Sumber : Spiritual Sinergi Semesta
Sunatullah
Sunnatullah adalah KEHENDAK ALLAH yang berupa Konsep-Ketetapan Ilahi Yang Tak Bisa Diubah . Sunnatullah berlaku kepada siapa pun, dimana pun, dan kapan pun. Sunnatullah ada yang sudah dipahami manusia, tapi BUANYAK yang masih belum atau bahkan tidak akan pernah mampu dipahami oleh manusia. Kalau ada manusia yang memahami SEMUA SUNNATULLAHNYA maka dikhawatirkan manusia itu menjadi sombong dan menganggap diri sebagai Tuhan.
Taqdir
Taqdir adalah KEHENDAK ALLAH yang berupa Kejadian-Kejadian yang berlaku berdasarkan Konsep Ilahi, yakni berdasarkan Sunnatullah. Jika Sunnatullah itu sebuah Ketentuan yang berupa RUMUS, maka TAKDIR itu adalah AKSI dari RUMUS yang berlaku.
Syariah
Syari’ah adalah KEHENDAK ALLAH yang berupa Konsep-Ketetapan Ilahi yang diujikan kepada manusia secara bebas, apakah manusia mau menggunakannya ataukah tidak. MUSLIM artinya BERSERAH kepada ALLAH, yakni menurut-ta'at atas syari'ah yang telah ditetapkan untuknya. Dan sebagai MUKMIN artinya YAKIN bahwa syari'ah dari ALLAH adalah yang terBAIK untuknya.
Ikhtiar
Ikhtiar atau Ikhtiyar (artinya : atas kemauan-kehendak sendiri) dan Istikhoroh (artinya : mencari pilihan) berasal dari kata yang sama yaitu "Khoiron" yang artinya Kebaikan. Jadi secara sederhana IKHTIAR dapat diartikan sebagai USAHA DIRI "YANG PENUH KEMAUAN" untuk MENCARI dan MELAKUKAN PILIHAN TERBAIK.
Jadi, jika SUNNATULLAH, TAKDIR, dan SYARI'AH merupakan KEHENDAK ALLAH maka IKHTIAR adalah KEHENDAK diri. Intinya ALLAH berkehendak agar kita memiliki kehendak. Disinilah "ruang" ikhtiar. Itu sebabnya kelak kita bertanggung jawab atas ikhtiar-ikhtiar kita.
Nasib
Nasib adalah Hasil dari ikhtiar kita atas Syari'ah, Sunnatullah, dan Takdir . Hari ini banyak yang mengkonotasikan Nasib dengan sesuatu yang tidak baik, padahal tidak selalu demikian, bahkan bagi orang-orang yang berTAQWA maka NASIB BAIK akan nyaris selalu menyertainya.
Jumat, 04 November 2011
Epistemologi Makrifat
Sumber : Republika Online
Prof Dr Nasaruddin Umar
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Wakil Menteri Agama RI
Pengetahuan yang diperoleh melalui olah nalar disebut dengan ilmu ('ilm) dan pengetahuan yang diperoleh melalui olah batin disebut makrifat (ma'rifah). Secara kebahasaan, kata 'ilm berasal dari akar kata alima-ya'lamu, berarti mengetahui. Seakar kata dengan 'alam, berarti tanda, petunjuk, bendera.'Alamah berarti alamat atau suatu tanda yang melalui dirinya dapat diketahui sesuatu yang lain (ma bihi ya'lamu al-syai). Dalam pembahasan terdahulu tentang alam dijelaskan segala sesuatu selain Allah (ma siwa Allah) adalah alam. Alam adalah tanda menunjuk kepada (adanya) Allah SWT. Alam juga sekaligus memberikan kesadaran dan pengetahuan tentang Allah SWT. Dari segi kebahasaan dapat ditangkap makna 'ilm dan 'alam memiliki konotasi fisik dan mekanik (hushuli).
Sedangkan, makrifah berasal dari kata 'arafa-yurif, memiliki berbagai makna yang lahir dari padanya, antara lain, mengetahui dan mengenal lebih dalam (i'rfah), pengakuan dosa (i'tiraf), wukuf di Arafah ('arrafah al-hujjaj), Padang Arafah ('arafat), tempat antara surga dan neraka (a'raf), bersetubuh ('arafah al-ma'ah), saling mengenal satu sama lain (ta'aruf), warisan tradisi lama yang positif ('urf), terkenal, masyhur (ma'ruf), ilmu pengetahuan luas (ma'arif), dan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif ('irfan/ma'rifah). Dari segi kebahasaan dapat dipahami makna makrifat memiliki konotasi lebih tinggi dan agung (hudhuri).
Dengan perbedaan tersebut, dengan sendirinya antara ilmu dan makrifat memiliki ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini bisa dipahami melalui perbedaan antara ilmu-ilmu hushuli dan ilmu-ilmu hudhuri (lebih lanjut mengenai hal ini lihat artikel terdahulu: "Antara Ilmu Hudhuri dan Ilmu Hushuli").
Secara ontologi, ilmu ('ilm) masih lebih banyak berkutat pada wilayah logika manusia. Referensi yang digunakan untuk memahami ilmu juga masih bersifat fisik dan visual, meskipun dalam tingkatannya yang lebih tinggi, khususnya dalam level filsafat makna, sudah ada yang mulai bertumpang tindih dengan level awal ontologi makrifat. Ontologi makrifat, sebagaimana arti dasarnya, lebih mengacu pada wilayah-wilayah yang dapat dikatakan asing bagi para ahli ilmu pengetahuan (saintis).
Meskipun demikian, sesungguhnya para saintis tidak bisa serta-merta menafikan keberadaan ontologi keilmuan makrifat karena secara de facto banyak peristiwa yang diungkap oleh pengetahuan makrifat sulit dibantah oleh para saintis. Sebutlah contoh tentang efek keberadaan Tuhan yang dulu dinafikan oleh para saintis positivisme, tetapi di dalam era posmodernisme mulai diberi ruang. Terakhir para saintis dalam era new age tidak bisa menyembunyikan adanya Godspot di dalam diri manusia. Kini para ilmuwan modern, sesekuler apa pun mereka, tidak dapat lagi terus-menerus 'menyerang' kaum agamawan (baca: agnostik) karena mereka sendiri meragukan dirinya sendiri.
Bahkan, di negara-negara maju sekarang sudah mulai demam kajian spiritual. Kabbalah (mistisisme Yahudi) yang dulu diharamkan oleh para Rabbi karena dianggap bid'ah kini laksana cendawan tumbuh di mana-mana. Di New York, tepatnya The Manhattan Center, yang terletak di 155 E/84 St, di jantung Kota New York berdiri tegak Kabbalah Center. Jauh sebelumnya, Karen Berg pernah mendirikan The National Research Institute of Kabbalah di Los Angeles, yang sampai sekarang ramai dikunjungi artis Hollywood dan ilmuwan Yahudi di sana. Di Eropa dan Amerika Latin juga demikian halnya. Lembaga-lembaga meditasi bahkan sudah dibuka di sejumlah universitas terkemuka. Buku-buku new age pernah mendominasi sejumlah toko buku di Amerika dan Eropa. Pusat-pusat sufistik akhir-akhir ini mungkin lebih ramai di Barat daripada di Timur. The Beshara School, sebuah lembaga spiritual yang bertaraf internasional, sudah mulai go public dan merambah hampir di seluruh negara. Begitu pun Ibnu 'Arabi Society, para anggotanya semakin besar, sebagaimana dapat dilihat di webnya. Pengikut Kabbani dan Bawa Muhaiyaddeen di AS juga semakin ramai dikunjungi pengikut. Di antara mereka bukan orang awam, tetapi sangat terdidik dan pejabat.
Meningkatnya gerakan sufisme di berbagai tempat menandakan adanya ketidakpuasan manusia terhadap capaian ilmu pengetahuan selama ini. Paling tidak kehausan intelektualitas manusia ternyata tidak mampu dipuaskan oleh ilmu pengetahuan ('ilm). Manusia menginginkan lebih dari sekadar ilmu yang hanya mampu memberikan kepuasan logika. Kepuasan sejati hanya dapat dirasakan manakala menyentuh aspek hakiki dari manusia yang namanya kepuasan batin. Justru kepuasan batin inilah yang kemudian mendatangkan kesadaran kemanusiaan yang lebih tinggi.
Untuk bisa sampai pada tingkat kepuasan batin ini dibutuhkan pengetahuan tingkat tinggi yang biasa disebut dengan makrifat, yang sesekali disebut irfan atau dalam istilah tasawuf biasa disebut dengan mukasyafah. Mukasyafah berarti penyingkapan tabir-tabir (hijab) yang selama ini menghijab manusia untuk mengakses sebuah dunia yang agung, di mana manusia bisa meraih kepuasan yang luar biasa.
Epistemologi makrifat lebih dari sekadar menempuh epistemologi keilmuan biasa. Persyaratan yang harus ada di dalam menggapai tingkat makrifat Al-Qusyairi ialah penyucian diri dari berbagai dosa dan maksiat, bersih dari urusan dan ketergantungan dunia, terus-menerus bermunajat di hadapan Allah dengan cara sirri, selalu memelihara kelembutan jiwa dan budi pekerti, serta penuh pengendalian dan mawas diri. Bagi orang yang mencapai tingkat mukasyafah (penyingkapan), ia akan berada pada tingkat musyahadah (penyaksian kepada zat Yang Mahamulia). Dalam keadaan seperti ini, manusia bisa memperoleh kepuasan intelektual hakiki yang tak terlukiskan.
Rawaim Ibnu Ahmad pernah menggambarkan orang yang mencapai tingkat makrifat bagaikan seorang menyaksikan cermin. Jika ia melihat cermin itu, akan tampak jelas Tuhannya. Zunnun al-Mishri melukiskan orang-orang yang bergaul dengan penerima makrifah seperti orang-orang yang bergaul dengan Allah SWT. Menurut al-Hallaj, "Jika seorang hamba telah sampai kepada makrifatullah, Allah akan membisikkan kepadanya dengan melalui hatinya dan menjaga hatinya dari kata hati yang tidak benar." Abu Yazid al-Busthami pernah ditanya perihal orang yang mencapai makrifat, ia menjawab, "Orang arif adalah penerbang dan orang zuhud itu pejalan kaki." Selanjutnya, ia menambahkan, "Ketika ia tidur ia tidak melihat selain Allah, ketika ia terjaga ia tidak melihat selain Allah, ia tidak beribadah selain kepada Allah."
Untuk urusan lebih teknik untuk memperoleh makrifat, Ahmad Ibnu Atho' berkomentar: "Makrifat itu memiliki tiga rukun, yaitu takut kepada Allah, malu kepada Allah, dan senang kepada Allah." Jadi, memang tidak gampang mencari dan menemukan makrifat. Hampir seluruh ulama sepakat bahwa cara untuk meraih sukses mencapai makrifat ialah kebersihan batin. Untuk itu, penyucian jiwa (tadzkiyah al-nafs) dan keindahan batin (tanwir al-qulub) serta niat yang tulus merupakan persyaratan mutlak yang harus diwujudkan di dalam diri murid.
Pada dasarnya, manusia itu memiliki kemampuan dan kecerdasan, bahkan makrifat. Hanya, mereka terkontaminasi oleh lingkungan sosial sehingga mereka perlu berzikir (mengingat kembali). Ayat yang sering dilibatkan kelompok ini, antara lain, fas'alu ahl al-dzikr inkuntum la ta'lamun. (Bertanyalah kalian kepada ahli zikir jika kalian tidak tahu); Afala tatadzakkarun (Mengapa kalian tidak mengingat kembali?), dan Aqim al-shala li dzikri (Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku). Kelompok ini mengedepankan penyucian diri dalam bentuk tazkirah, tashawwuf, tashwir, dan tazkiah untuk menjernihkan kembali pengetahuan inti yang pernah dibekalinya sejak lahir.
Menuntut ilmu-ilmu makrifat juga diperlukan kesantunan kepada guru (mursyid), sebagaimana dapat dilihat di lembaga-lembaga spiritual, termasuk dalam tradisi pondok pesantren. Ketawadhuan seorang murid dan kesantunan seorang guru atau kiai adalah adanya tradisi keluhuran dalam proses pencarian ilmu pengetahuan. Ini sejalan dengan ayat: "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 151).
Prof Dr Nasaruddin Umar
Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Wakil Menteri Agama RI
Pengetahuan yang diperoleh melalui olah nalar disebut dengan ilmu ('ilm) dan pengetahuan yang diperoleh melalui olah batin disebut makrifat (ma'rifah). Secara kebahasaan, kata 'ilm berasal dari akar kata alima-ya'lamu, berarti mengetahui. Seakar kata dengan 'alam, berarti tanda, petunjuk, bendera.'Alamah berarti alamat atau suatu tanda yang melalui dirinya dapat diketahui sesuatu yang lain (ma bihi ya'lamu al-syai). Dalam pembahasan terdahulu tentang alam dijelaskan segala sesuatu selain Allah (ma siwa Allah) adalah alam. Alam adalah tanda menunjuk kepada (adanya) Allah SWT. Alam juga sekaligus memberikan kesadaran dan pengetahuan tentang Allah SWT. Dari segi kebahasaan dapat ditangkap makna 'ilm dan 'alam memiliki konotasi fisik dan mekanik (hushuli).
Sedangkan, makrifah berasal dari kata 'arafa-yurif, memiliki berbagai makna yang lahir dari padanya, antara lain, mengetahui dan mengenal lebih dalam (i'rfah), pengakuan dosa (i'tiraf), wukuf di Arafah ('arrafah al-hujjaj), Padang Arafah ('arafat), tempat antara surga dan neraka (a'raf), bersetubuh ('arafah al-ma'ah), saling mengenal satu sama lain (ta'aruf), warisan tradisi lama yang positif ('urf), terkenal, masyhur (ma'ruf), ilmu pengetahuan luas (ma'arif), dan pengetahuan yang mendalam dan komprehensif ('irfan/ma'rifah). Dari segi kebahasaan dapat dipahami makna makrifat memiliki konotasi lebih tinggi dan agung (hudhuri).
Dengan perbedaan tersebut, dengan sendirinya antara ilmu dan makrifat memiliki ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini bisa dipahami melalui perbedaan antara ilmu-ilmu hushuli dan ilmu-ilmu hudhuri (lebih lanjut mengenai hal ini lihat artikel terdahulu: "Antara Ilmu Hudhuri dan Ilmu Hushuli").
Secara ontologi, ilmu ('ilm) masih lebih banyak berkutat pada wilayah logika manusia. Referensi yang digunakan untuk memahami ilmu juga masih bersifat fisik dan visual, meskipun dalam tingkatannya yang lebih tinggi, khususnya dalam level filsafat makna, sudah ada yang mulai bertumpang tindih dengan level awal ontologi makrifat. Ontologi makrifat, sebagaimana arti dasarnya, lebih mengacu pada wilayah-wilayah yang dapat dikatakan asing bagi para ahli ilmu pengetahuan (saintis).
Meskipun demikian, sesungguhnya para saintis tidak bisa serta-merta menafikan keberadaan ontologi keilmuan makrifat karena secara de facto banyak peristiwa yang diungkap oleh pengetahuan makrifat sulit dibantah oleh para saintis. Sebutlah contoh tentang efek keberadaan Tuhan yang dulu dinafikan oleh para saintis positivisme, tetapi di dalam era posmodernisme mulai diberi ruang. Terakhir para saintis dalam era new age tidak bisa menyembunyikan adanya Godspot di dalam diri manusia. Kini para ilmuwan modern, sesekuler apa pun mereka, tidak dapat lagi terus-menerus 'menyerang' kaum agamawan (baca: agnostik) karena mereka sendiri meragukan dirinya sendiri.
Bahkan, di negara-negara maju sekarang sudah mulai demam kajian spiritual. Kabbalah (mistisisme Yahudi) yang dulu diharamkan oleh para Rabbi karena dianggap bid'ah kini laksana cendawan tumbuh di mana-mana. Di New York, tepatnya The Manhattan Center, yang terletak di 155 E/84 St, di jantung Kota New York berdiri tegak Kabbalah Center. Jauh sebelumnya, Karen Berg pernah mendirikan The National Research Institute of Kabbalah di Los Angeles, yang sampai sekarang ramai dikunjungi artis Hollywood dan ilmuwan Yahudi di sana. Di Eropa dan Amerika Latin juga demikian halnya. Lembaga-lembaga meditasi bahkan sudah dibuka di sejumlah universitas terkemuka. Buku-buku new age pernah mendominasi sejumlah toko buku di Amerika dan Eropa. Pusat-pusat sufistik akhir-akhir ini mungkin lebih ramai di Barat daripada di Timur. The Beshara School, sebuah lembaga spiritual yang bertaraf internasional, sudah mulai go public dan merambah hampir di seluruh negara. Begitu pun Ibnu 'Arabi Society, para anggotanya semakin besar, sebagaimana dapat dilihat di webnya. Pengikut Kabbani dan Bawa Muhaiyaddeen di AS juga semakin ramai dikunjungi pengikut. Di antara mereka bukan orang awam, tetapi sangat terdidik dan pejabat.
Meningkatnya gerakan sufisme di berbagai tempat menandakan adanya ketidakpuasan manusia terhadap capaian ilmu pengetahuan selama ini. Paling tidak kehausan intelektualitas manusia ternyata tidak mampu dipuaskan oleh ilmu pengetahuan ('ilm). Manusia menginginkan lebih dari sekadar ilmu yang hanya mampu memberikan kepuasan logika. Kepuasan sejati hanya dapat dirasakan manakala menyentuh aspek hakiki dari manusia yang namanya kepuasan batin. Justru kepuasan batin inilah yang kemudian mendatangkan kesadaran kemanusiaan yang lebih tinggi.
Untuk bisa sampai pada tingkat kepuasan batin ini dibutuhkan pengetahuan tingkat tinggi yang biasa disebut dengan makrifat, yang sesekali disebut irfan atau dalam istilah tasawuf biasa disebut dengan mukasyafah. Mukasyafah berarti penyingkapan tabir-tabir (hijab) yang selama ini menghijab manusia untuk mengakses sebuah dunia yang agung, di mana manusia bisa meraih kepuasan yang luar biasa.
Epistemologi makrifat lebih dari sekadar menempuh epistemologi keilmuan biasa. Persyaratan yang harus ada di dalam menggapai tingkat makrifat Al-Qusyairi ialah penyucian diri dari berbagai dosa dan maksiat, bersih dari urusan dan ketergantungan dunia, terus-menerus bermunajat di hadapan Allah dengan cara sirri, selalu memelihara kelembutan jiwa dan budi pekerti, serta penuh pengendalian dan mawas diri. Bagi orang yang mencapai tingkat mukasyafah (penyingkapan), ia akan berada pada tingkat musyahadah (penyaksian kepada zat Yang Mahamulia). Dalam keadaan seperti ini, manusia bisa memperoleh kepuasan intelektual hakiki yang tak terlukiskan.
Rawaim Ibnu Ahmad pernah menggambarkan orang yang mencapai tingkat makrifat bagaikan seorang menyaksikan cermin. Jika ia melihat cermin itu, akan tampak jelas Tuhannya. Zunnun al-Mishri melukiskan orang-orang yang bergaul dengan penerima makrifah seperti orang-orang yang bergaul dengan Allah SWT. Menurut al-Hallaj, "Jika seorang hamba telah sampai kepada makrifatullah, Allah akan membisikkan kepadanya dengan melalui hatinya dan menjaga hatinya dari kata hati yang tidak benar." Abu Yazid al-Busthami pernah ditanya perihal orang yang mencapai makrifat, ia menjawab, "Orang arif adalah penerbang dan orang zuhud itu pejalan kaki." Selanjutnya, ia menambahkan, "Ketika ia tidur ia tidak melihat selain Allah, ketika ia terjaga ia tidak melihat selain Allah, ia tidak beribadah selain kepada Allah."
Untuk urusan lebih teknik untuk memperoleh makrifat, Ahmad Ibnu Atho' berkomentar: "Makrifat itu memiliki tiga rukun, yaitu takut kepada Allah, malu kepada Allah, dan senang kepada Allah." Jadi, memang tidak gampang mencari dan menemukan makrifat. Hampir seluruh ulama sepakat bahwa cara untuk meraih sukses mencapai makrifat ialah kebersihan batin. Untuk itu, penyucian jiwa (tadzkiyah al-nafs) dan keindahan batin (tanwir al-qulub) serta niat yang tulus merupakan persyaratan mutlak yang harus diwujudkan di dalam diri murid.
Pada dasarnya, manusia itu memiliki kemampuan dan kecerdasan, bahkan makrifat. Hanya, mereka terkontaminasi oleh lingkungan sosial sehingga mereka perlu berzikir (mengingat kembali). Ayat yang sering dilibatkan kelompok ini, antara lain, fas'alu ahl al-dzikr inkuntum la ta'lamun. (Bertanyalah kalian kepada ahli zikir jika kalian tidak tahu); Afala tatadzakkarun (Mengapa kalian tidak mengingat kembali?), dan Aqim al-shala li dzikri (Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku). Kelompok ini mengedepankan penyucian diri dalam bentuk tazkirah, tashawwuf, tashwir, dan tazkiah untuk menjernihkan kembali pengetahuan inti yang pernah dibekalinya sejak lahir.
Menuntut ilmu-ilmu makrifat juga diperlukan kesantunan kepada guru (mursyid), sebagaimana dapat dilihat di lembaga-lembaga spiritual, termasuk dalam tradisi pondok pesantren. Ketawadhuan seorang murid dan kesantunan seorang guru atau kiai adalah adanya tradisi keluhuran dalam proses pencarian ilmu pengetahuan. Ini sejalan dengan ayat: "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah (As-Sunah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS al-Baqarah [2]: 151).
Kamis, 03 November 2011
Bersahabat dengan takdir
>Sumber : Nurrudin Al Indunissy
ღبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيღ
Kugoreskan pena ini dengan menyebut Asma Nya,
Kuawali dengan salam dari Syurga Nya; "Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh", semoga Kesejahtraan Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wa Salam, para Sahabat, tabiin tabiat dan generasi Ash-Salaf As-Shalih, para Ulama pewaris Nabi hingga kita sebagai Ummatnya di akhir Jaman ini.
Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmati para pejihad yang meninggikan kalimat tauhid dengan tetasan darahnya digaris depan. Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan merahmati para Ulama pejihad Dakwah yang mewarisi Ilmu Nabi yang dishalawati Allah dan semua mahluk Nya, hingga semut semut disarangnya dan ikan ikan dilautan.
Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmatimu wahai saudara saudariku yang tengah menyingsingkan lengan bajunya, meneguhkan hati dan berbaur dengan jemaah di taman taman Ilmu di semesta Nya. Semoga Allah menajamkan hatimu dalam menangkap Hikmah Hikmah Nya, memberkati jalananmu sebagai Jihad untuk ikut serta mengikis pemikiran pemikiran batil yang bermula dari kebodohan dan memperturutkan hawa nafsu tanpa Ilmu dan Iman..
Semoga hati kita senantiasa bersih dan terjaga,
Sehingga langkah langkah kita diwarnai keyakinan, terhindar dari kesesatan serta mampu menapaki jalanan yang bercabang cabang ini dengan cahaya al Islam yang lurus. Agar kita tidak tergolong sebagai mahluk mahluk yang hanya bisa membuat kegaduhan di semesta ini. Mari kita bersama sama melangkah, berpegangan tangan saling menguatkan.
Saling menasihati dalam kebaikan, meluruskan ketika salah dan memaafkan ketika khilaf. Agar hati kita terarah dan bersahaja, mampu mengaitkan keseluruhan peristiwa peristiwa yang kita hadapi dengan Allah Aza wa Jalla. Sehingga spectrum Iman dihati kita konstan dan cahayanya membahagiakan seluruh tubuh kita.
Sahabat pena yang diridhai,
Saya sedikit risau menanggapi sebuah pertanyaan classic mengenai takdir;
"Apakah takdir bisa dirubah?"
Subhanallah..
Maha Suci Allah dari segala prasangka buruk hamba hamba Nya.
Bagai mana seorang Manusia bisa bersahabat dengan Takdir-Nya, jika ia tidak berkeinginan untuk mengenalinya sedikit saja?
Insya Allah Catatan berikut,
Berupaya mennggapai pemahaman kepada Taqdir dari sisi yang berbeda dan sesedehana mungkin. Hingga diharapkan semua pertanyaan dan keraguan itu sirna dari hati kita, agar persinggahan kita yang sesaat ini tidak dipenuhi kekhawatiran, keraguan dan kegundahan yang membuat tubuh kita sengsara.
Seperti kita ketahui,
Iman kepada Takdir Allah adalah salah satu dari enam Pilar Pilar Iman,
Rasulullah saw, seperti diriwayatkan Abu Hurairah - dalam Sahih Muslim No. 10 tentang Iman, Islam dan Ihsan - yang kemudian dengan Ijtihad para Ulama ditetapkan sebagai Rukum Islam dan Rukun Iman, mereka meletakan Iman kepada Qadha dan Qadar ini di urutan ke-6 sebagai penyempurna.
Insya Allah,
Dengan menyempurnakan Iman hingga tahapan 6 ini, pohon Iman dihati kita akan menjadi tegap. Jiwa kita kokoh, pribadi kita tangguh dan tidak mudah mengeluh dengan hal hal remeh seperti Dunia ini.
Sebelum menjawab pertanyaan diatas,
Mari kita terlebih dahulu menjenguk hati kita, disana ada suara hati. Ia menyerupai "bisikan" yang terdengar sayup sayup didalam nuansa istana hati kita. Ia menyerupai aktifitas obrolan, sesaat tenang kemudian gaduh. Kadang kadang menenangkan jiwa kadang kadang membuat kita merasa terbakar menahan dua pertentangan yang saling mengalahkan.
Pernahkah bertanya,
Darimana sumber bisikan bisikan itu?.
Hal ini penting untuk diketahui, karena dari hati inilah awal mula aktifitas berfikir manusia diarahkan. Pengaruh dari hati ini mendominasi kinerja fikiran kita, dari otak ini kemudian berbagai komando diperintahkan kepada Indra Indra tubuh yang menghasilkan reaksi reaksi tubuh dalam menyikapi masalah.
Tubuhlah yang kemudian menanggung resikonya,
Indra indra tubuh tidak bisa membantah perintah otak dari otak. Bahkan, tak jarang tubuh itu menjadi sengsara dan kelelahan. Ini karena reaksi reaksi yang dihasilkan itu tidak direstui fitrahnya manusia yang tertanam didalam Hati.
Dalam setiap hati Manusia terdapat dua kekuatan, keberadaannya seperti kontrol konstan yang mempengaruhi keseluruhan aktifitas tubuh Manusia. Biar saya sederhanakan, kedua hal tersebut adalah pengaruh baik dan pengaruh jahat.
Pengaruh baik yang menjadi sumber kebaikan itu, terdiri dari fitrah dan keberadaan Malaikat Malaikat pendamping yang Allah anugerahkan kepada setiap Hamba Nya, Manusia.
Didalam tubuh kita ada malaikat malaikat penjaga,
Al Qur'an menyebutnya Qarin. Qarin ini terdiri dari dua jenis, dari Malaikat penjaga dan Jin. Jenis Jin yang dimaksud adalah Jin Kuffar yang merupakan cucu cucu Iblis Laknatullah, mereka terlahir kedunia bersamaan dengan kelahiran seorang Manusia.
Agar mudah dipahami,
Selanjutnya Iblis diatas saya sebut dengan Qarin Jahat dan Malaikat Penjaga ini sebagai Qarin baik.
Qarin jahat inilah yang harus kita waspadai.
Karena ia mulai hidup sedari manusia itu masih bayi, hingga manusia itu dewasa. Iblis itu tetap hidup ketika Manusia itu meninggal. Bayangkanlah ketika uasia manusia itu mencapai 70 tahun, anak Adam itu meninggal sementara Iblis-nya tetap hidup, bukankah ia berpotensi besar dan berpengalaman untuk menjerumuskan Manusia lain?
Hingga tidak heran jika Iblis memiliki manajemen marketing yang suksesnya luar biasa, dagangannya yang berupa Neraka terjual laris kepada manusia. Bahkan, banyak dari manusia yang membelinya dengan sukarela. Nauzubillah.
Lihat saja sepak terjang musuh manusia terbesar yang sering kita manjakan ini.
Mereka tak segan segan menggiring satu Kampung kepada kemuyrikan sekaligus, termasuk Kyainya sekalipun. Contoh keci saja, dalam peristiwa "tahlilan" kadang si Iblis ini juga membuat onar. Ia merasuk ke dalam jiwa salah satu Manusia yang imannya paling lemah dan mengendalikannya, lalu orang menyebutnya kesurupan roh yang meninggal.
Ketika Manusia menaruh perhatian, Iblis semakin semangat. Ia lalu berpura pura bertingkah laku persis seperti prilaku orang yang telah meninggal. Manusia yang kesurupan itu meminta Coffe Hitam kesukaan manusia yang telah meninggal itu, atau berwasiat dusta kepada yang ditinggalnya. Si Iblis cerdik ini telah menghafal dengan baik suara, cara bicara, bahasa dan mengetahui dengan baik nama nama orang disekitarnya. Karena dia telah hidup bersamaan dengan orang yang telah meninggal tadi.
Lalu masyarakat tersebut percaya, bahwa roh si A masuk dan mebuat cucunya bernama si B sakit. Lalu fitnah teresebar, dan masyarakat awam Percaya bahwa roh yang mati bisa mengendalikan yang hidup. Ujung ujungnya mereka ramai ramai meminta do'a ke kuburan. Naudzubillah.
Inilah, salah satu kesuksesan marketing Iblis.
Nah, selama manusia itu hidup si Iblis ditugasi oleh kakek moyang Iblis untuk menjerat Manusia dengan berbagai cara. Allah telah memberi tangguh usia kepada Jin jenis Iblis ini, Allah ta'la juga memberi mereka kewenangan untuk masuk kedalam aliran darah Manusia dan berdiam dihati Manusia.
Dari hati inilah Iblis membisikan kejahatan.
Bagi orang yang beriman, pengetahuan sederhana ini bisa menambah keimanan dan memberinya kesimpulan besar. Diantaranya menjawab pertanyaan batil yang memfitnah ke Maha Suci-an Allah aza wajalla, pemikiran batil tersebut adalah berupa pertanyaan; "Apakah Allah juga menciptakan kejahatan?"
Seorang scientist Atheis, mengatakan bahwa Kejahatan itu seperti Kegelapan.
Kegelapan itu muncul karena ketiadaan "Cahaya". Dengan demikian, Tuhan tidak menciptakan Kejahatan, namun ketiadaan cahaya Tuhan dihati Manusia menyebabkan kegelapan/kejahatan itu muncul.
Subhanallah!
Bukankah Al Qur'an dalam surah Azzukruf ayat 36 telah menginformasikan hal ini jauh jauh agar Musimin Muslimah berhati hati dengan Iblis yang menyertai Manusia dan mebisikan kegelapan dihatinya?
Allah Subhana Huwwa Ta'ala berfirman:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". (Az Zukhruf 43:36)
Ayat ini telah dibaca oleh Milyaran Ummat Islam dari masa kemasa.
Syaitan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Iblis pendamping. Dalam bahasa Arab kata قَرِينٌ (baca=Qarin) adalah pendamping/teman. Inilah dalil yang menjadi fakta tidak terbantahkan mengenai keberadaan si Jahat ini.
Keberadaan si Qarin ini dikuatkan juga oleh sebuah Hadts,
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, beliau meriwayatkan dahwa Rasulullah saw bersadba: ”Tidak seorangpun di antara kamu melainkan telah ada jin yang ditugaskan pemimpinnya untuk selalu menggodanya". Para sahabat bertanya: ”Anda juga ya Rasulullah?” Jawab baginda: ”Ya. Aku juga. Tetapi Allah selalu melindungiku dari godaan mereka sehingga mereka yang menggodaku akhirnya Islam (menyerah). Karena itu mereka tidak berani menyuruhku melainkan untuk kebaikan.” (HR Muslim)
Qarin jahat itu ikut mengalir dalam darah Manusia bersama Syahwat dan Nafsu. Ia juga ikut mempengaruhi bahkan sering mendominasi bisikan di hati Manusia, berupaya mengalahkan bisikan Qarin baik dari malaikat malaikat penjaga manusia dan Fitrah manusia itu sendiri.
Terjawablah lagi satu pertanyaan berikutnya.
HATI YANG 'GUNDAH'
Bukankah sesekali atau sering hati kita "gundah?"
Misalnya ketika dihati kita seperti ada suara, menyerupai adu argumentasi yang gaduh antara memaafkan dan tidak memaafkan atau ketika ada bisikan kedengkian, iri, sombong, ingin riya dan segala penyakit lainnya dihati yang kemudian diucapkan bibir atau tertahan dihati.
Ketika bibir kita menahannya, hati kita sesak dan suara berisik memenuhi istana hati kita seakan berkata "tak usah memaafkan, ia menghianatimu" bisikan lainnya berkata "maafkanlah itu baik bagimu, itu saudaramu"..
Inilah yang saya maksud aktifitas bisikan yang diakibatkan Qarin jahat dan Qarin baik, keduanya berperang saling mengalahkan. Keduanya bisikan itu tidak terlepas dari aktifitas Qarin ini. Seorang yang sering mengikuti bisikan Qarin jahat, hidupnya tidak tenang dan jiwanya sengsara karena ia melawan fitrahnya sendiri sebagai manusia.
Pertanyaan lain kemudian muncul, apa itu Fitrah Manusia?
Mari sejenak luangkan waktu untuk memahami kata "Fitrah" ini, agar presepsi kita sama dan melahirkan pemahaman bersama.
FITRAH MANUSIA,
Sering kita mendengarnya, namun benarkah kita telah memahaminya?
Fitrah merupakan ketetapan Allah yang tertanam dihati manusia sejak awal penciptaannya, ia merupakan kecendrungan alami yang keberadaannya mutlak tidak bisa diubah dihapus atau di modifikasi. Keberadaannya menyerupai sebuah kontrol lembut yang mengendalikan berbagai warna perasaan manusia, ia adalah sumber utama yang mempengaruhi dorongan untuk berfikir dan bertindak agar ummat manusia ini lestari dari masa kemasa.
Allah Subhana Huwwa ta'ala berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui", (Qs Ar Rum 30)
Taqiyuddin an-Nabhani,
Dalam tulisannya yang berjudul "Hakikat Berfikir" menyebutkan fitrah itu dengan kata naluri. Beliau mendefinisikan fitrah sebagai daya kehidupan yang mendasar yang merupakan bagian integral dari hakikat manusia yang tidak mungkin diubah (dimodifikasi), dihapus, dan dibendung.
Beliau mengklasifikasikan Fitrah/Naluri/Gharâ’iz/Natural Tendency yang ada dalam hati manusia itu terdiri dari tiga jenis saja, yaitu: (1) Naluri Mempertahankan diri (gharîzah al-baqâ’), (2) Naluri Melestarikan Jenis (gharîzah an-nau‘) dan (3) Naluri Beragama (gharîzah at-tadayyun) atau pensakralan (at-taqdis).
Dari fitrah fitrah itu kemudian muncul berbagai penampakan (penjelmaan). Seperti cinta, benci, sedih, senang menolong, senang ibadah, iri, dll. Banyak dari kita yang memahami Cinta itu fitrah, padahal ia adalah penjelmaan dari Naluri manusia untuk melestarikan jenis sehingga Allah menanamkan rasa Cinta dan kasih sayang antara Manusia.
Yang harus kita perhatikan disini adalah fitrah Beragama, atau bahasa sederhananya fitrah manusia yang tunduk dan patuh dan ingin beribadah kepada Rabbnya, sehingga mendorong manusia untuk zuhud kepada dunia dan mempersiapkan kerinduannya kepada Akhirat.
Itulah salah satu fitrah baik Manusia yang menjadi manifestasi yang tidak bisa diubah oleh apapun, namun keberadaan fitrah ini kemudian dipengaruhi Akal, Nafsu dan Syahwat yang juga ditanamkan Allah ta'ala sebagai penjelmaan Fitrah tersebut.
Beda halnya dengan malaikat,
Allah hanya menganugerahkan kepada mereka kemampuan untuk menjalankan tugasnya dan beribadah saja. Tanpa dibekali Akal dan Nafsu, sehingga jelaslah bahwa Manusia yang tetap taat dan patuh kepada Allah setelah mampu menahan nafsunya maka ia lebih mulia dari Malaikat. Sehingga Allah ta'ala memerintahkan Para Malaikat dan Jin bersujud kepada Adam As ketika manusia pertama ini diciptakan di Syurga.
Sehingga jleaslah..
Alasan kenapa bidadari Syurga cemburu kepada Wanita Shalihah...
Sehingga jelaslah..
Bahwa Manusia yang telah dibekali akal dan kemampuan bicara, lalu durhaka dan membantah kepada perintah perintah Rabbnya adalah lebih hina dari binatang. Bahkan binatang lebih mulia, karena ia yang hanya dibekali nafsu itu hidup dan berkembang biak memberi kemanfaatan untuk Manusia.
Sahabat pena nai yang diridhai.
Seorang yang membiasakan diri mengikuti fitrahnya hati dan bisikan dari Qarin baik, jiwanya insya Allah akan tenang, hatinya tetap kaya meski tekanan dimana mana. Wajahnya teduh dan meneduhkan, senyumnya menyenangkan dan tutur katanya lembut. Pribadinya bijak dan menginginkan kebaikan bagi saudaranya.
Nah bagaimanakah agar Qarin baik ini mendominasi dan Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu menyinari hati dan menyilaukan si Iblis Iblis jelek itu?
THE DZIKR PERSONALITY
Jawabannya begitu sederhana.
Pribadi tangguh yang insya Allah terhindari dari bisikan jahat dihati itu terlahir dari Pribadi Dzikrullah..
The Dzikr Personality atau Pribadi Dzikir tidak harus dicerminkan oleh panjangnya tasbih yang selalu membelit diantara jarinya, atau ikat kepala dan sorbannya. Tidak juga mereka yang selama hidupnya diam digua atau di masjid masjid dan melantunkan dzikr. Menjiharkan dzikir tentu lebih baik, dimana bibir dan hati ikut beribadah.
Namun, sebagai manusia yang tidak lepas dari kewajiban berusaha. Dzikir bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan dalam aktifitas Hati, disana dzikir menjadi amaliyah hati yang murni dan terbebas dari riya.
Dzikrullah adalah mengingat Allah dengan MemujiNya, MentauhidkanNya, MenyucikanNya dan MengagungkanNya. Ini bisa dilakukan juga dengan memperhatikan atau diam mentafaquri hamparan Ayat Ayat Nya yang bertebaran di alam ini, atau merenungi semesta Nya yang senantiasa Ramai bertasbih MemujiNya. Ditengah tengah aktifitas kita, ruh kita bisa bergabung dengan semesta dan berdzikir.
Ketika hati kita terbiasa dengan Dzikir.
Kita akan mampu dengan mudah mengaitkan seluruh peristiwa yang menemui dan menghentak bathin kita dengan Allah aza wajalla yang telah mengirimkan pesan Rahmat Nya melewati mediasi Alam semesta ini.
Subhanallah..
Wajah tenang itulah cerminan dari pribadi Dzikr.
Wajah menjadi tenang karena hatinya tenang. Kebahagiaan seperti apalagikah yang engkau cari selain ketenangan jiwa?
Hati yang tenang itu muncul karena berkurangnya insensitas Qarin jahat. Sehingga Qarin baik dapat dengan leluasa membisikan kebaikan dan disambut dengan manusia yang berada dalam Fitrahnya. Fitrah itu kemudian mendominasi suasana hati dan aktifitas berfikirnya. Dengan demikian, perasaan "gundah" yang banyak menginspirasi seniman jadi jadian itu, tentu hiang jika "kegaduhan" itu sirna dari hatinya.
Karena kegaduhan itu terjadi dari adu argumentasi Qarin baik dan Qarin Jahat.
THE MIRACLE OF DZIKR
Inilah salah satu rahasia mengagumkan dari Dzikrullah.
Lantunan suara dzikir didalam hati adalah satu satunya cara untuk mengusir Qarin jahat dari istana hati kita, sehingga Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu kembali muncul. Dengan demikian spectrum iman disana konstan dan menerangi kegelapan hati.
Hidup ini pilihan saudaraku,
Silahkan engkau memilih untuk bahagia atau sengsara.
Kebahagiaan sesaat atau kebahagiaan abadi.
Tentu kita berharap kebahagiaan di dunia yang sesaat dan juga kebahagiaan yang berkekalan disana, bukan menukar kebahagiaan sesaat dengan kesengsaraan abadi.
Jika kita ingin memilih bahagia,
Maka peliharalah hati kita, jaga ia dari pengaruh yang mengotorinya.
Sering memohon kepada Nya, minimal dengna mengingat Nya.
Karena si Qarin ini memang ada dalam diri kita, Jin berjenis Iblis ini mendiami tubuh seluruh umat Manusia dibumi, termasuk juga para Nabi Allah.
Aisyah radiyallahu anha,
Meriwayatkan Hadits tentang dirinya,
Suatu malam Rasulullah saw keluar dari rumahnya.
Aisyah berkata; “Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian Rasulullah saw kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.
”Apakah engkau sedang cemburu?” tanya beliau.
”Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?” Jawab Aisyah ra.
“Rupanya syetan telah datang kepadamu”, sabda beliau
”Apakah ada syetan besertaku?’ tanya Aisyah ra
Rasulullah bersabda; “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan”
”Besertamu pula?” tanya Aisyah.
“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Rasulullah saw. (Hadits ini ditakrij Muslim dan Nasa’i)
Alhamdulillahirabbil'alamiin..
Mari kita langsung kebahasan pokok, untuk memperkokoh kembali Pilar Iman kita yang ke 6 yaitu Iman kepada Takdir Allah dengan bekal bahasan konfrehensif diatas.
BERSAHABAT DENGAN TAKDIR-NYA
Banyak manusia beriman yang ragu tentang kekuatan taqdir ini.
Bagaimana mau bersahabat dengan Takdir-Nya jika kita tidak mengenalinya?
Keraguan tentang Takdir ini tak lain karena lemahnya pengetahuan atau sedikitnya perbendaharaan Ilmu difikiran kita, sehingga logika akal itu bekerja sendiri mengikuti nafsu duniawiyah saja. Sehingga kemampuan mata hati untuk melihat hikmah hikmah Nya yang bertebaran disemesta ini melemah. Lemahnya ilmu itu melemahkan Iman yang telah bersemayam.
Alasan lain keraguan terhadap takdir adalah bentuk nyata kesuksesan usaha Iblis yang intensif untuk menyesatkan manusia. Keraguan terhadap takdir, dan pertanyaan pertanyaan yang mengikutinya adalah cerminan lemahnya keimanan dan pengetahuan kita tentang Nya.
Untuk apa bibir berkata cinta jika tak ada kepercayaan?
Subhanallah.
Jika kita beriman, bukankah harus mengimani keseluruhannya?
Apakah mungkin meminum segelas air yang setengahnya air putih dan setengahnya lagi bensin? Tentu setetes bensin saja yang kita letakan didalam satu gelas air akan mengubah rasa air putih yang nikmat itu.
Begitulah, Iman.
Iman kepada Takdir Allah itu adalah 1dari 6 Pilar Iman yang harus tegap dalam hati kita. Jika tidak, maka jiwa akan lemah dan keropos. Tidak bahagia.
Telah menjadi pengetahuan umum, bahwasannya Taqdir manusia telah ditetapkan sebelum manusia diciptakan. Ada juga Hadits Hadits yang diriwayatkan bahwa Taqdir manusia ditetapkan ketika manusia ditiupkan Ruh kedaam janin di rahim ibu.
Tidak ada pertentangan tentang hal ini, yang ada hanya kesalahan manusia dalam menyikapinya. Sehingga ada manusia yang berkata dengan gegabah: "Bukankah takdir telah ditentukan, lalu untuk apa bersusah payah mengubahnya?"
Subhanallah..
Mahasuci Allah dari prasangka hamba hamba Nya yang hina.
Bukankah Usaha itu telah diperintahkan Allah ta'ala dan RasullNya?
Tidakkah terfikirkan, jika Allah ta'ala mampu menciptakan semesta yang menakjubkan ini, bukankah mudah saja bagi-Nya untuk mengubah takdirmu?
Berusaha dan Berdo'a lah.
Karena keputusan itu berada di Allah ta'ala.
JAWABANNYA ADALAH DOA
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak ada gunanya waspada menghadapi Takdir, namun do'a bermanfaat menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya setelah musibah itu ditakdirkan turun (dari Langit). Maka ia segera disambut oleh Do'a (dari bumi) lalu keduanya bertarung sampai Hari Kiamat". (HR Hakim, Imam Ahmad, Bazaar dan Ath Thabrani)
Ibnu Al Qayyim Azzawjiah menjelaskan:"Jika prisai do'amu lebih kuat dari musibah, ia akan menolaknya. Tetapi jika musibah lebih kuat dari prisai Do'a mu maka ia akan menimpamu. Namun sedikitnya tetap akan mengurangi effect-nya. Adapun jika prisai doamu seimbang dengan kekuatan Musibah. Maka keduanya akan bertarung".
Maka berusahalah, tunjukan kualitas usahamu dan berdo'alah.
Jika takdirmu tetap buruk, sesungguhnya bukan takdir itu yang buruk tapi pemahamanmu yang harus diperbaiki. Tentu semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Nya untukmu, untukku dan untuk kita semua.
Sering kita memaknai musibah musibah dan kegagalan itu sebagai kesialan. Benarkah demikian? Mungkinkah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang menginginkan keburukan bagimu?
Mungkinkah seorang kekasih membuatmu kecewa?
Ya, mungkin saja jika kamu membuatnya cemburu.
Apakah kamu kecewa saat dia terbakar api cemburu?
Tidak, Kekasih apakah namnya jika ia tidak cemburu?
Besarnya gejolak api cemburu dihatinya adalah cerminan betapa besar rasa kasih sayangnya kepada kita.
Benar,
Dan Allahlah yang paling besar Kasih Sayang Nya, karena Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
KETAHUILAH BAHWA RABB-MU PUN CEMBURU
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seorang manusia mendatangi -mengerjakan- apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih, Riyadhussalihin V/Muraqabah)
Aisyah radiyallahu anha meriwayatkan Sabda Rasulullah saw:
"...Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan. (Kutifan Shahih Muslim, Bab Gerhana Hadits No. 1499)
Bukankah Allah ta'ala Cemburu kepadamu saat kamu berbuat keharaman?
Bukankah Allah ta'la beda dengan Mahluk Nya?
Iya, tentu saja Sangat beda dan Dialah yang Maha Sempurna dan Maha Segala Galanya. Kecemburuan itu tidak begitu saja berubah menjadi Murka, sungguh Rahmat Nya yang memenuhi semesta ini telah menerjemahkan murka itu kedalam bentuk Kasih Sayang-Nya yang lain.
BENCANA...
Musibah Musibah yang menimpa kita adalah bentuk Kasih Sayang Nya, sebuah sentuhan lembut bagi manusia yang mampu melihat Hikmah Hikmah dibalik semua peristiwa dan pandai mengaitkannya untuk Memuji Rabb Nya.
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata,
"Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Rasulullah saw menjawab: "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa". (HR. Bukhari)
SUBHANALAH..
Mungkin hal buruk yang menimpamu itu adalah cicilan..
Agar adzab kita tidak begitu berat di akhirat Nya. Bukankah Api di dunia ini hanya 1 percikan dari 70 kali panasnya Neraka?
Bukankah Azab neraka yang paling ringan itu -- seperti Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra, Muslim No.313 -- Bahwa "Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat, adalah seseorang yang pada lekukan telapak kakinya diberi dua bara yang menyebabkan otaknya mendidih". ?
Sungguh Musibah demi Musibah itu adalah peringan Azab Nya yang berat, sehingga mereka yang beriman seharusnya tetap bersyukur dengan keringanan tersebut. Mengarahkan sekuat tenaga hati, fikiran dan bibir kita untuk beristighfar dan Memuji Nya.
Begitulah sahabat pena yang diridhai,
Afwan Jazilan Bahasannya melebar, ini semua adalah usaha kecil saja untuk ikut serta dalam memerangi pemikiran pemikiran Batil. Semoga Hidayah Allah senantiasa bersama kita dan semua Umat Muslimin Muslimat yang mengharap ampunan dan keridhaan Nya.
"Agar semesta Raya Ramai Bertasbih Memuji Nya"
^_^
Salam Bahagia dan Salam santunku,
Al Faqir Ilallah
Nuruddin Al Indunissy
RIYADH 2011
ღبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيღ
Kugoreskan pena ini dengan menyebut Asma Nya,
Kuawali dengan salam dari Syurga Nya; "Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh", semoga Kesejahtraan Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wa Salam, para Sahabat, tabiin tabiat dan generasi Ash-Salaf As-Shalih, para Ulama pewaris Nabi hingga kita sebagai Ummatnya di akhir Jaman ini.
Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmati para pejihad yang meninggikan kalimat tauhid dengan tetasan darahnya digaris depan. Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan merahmati para Ulama pejihad Dakwah yang mewarisi Ilmu Nabi yang dishalawati Allah dan semua mahluk Nya, hingga semut semut disarangnya dan ikan ikan dilautan.
Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmatimu wahai saudara saudariku yang tengah menyingsingkan lengan bajunya, meneguhkan hati dan berbaur dengan jemaah di taman taman Ilmu di semesta Nya. Semoga Allah menajamkan hatimu dalam menangkap Hikmah Hikmah Nya, memberkati jalananmu sebagai Jihad untuk ikut serta mengikis pemikiran pemikiran batil yang bermula dari kebodohan dan memperturutkan hawa nafsu tanpa Ilmu dan Iman..
Semoga hati kita senantiasa bersih dan terjaga,
Sehingga langkah langkah kita diwarnai keyakinan, terhindar dari kesesatan serta mampu menapaki jalanan yang bercabang cabang ini dengan cahaya al Islam yang lurus. Agar kita tidak tergolong sebagai mahluk mahluk yang hanya bisa membuat kegaduhan di semesta ini. Mari kita bersama sama melangkah, berpegangan tangan saling menguatkan.
Saling menasihati dalam kebaikan, meluruskan ketika salah dan memaafkan ketika khilaf. Agar hati kita terarah dan bersahaja, mampu mengaitkan keseluruhan peristiwa peristiwa yang kita hadapi dengan Allah Aza wa Jalla. Sehingga spectrum Iman dihati kita konstan dan cahayanya membahagiakan seluruh tubuh kita.
Sahabat pena yang diridhai,
Saya sedikit risau menanggapi sebuah pertanyaan classic mengenai takdir;
"Apakah takdir bisa dirubah?"
Subhanallah..
Maha Suci Allah dari segala prasangka buruk hamba hamba Nya.
Bagai mana seorang Manusia bisa bersahabat dengan Takdir-Nya, jika ia tidak berkeinginan untuk mengenalinya sedikit saja?
Insya Allah Catatan berikut,
Berupaya mennggapai pemahaman kepada Taqdir dari sisi yang berbeda dan sesedehana mungkin. Hingga diharapkan semua pertanyaan dan keraguan itu sirna dari hati kita, agar persinggahan kita yang sesaat ini tidak dipenuhi kekhawatiran, keraguan dan kegundahan yang membuat tubuh kita sengsara.
Seperti kita ketahui,
Iman kepada Takdir Allah adalah salah satu dari enam Pilar Pilar Iman,
Rasulullah saw, seperti diriwayatkan Abu Hurairah - dalam Sahih Muslim No. 10 tentang Iman, Islam dan Ihsan - yang kemudian dengan Ijtihad para Ulama ditetapkan sebagai Rukum Islam dan Rukun Iman, mereka meletakan Iman kepada Qadha dan Qadar ini di urutan ke-6 sebagai penyempurna.
Insya Allah,
Dengan menyempurnakan Iman hingga tahapan 6 ini, pohon Iman dihati kita akan menjadi tegap. Jiwa kita kokoh, pribadi kita tangguh dan tidak mudah mengeluh dengan hal hal remeh seperti Dunia ini.
Sebelum menjawab pertanyaan diatas,
Mari kita terlebih dahulu menjenguk hati kita, disana ada suara hati. Ia menyerupai "bisikan" yang terdengar sayup sayup didalam nuansa istana hati kita. Ia menyerupai aktifitas obrolan, sesaat tenang kemudian gaduh. Kadang kadang menenangkan jiwa kadang kadang membuat kita merasa terbakar menahan dua pertentangan yang saling mengalahkan.
Pernahkah bertanya,
Darimana sumber bisikan bisikan itu?.
Hal ini penting untuk diketahui, karena dari hati inilah awal mula aktifitas berfikir manusia diarahkan. Pengaruh dari hati ini mendominasi kinerja fikiran kita, dari otak ini kemudian berbagai komando diperintahkan kepada Indra Indra tubuh yang menghasilkan reaksi reaksi tubuh dalam menyikapi masalah.
Tubuhlah yang kemudian menanggung resikonya,
Indra indra tubuh tidak bisa membantah perintah otak dari otak. Bahkan, tak jarang tubuh itu menjadi sengsara dan kelelahan. Ini karena reaksi reaksi yang dihasilkan itu tidak direstui fitrahnya manusia yang tertanam didalam Hati.
Dalam setiap hati Manusia terdapat dua kekuatan, keberadaannya seperti kontrol konstan yang mempengaruhi keseluruhan aktifitas tubuh Manusia. Biar saya sederhanakan, kedua hal tersebut adalah pengaruh baik dan pengaruh jahat.
Pengaruh baik yang menjadi sumber kebaikan itu, terdiri dari fitrah dan keberadaan Malaikat Malaikat pendamping yang Allah anugerahkan kepada setiap Hamba Nya, Manusia.
Didalam tubuh kita ada malaikat malaikat penjaga,
Al Qur'an menyebutnya Qarin. Qarin ini terdiri dari dua jenis, dari Malaikat penjaga dan Jin. Jenis Jin yang dimaksud adalah Jin Kuffar yang merupakan cucu cucu Iblis Laknatullah, mereka terlahir kedunia bersamaan dengan kelahiran seorang Manusia.
Agar mudah dipahami,
Selanjutnya Iblis diatas saya sebut dengan Qarin Jahat dan Malaikat Penjaga ini sebagai Qarin baik.
Qarin jahat inilah yang harus kita waspadai.
Karena ia mulai hidup sedari manusia itu masih bayi, hingga manusia itu dewasa. Iblis itu tetap hidup ketika Manusia itu meninggal. Bayangkanlah ketika uasia manusia itu mencapai 70 tahun, anak Adam itu meninggal sementara Iblis-nya tetap hidup, bukankah ia berpotensi besar dan berpengalaman untuk menjerumuskan Manusia lain?
Hingga tidak heran jika Iblis memiliki manajemen marketing yang suksesnya luar biasa, dagangannya yang berupa Neraka terjual laris kepada manusia. Bahkan, banyak dari manusia yang membelinya dengan sukarela. Nauzubillah.
Lihat saja sepak terjang musuh manusia terbesar yang sering kita manjakan ini.
Mereka tak segan segan menggiring satu Kampung kepada kemuyrikan sekaligus, termasuk Kyainya sekalipun. Contoh keci saja, dalam peristiwa "tahlilan" kadang si Iblis ini juga membuat onar. Ia merasuk ke dalam jiwa salah satu Manusia yang imannya paling lemah dan mengendalikannya, lalu orang menyebutnya kesurupan roh yang meninggal.
Ketika Manusia menaruh perhatian, Iblis semakin semangat. Ia lalu berpura pura bertingkah laku persis seperti prilaku orang yang telah meninggal. Manusia yang kesurupan itu meminta Coffe Hitam kesukaan manusia yang telah meninggal itu, atau berwasiat dusta kepada yang ditinggalnya. Si Iblis cerdik ini telah menghafal dengan baik suara, cara bicara, bahasa dan mengetahui dengan baik nama nama orang disekitarnya. Karena dia telah hidup bersamaan dengan orang yang telah meninggal tadi.
Lalu masyarakat tersebut percaya, bahwa roh si A masuk dan mebuat cucunya bernama si B sakit. Lalu fitnah teresebar, dan masyarakat awam Percaya bahwa roh yang mati bisa mengendalikan yang hidup. Ujung ujungnya mereka ramai ramai meminta do'a ke kuburan. Naudzubillah.
Inilah, salah satu kesuksesan marketing Iblis.
Nah, selama manusia itu hidup si Iblis ditugasi oleh kakek moyang Iblis untuk menjerat Manusia dengan berbagai cara. Allah telah memberi tangguh usia kepada Jin jenis Iblis ini, Allah ta'la juga memberi mereka kewenangan untuk masuk kedalam aliran darah Manusia dan berdiam dihati Manusia.
Dari hati inilah Iblis membisikan kejahatan.
Bagi orang yang beriman, pengetahuan sederhana ini bisa menambah keimanan dan memberinya kesimpulan besar. Diantaranya menjawab pertanyaan batil yang memfitnah ke Maha Suci-an Allah aza wajalla, pemikiran batil tersebut adalah berupa pertanyaan; "Apakah Allah juga menciptakan kejahatan?"
Seorang scientist Atheis, mengatakan bahwa Kejahatan itu seperti Kegelapan.
Kegelapan itu muncul karena ketiadaan "Cahaya". Dengan demikian, Tuhan tidak menciptakan Kejahatan, namun ketiadaan cahaya Tuhan dihati Manusia menyebabkan kegelapan/kejahatan itu muncul.
Subhanallah!
Bukankah Al Qur'an dalam surah Azzukruf ayat 36 telah menginformasikan hal ini jauh jauh agar Musimin Muslimah berhati hati dengan Iblis yang menyertai Manusia dan mebisikan kegelapan dihatinya?
Allah Subhana Huwwa Ta'ala berfirman:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". (Az Zukhruf 43:36)
Ayat ini telah dibaca oleh Milyaran Ummat Islam dari masa kemasa.
Syaitan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Iblis pendamping. Dalam bahasa Arab kata قَرِينٌ (baca=Qarin) adalah pendamping/teman. Inilah dalil yang menjadi fakta tidak terbantahkan mengenai keberadaan si Jahat ini.
Keberadaan si Qarin ini dikuatkan juga oleh sebuah Hadts,
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, beliau meriwayatkan dahwa Rasulullah saw bersadba: ”Tidak seorangpun di antara kamu melainkan telah ada jin yang ditugaskan pemimpinnya untuk selalu menggodanya". Para sahabat bertanya: ”Anda juga ya Rasulullah?” Jawab baginda: ”Ya. Aku juga. Tetapi Allah selalu melindungiku dari godaan mereka sehingga mereka yang menggodaku akhirnya Islam (menyerah). Karena itu mereka tidak berani menyuruhku melainkan untuk kebaikan.” (HR Muslim)
Qarin jahat itu ikut mengalir dalam darah Manusia bersama Syahwat dan Nafsu. Ia juga ikut mempengaruhi bahkan sering mendominasi bisikan di hati Manusia, berupaya mengalahkan bisikan Qarin baik dari malaikat malaikat penjaga manusia dan Fitrah manusia itu sendiri.
Terjawablah lagi satu pertanyaan berikutnya.
HATI YANG 'GUNDAH'
Bukankah sesekali atau sering hati kita "gundah?"
Misalnya ketika dihati kita seperti ada suara, menyerupai adu argumentasi yang gaduh antara memaafkan dan tidak memaafkan atau ketika ada bisikan kedengkian, iri, sombong, ingin riya dan segala penyakit lainnya dihati yang kemudian diucapkan bibir atau tertahan dihati.
Ketika bibir kita menahannya, hati kita sesak dan suara berisik memenuhi istana hati kita seakan berkata "tak usah memaafkan, ia menghianatimu" bisikan lainnya berkata "maafkanlah itu baik bagimu, itu saudaramu"..
Inilah yang saya maksud aktifitas bisikan yang diakibatkan Qarin jahat dan Qarin baik, keduanya berperang saling mengalahkan. Keduanya bisikan itu tidak terlepas dari aktifitas Qarin ini. Seorang yang sering mengikuti bisikan Qarin jahat, hidupnya tidak tenang dan jiwanya sengsara karena ia melawan fitrahnya sendiri sebagai manusia.
Pertanyaan lain kemudian muncul, apa itu Fitrah Manusia?
Mari sejenak luangkan waktu untuk memahami kata "Fitrah" ini, agar presepsi kita sama dan melahirkan pemahaman bersama.
FITRAH MANUSIA,
Sering kita mendengarnya, namun benarkah kita telah memahaminya?
Fitrah merupakan ketetapan Allah yang tertanam dihati manusia sejak awal penciptaannya, ia merupakan kecendrungan alami yang keberadaannya mutlak tidak bisa diubah dihapus atau di modifikasi. Keberadaannya menyerupai sebuah kontrol lembut yang mengendalikan berbagai warna perasaan manusia, ia adalah sumber utama yang mempengaruhi dorongan untuk berfikir dan bertindak agar ummat manusia ini lestari dari masa kemasa.
Allah Subhana Huwwa ta'ala berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui", (Qs Ar Rum 30)
Taqiyuddin an-Nabhani,
Dalam tulisannya yang berjudul "Hakikat Berfikir" menyebutkan fitrah itu dengan kata naluri. Beliau mendefinisikan fitrah sebagai daya kehidupan yang mendasar yang merupakan bagian integral dari hakikat manusia yang tidak mungkin diubah (dimodifikasi), dihapus, dan dibendung.
Beliau mengklasifikasikan Fitrah/Naluri/Gharâ’iz/Natural Tendency yang ada dalam hati manusia itu terdiri dari tiga jenis saja, yaitu: (1) Naluri Mempertahankan diri (gharîzah al-baqâ’), (2) Naluri Melestarikan Jenis (gharîzah an-nau‘) dan (3) Naluri Beragama (gharîzah at-tadayyun) atau pensakralan (at-taqdis).
Dari fitrah fitrah itu kemudian muncul berbagai penampakan (penjelmaan). Seperti cinta, benci, sedih, senang menolong, senang ibadah, iri, dll. Banyak dari kita yang memahami Cinta itu fitrah, padahal ia adalah penjelmaan dari Naluri manusia untuk melestarikan jenis sehingga Allah menanamkan rasa Cinta dan kasih sayang antara Manusia.
Yang harus kita perhatikan disini adalah fitrah Beragama, atau bahasa sederhananya fitrah manusia yang tunduk dan patuh dan ingin beribadah kepada Rabbnya, sehingga mendorong manusia untuk zuhud kepada dunia dan mempersiapkan kerinduannya kepada Akhirat.
Itulah salah satu fitrah baik Manusia yang menjadi manifestasi yang tidak bisa diubah oleh apapun, namun keberadaan fitrah ini kemudian dipengaruhi Akal, Nafsu dan Syahwat yang juga ditanamkan Allah ta'ala sebagai penjelmaan Fitrah tersebut.
Beda halnya dengan malaikat,
Allah hanya menganugerahkan kepada mereka kemampuan untuk menjalankan tugasnya dan beribadah saja. Tanpa dibekali Akal dan Nafsu, sehingga jelaslah bahwa Manusia yang tetap taat dan patuh kepada Allah setelah mampu menahan nafsunya maka ia lebih mulia dari Malaikat. Sehingga Allah ta'ala memerintahkan Para Malaikat dan Jin bersujud kepada Adam As ketika manusia pertama ini diciptakan di Syurga.
Sehingga jleaslah..
Alasan kenapa bidadari Syurga cemburu kepada Wanita Shalihah...
Sehingga jelaslah..
Bahwa Manusia yang telah dibekali akal dan kemampuan bicara, lalu durhaka dan membantah kepada perintah perintah Rabbnya adalah lebih hina dari binatang. Bahkan binatang lebih mulia, karena ia yang hanya dibekali nafsu itu hidup dan berkembang biak memberi kemanfaatan untuk Manusia.
Sahabat pena nai yang diridhai.
Seorang yang membiasakan diri mengikuti fitrahnya hati dan bisikan dari Qarin baik, jiwanya insya Allah akan tenang, hatinya tetap kaya meski tekanan dimana mana. Wajahnya teduh dan meneduhkan, senyumnya menyenangkan dan tutur katanya lembut. Pribadinya bijak dan menginginkan kebaikan bagi saudaranya.
Nah bagaimanakah agar Qarin baik ini mendominasi dan Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu menyinari hati dan menyilaukan si Iblis Iblis jelek itu?
THE DZIKR PERSONALITY
Jawabannya begitu sederhana.
Pribadi tangguh yang insya Allah terhindari dari bisikan jahat dihati itu terlahir dari Pribadi Dzikrullah..
The Dzikr Personality atau Pribadi Dzikir tidak harus dicerminkan oleh panjangnya tasbih yang selalu membelit diantara jarinya, atau ikat kepala dan sorbannya. Tidak juga mereka yang selama hidupnya diam digua atau di masjid masjid dan melantunkan dzikr. Menjiharkan dzikir tentu lebih baik, dimana bibir dan hati ikut beribadah.
Namun, sebagai manusia yang tidak lepas dari kewajiban berusaha. Dzikir bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan dalam aktifitas Hati, disana dzikir menjadi amaliyah hati yang murni dan terbebas dari riya.
Dzikrullah adalah mengingat Allah dengan MemujiNya, MentauhidkanNya, MenyucikanNya dan MengagungkanNya. Ini bisa dilakukan juga dengan memperhatikan atau diam mentafaquri hamparan Ayat Ayat Nya yang bertebaran di alam ini, atau merenungi semesta Nya yang senantiasa Ramai bertasbih MemujiNya. Ditengah tengah aktifitas kita, ruh kita bisa bergabung dengan semesta dan berdzikir.
Ketika hati kita terbiasa dengan Dzikir.
Kita akan mampu dengan mudah mengaitkan seluruh peristiwa yang menemui dan menghentak bathin kita dengan Allah aza wajalla yang telah mengirimkan pesan Rahmat Nya melewati mediasi Alam semesta ini.
Subhanallah..
Wajah tenang itulah cerminan dari pribadi Dzikr.
Wajah menjadi tenang karena hatinya tenang. Kebahagiaan seperti apalagikah yang engkau cari selain ketenangan jiwa?
Hati yang tenang itu muncul karena berkurangnya insensitas Qarin jahat. Sehingga Qarin baik dapat dengan leluasa membisikan kebaikan dan disambut dengan manusia yang berada dalam Fitrahnya. Fitrah itu kemudian mendominasi suasana hati dan aktifitas berfikirnya. Dengan demikian, perasaan "gundah" yang banyak menginspirasi seniman jadi jadian itu, tentu hiang jika "kegaduhan" itu sirna dari hatinya.
Karena kegaduhan itu terjadi dari adu argumentasi Qarin baik dan Qarin Jahat.
THE MIRACLE OF DZIKR
Inilah salah satu rahasia mengagumkan dari Dzikrullah.
Lantunan suara dzikir didalam hati adalah satu satunya cara untuk mengusir Qarin jahat dari istana hati kita, sehingga Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu kembali muncul. Dengan demikian spectrum iman disana konstan dan menerangi kegelapan hati.
Hidup ini pilihan saudaraku,
Silahkan engkau memilih untuk bahagia atau sengsara.
Kebahagiaan sesaat atau kebahagiaan abadi.
Tentu kita berharap kebahagiaan di dunia yang sesaat dan juga kebahagiaan yang berkekalan disana, bukan menukar kebahagiaan sesaat dengan kesengsaraan abadi.
Jika kita ingin memilih bahagia,
Maka peliharalah hati kita, jaga ia dari pengaruh yang mengotorinya.
Sering memohon kepada Nya, minimal dengna mengingat Nya.
Karena si Qarin ini memang ada dalam diri kita, Jin berjenis Iblis ini mendiami tubuh seluruh umat Manusia dibumi, termasuk juga para Nabi Allah.
Aisyah radiyallahu anha,
Meriwayatkan Hadits tentang dirinya,
Suatu malam Rasulullah saw keluar dari rumahnya.
Aisyah berkata; “Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian Rasulullah saw kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.
”Apakah engkau sedang cemburu?” tanya beliau.
”Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?” Jawab Aisyah ra.
“Rupanya syetan telah datang kepadamu”, sabda beliau
”Apakah ada syetan besertaku?’ tanya Aisyah ra
Rasulullah bersabda; “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan”
”Besertamu pula?” tanya Aisyah.
“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Rasulullah saw. (Hadits ini ditakrij Muslim dan Nasa’i)
Alhamdulillahirabbil'alamiin..
Mari kita langsung kebahasan pokok, untuk memperkokoh kembali Pilar Iman kita yang ke 6 yaitu Iman kepada Takdir Allah dengan bekal bahasan konfrehensif diatas.
BERSAHABAT DENGAN TAKDIR-NYA
Banyak manusia beriman yang ragu tentang kekuatan taqdir ini.
Bagaimana mau bersahabat dengan Takdir-Nya jika kita tidak mengenalinya?
Keraguan tentang Takdir ini tak lain karena lemahnya pengetahuan atau sedikitnya perbendaharaan Ilmu difikiran kita, sehingga logika akal itu bekerja sendiri mengikuti nafsu duniawiyah saja. Sehingga kemampuan mata hati untuk melihat hikmah hikmah Nya yang bertebaran disemesta ini melemah. Lemahnya ilmu itu melemahkan Iman yang telah bersemayam.
Alasan lain keraguan terhadap takdir adalah bentuk nyata kesuksesan usaha Iblis yang intensif untuk menyesatkan manusia. Keraguan terhadap takdir, dan pertanyaan pertanyaan yang mengikutinya adalah cerminan lemahnya keimanan dan pengetahuan kita tentang Nya.
Untuk apa bibir berkata cinta jika tak ada kepercayaan?
Subhanallah.
Jika kita beriman, bukankah harus mengimani keseluruhannya?
Apakah mungkin meminum segelas air yang setengahnya air putih dan setengahnya lagi bensin? Tentu setetes bensin saja yang kita letakan didalam satu gelas air akan mengubah rasa air putih yang nikmat itu.
Begitulah, Iman.
Iman kepada Takdir Allah itu adalah 1dari 6 Pilar Iman yang harus tegap dalam hati kita. Jika tidak, maka jiwa akan lemah dan keropos. Tidak bahagia.
Telah menjadi pengetahuan umum, bahwasannya Taqdir manusia telah ditetapkan sebelum manusia diciptakan. Ada juga Hadits Hadits yang diriwayatkan bahwa Taqdir manusia ditetapkan ketika manusia ditiupkan Ruh kedaam janin di rahim ibu.
Tidak ada pertentangan tentang hal ini, yang ada hanya kesalahan manusia dalam menyikapinya. Sehingga ada manusia yang berkata dengan gegabah: "Bukankah takdir telah ditentukan, lalu untuk apa bersusah payah mengubahnya?"
Subhanallah..
Mahasuci Allah dari prasangka hamba hamba Nya yang hina.
Bukankah Usaha itu telah diperintahkan Allah ta'ala dan RasullNya?
Tidakkah terfikirkan, jika Allah ta'ala mampu menciptakan semesta yang menakjubkan ini, bukankah mudah saja bagi-Nya untuk mengubah takdirmu?
Berusaha dan Berdo'a lah.
Karena keputusan itu berada di Allah ta'ala.
JAWABANNYA ADALAH DOA
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak ada gunanya waspada menghadapi Takdir, namun do'a bermanfaat menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya setelah musibah itu ditakdirkan turun (dari Langit). Maka ia segera disambut oleh Do'a (dari bumi) lalu keduanya bertarung sampai Hari Kiamat". (HR Hakim, Imam Ahmad, Bazaar dan Ath Thabrani)
Ibnu Al Qayyim Azzawjiah menjelaskan:"Jika prisai do'amu lebih kuat dari musibah, ia akan menolaknya. Tetapi jika musibah lebih kuat dari prisai Do'a mu maka ia akan menimpamu. Namun sedikitnya tetap akan mengurangi effect-nya. Adapun jika prisai doamu seimbang dengan kekuatan Musibah. Maka keduanya akan bertarung".
Maka berusahalah, tunjukan kualitas usahamu dan berdo'alah.
Jika takdirmu tetap buruk, sesungguhnya bukan takdir itu yang buruk tapi pemahamanmu yang harus diperbaiki. Tentu semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Nya untukmu, untukku dan untuk kita semua.
Sering kita memaknai musibah musibah dan kegagalan itu sebagai kesialan. Benarkah demikian? Mungkinkah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang menginginkan keburukan bagimu?
Mungkinkah seorang kekasih membuatmu kecewa?
Ya, mungkin saja jika kamu membuatnya cemburu.
Apakah kamu kecewa saat dia terbakar api cemburu?
Tidak, Kekasih apakah namnya jika ia tidak cemburu?
Besarnya gejolak api cemburu dihatinya adalah cerminan betapa besar rasa kasih sayangnya kepada kita.
Benar,
Dan Allahlah yang paling besar Kasih Sayang Nya, karena Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
KETAHUILAH BAHWA RABB-MU PUN CEMBURU
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seorang manusia mendatangi -mengerjakan- apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih, Riyadhussalihin V/Muraqabah)
Aisyah radiyallahu anha meriwayatkan Sabda Rasulullah saw:
"...Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan. (Kutifan Shahih Muslim, Bab Gerhana Hadits No. 1499)
Bukankah Allah ta'ala Cemburu kepadamu saat kamu berbuat keharaman?
Bukankah Allah ta'la beda dengan Mahluk Nya?
Iya, tentu saja Sangat beda dan Dialah yang Maha Sempurna dan Maha Segala Galanya. Kecemburuan itu tidak begitu saja berubah menjadi Murka, sungguh Rahmat Nya yang memenuhi semesta ini telah menerjemahkan murka itu kedalam bentuk Kasih Sayang-Nya yang lain.
BENCANA...
Musibah Musibah yang menimpa kita adalah bentuk Kasih Sayang Nya, sebuah sentuhan lembut bagi manusia yang mampu melihat Hikmah Hikmah dibalik semua peristiwa dan pandai mengaitkannya untuk Memuji Rabb Nya.
Sa'ad bin Abi Waqqash berkata,
"Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Rasulullah saw menjawab: "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa". (HR. Bukhari)
SUBHANALAH..
Mungkin hal buruk yang menimpamu itu adalah cicilan..
Agar adzab kita tidak begitu berat di akhirat Nya. Bukankah Api di dunia ini hanya 1 percikan dari 70 kali panasnya Neraka?
Bukankah Azab neraka yang paling ringan itu -- seperti Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra, Muslim No.313 -- Bahwa "Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat, adalah seseorang yang pada lekukan telapak kakinya diberi dua bara yang menyebabkan otaknya mendidih". ?
Sungguh Musibah demi Musibah itu adalah peringan Azab Nya yang berat, sehingga mereka yang beriman seharusnya tetap bersyukur dengan keringanan tersebut. Mengarahkan sekuat tenaga hati, fikiran dan bibir kita untuk beristighfar dan Memuji Nya.
Begitulah sahabat pena yang diridhai,
Afwan Jazilan Bahasannya melebar, ini semua adalah usaha kecil saja untuk ikut serta dalam memerangi pemikiran pemikiran Batil. Semoga Hidayah Allah senantiasa bersama kita dan semua Umat Muslimin Muslimat yang mengharap ampunan dan keridhaan Nya.
"Agar semesta Raya Ramai Bertasbih Memuji Nya"
^_^
Salam Bahagia dan Salam santunku,
Al Faqir Ilallah
Nuruddin Al Indunissy
RIYADH 2011
Selasa, 01 November 2011
Kenapa Harus Menikah? (dalam perspektif Islam)
Sumber : Indosingleparent
Berikut beberapa alasan mengapa harus menikah, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan nikah.
1. Melengkapi agamanya
"Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).
2. Menjaga kehormatan diri
"Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
3. Senda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia
"Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang." (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309).
Hidup berkeluarga merupakan ladang meraih pahala
4. Bersetubuh dengan istri termasuk sedekah
Pernah ada beberapa shahabat Nabi SAW berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Beliau bersabda, "Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih terdapat sedekah; (pada tiap-tiap ucapan takbir terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahlil terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahmid terdapat sedekah); memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kok bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?" Beliau menjawab, "Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu dia salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?" (Mereka menjawab, "Ya, tentu." Beliau bersabda,) "Demikian pula bila dia salurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala." (Beliau kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya dengan sebuah sedekah, lalu beliau bersabda, "Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat dua raka'at Dhuha.") (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125).
5. Adanya saling nasehat-menasehati
6. Bisa mendakwahi orang yang dicintai
7. Pahala memberi contoh yang baik
"Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun." (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Orang yang pertama kali melakukan kebaikan atau kejahatan.)
Bagaimana menurut Anda bila ada seorang kepala keluarga yang memberi contoh perbuatan yang baik bagi keluarganya dan ditiru oleh istri dan anak-anaknya? Demikian juga sebaliknya bila seorang kepala keluarga memberi contoh yang jelek bagi keluarganya?
8. Seorang suami memberikan nafkah, makan, minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama.
Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu." (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah." (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan, diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia, dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.
Muawiyah bin Haidah