersikap bodoh kepadaku sedangkan aku selalu bersikap santun kepada mereka", Beliau bersabda:
 لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ, فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ, وَلاَيَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللهِ ظَهِيْرٌ عَلَيْهِمْ مَادُمْتَ عَلَى ذلِكَ
"Jika engkau benar-benar seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau menaburkan bara panas di wajah mereka, dan senantiasa kemenangan dari Allah swt menyertaimu terhadap mereka, selama engkau tetap seperti itu." (HR Muslim)



dari Abu Ayyub
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنْ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنْ النَّارِ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ  
Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seraya bertanya, 'Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang mendekatkanku dari surga dan menjauhkanku dari neraka? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung silaturrahim dengan keluarga. Ketika dia pamit maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika dia berpegang teguh pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga'. (HR. Muslim)

Sabtu, 29 Januari 2011

Qonaah

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan jiwa". (HR. Bukhari dan Muslim).

Kekayaan jiwa tersebut adalah qona'ah. Bersyukur terhadap apa-apa yang telah diberikan oleh Allah. Tekadang yang diterima manusia menurut ukuran materi jumlahnya sedikit, tetapi sebetulnya nikmat yang diberikan oleh Allah tidak terhitung jumlahnya.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda "sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberikan rizki yang cukup dan Allah menjadikannya merasa puas dengan apa yang diberikan kepadanya". (HR Muslim).

Merasa puas dengan apa yang didapatkannya membuat hati jadi qona'ah. Dan orang-orang yang qona'ah akan mudah bersyukur kepada Allah.

Prof HAMKA menerangkan tentang sifat qona'ah di dalam bukunya berjudul Tasawuf Modern. Bahwa sesungguhnya sifat qona'ah mengandung lima hal, pertama menerima apa yang ada dengan rela. Kedua, memohon kepada Allah agar diberi tambahan yang pantas, ditambah dengan usaha. Ketiga, menerima ketentuan Allah dengan sabar. Keempat, bertawakal kepada Allah. Kelima, tidak tertarik pada tipu daya dunia.

Allah berfirman "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah engkau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash:77)

Kamis, 20 Januari 2011

Tasawuf

Tasawuf berasal dari kata "As-suuf" artinya kain atau bulu yang kasar. Kemudian As-suuf diberi akhiran "ya" (as-Suufiya) yang diartikan kepada orang yang suka memakai bulu binatang sebagai lambang kesederhanaan. Lawan dari pakaian sutera yang dijadikan simbol kemewahan. Kemudian orang yang lebih mengutamakan kesederhanaan disebut "sufi". Ada beberapa definisi lain dari istilah awal tasawuf. Tapi bagaimanapun juga lebih baik diambil hikmah atau kebaikan yang terkandung di dalam tasawuf.

Pada perkembangan selanjutnya, tidak mudah mendefinisikan makna dari tasawuf. Tapi bisa dikutip salah satu pengertian tasawuf dari salah satu tokoh Sufi modern yaitu Al Junaid Al Baghdadi (wafat 289H) yang menyebutkan "Tasawuf adalah riyadhah (latihan) membebaskan hati dari hayawaniyyah (sifat yang menyamai binatang) dan menguasai sifat basyariah (kemanusiaan) untuk memberikan tempat bagi sifat-sifat kerohaniaan yang suci, berpegang pada ilmu dan kebenaran, dan benar-benar menepati janji pada Allah SWT, dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW"

Dalam agama Islam, zuhud adalah inti dari ajaran tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan dengan mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud dalam pengertian yang benar adalah menekan hasrat dan menjauhkan diri dari kesenangan dunia untuk mencapai kesenangan akherat. Zuhud dalam dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di tangan Allah daripada di tangan manusia.

Sikap zuhud dapat memberikan ketenangan kepada seseorang. Zuhud dapat memberi benteng dari sikap sombong, kikir, serakah dan bermewah-mewahan. Kehancuran seseorang, bahkan sebuah bangsa dapat dicirikan dari keempat ciri di atas.

Sabtu, 18 Desember 2010

Kisah Nabi Ayyub AS

Dalam Al Qur'an dijelaskan, Nabi Ayyub AS adalah seorang utusan Allah yang sangat sabar. Ia disebut-sebut sebagai seorang hamba yang paling baik karena kesabarannya itu. Sebagaimana diketahui, Nabi Ayyub AS dulunya adalah seorang yang sangat kaya dan taat beribadah kepada Allah. Siang dan malam ia pergunakan untuk beribadah. Siangnya berpuasa dan malamnya digunakan untuk bermunajat kepada Allah. Harta kekayaan yang dimilikinya, tak membuat ia kufur. Sebaliknya, ia selalu mensyukuri atas seluruh karunia Allah tersebut.

Iblis, tak senang dengan ibadah Nabi Ayyub AS. Ia memohon izin kepada Allah untuk menggoda dan menjerumuskannya ke dalam golongan orang-orang yang sesat dan ingkar. Iblis mengira, ibadah yang dikerjakan ibadah yang dikerjakan Nabi Ayyub As itu karena ia diberikan kekayaan melimpah dan anak yang banyak serta istri yang selalu setia. Oleh karena itu, iblis ingin menggodanya agar Ayyub tersesat.

Allah pun memberikan izin kepada kepada iblis untuk menggoda Nabi Ayyub. Dan, Allah juga mengujinya dengan sakit yang sangat parah dan menjijikkan. Di antaranya penyakit kulit. Ulat-ulat pun banyak yang menikmati penderitaan Nabi Ayyub itu.

Secara perlahan, harta-hartanya berkurang dan akhirnya habis. Anak-anaknya diwafatkan oleh Allah. Istrinya pun meninggalkan Nabi Ayyub karena tak sanggup dengan bau yang diderita suaminya. Semua ujian itu tak menggoyahkan Nabi Ayyub AS. Bukannya menghentikan ibadah, Nabi Ayyub AS malah semakin giat melaksanakan semua ajaran Allah. Nabi Ayyub yakin bahwa semua itu adalah ujian Allah untuk menguji kesabarannya.

Ayyub mengadukan ujian dari setan yang ingin menyesatkannya. Ia berkata :"Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan" (QS Shad [38]:41). Kepayahan disini, karena setan tak henti-hentinya menggoda padahal ia sudah dalam keadaan lemah karena sakit. Setan selalu menggoda kesabarannya dalam menghadapi musibah yang menimpanya. Menurut sejumlah ulama, sakit yang dialami berlangsung selama 18 tahun.

Maka Allah pun menolongnya. Melepaskan semua belenggu yang dideritanya. Kekayaannya dikembalikan, konon anak-anaknya dihidupkan, dan istrinya kembali ke pangkuannya. Kisah selengkapnya dapat dilihat pada surah Shad [38]: 41-44, Al Anbiyaa' [21]: 83-84.

Jumat, 03 Desember 2010

Hijrah

Secara bahasa, hijrah berarti berpindah, meninggalkan, berpaling, dan tak mempedulikan lagi. Hijrah mempunyai beberapa pengertian. Pertama, kaum Muslim meninggalkan negerinya yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan kafir. Kedua, menjauhkan diri dari dosa. Ketiga, permulaan tarikh Islam.

Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah. Dalam hubungan ini, hijrah berarti berkorban demi Allah, yaitu memutuskan hubungan dengan yang paling dekat dan dicintai demi tegaknya kebenaran, dengan jalan berpindah dari kampung halaman ke negeri orang lain.

Hijrah seperti ini seperti ini telah menjadi pusaka para rasul sebelum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan terbukti telah menjadi babak pendahuluan bagi kebangkitan perjuangan.

Dalam menjalankan tugas kerasulannya di Makkah, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berhadapan dengan masyarakat jahiliah, yakni masyarakat pemeluk nilai-nilai warisan Nabi Ibrahim 'alaihi sallam, yang telah mereka selewengkan dari bentuk yang sebenarnya. Inti warisan itu adalah pengesaan terhadap Allah. Pada saat itu, penyembahan terhadap berhala dan perbuata syirik lainnya telah merusak ajaran tauhid.

Nama Allah, meskipun masih ada dalam kepercayaan mereka, telah tenggelam dalam nama-nama dan sesembahan lainnya. Kepercayaan semacam ini telah mengundang banyak pemeluknya untuk datang ke Ka'bh, demi menunaikan ibadah haji sambil berdagang. Sehingga, Makkah menjadi pusat perdagangan yang ramai dikunjungi para pengunjung.

Akibatnya, suku Quraisy, terutama para penguasa dan pemukanya, menjadi kaya. Ka'bah dan kepercayaan dipandang sebagai sumber utama kekayaan mereka pada akhirnya.Ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memulai tugasnya dengan menekankan aspek keesaan Allah (tauhid), mereka segera membangkitkan sikap permusuhan terhadap Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bersama para sahabatnya mendapat perlakuan buruk dan kasar dari orang-orang Quraisy yag masih kafir. Umat muslim dikejar-kejar dan dianiaya. Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengizinkan sebagian pengikutnya untuk mencari keamanan di negeri Abessinia (Ethiopia), yang penduduknya beragama Nasrani, dan rajanya yag bernama Najasyi (Negus), yang dikenal adil dan bijaksana.

Pasca wafatnya Siti Khadijah dan Abi Thalib, ruang gerak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berdakwah di Makkah semakin sempit. Saat itu sudah sudah memasuki tahun ke-10 kenabian. Untuk menyelamatkan diri dari kekerasan dan kekejaman kafir Quraisy, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam Tha'if (sekitar 65 km dari Makkah). Namun, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam justru mendapatkan perakuan yang lebih buruk dan dilempari hingga terluka.

Setelah Perjanjian Aqabah, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menyiapkan Hijrah ke Yatsrib secara matang. Sebab, target utama kaum musyrik Makkah adalh menggagalkan hijrah kaum muslim. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menyiapkan bekal, kendaraan, penunjuk jalan, strategi, dan rute yang akan ditempuh. Beliau juga meminta Abu Bakar ash-Siddiq dan seorang pemandu jalan yang bernama Abdullah bin Uraiqit untuk menemaninya.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan rumah pada malam hari di 27 Shafar tahun ke-13 kenabian, atau bertepatan dengan 12 atau 13 September tahun 622 Masehi. Perjalanan awal keluar Makkah justru menempuh jalan yang berlawanan dengan jalan menuju Madinah. Hal ini dimaksudkan untuk mengecoh para pengejar. Gua Tsur adalah tempat tujuan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.Di gua ini, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bermalam selama tiga hari. Kaum musyrik Quraisy sempat mengejar, tetapi keberadaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan Abu Bakar di dalam gua tidak diketahui mereka.

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam akhirnya tiba di Yatsrib pada Jum'at 12 Rabiul Awal di tahun yang sama. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam disambut penduduk Madinah dengan meriah.

Sabtu, 27 November 2010

Al muflisun (orang bangkrut di akhirat tidak punya pahala menumpuk dosa)

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabat: "Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu? " Para sahabat menjawab "Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim)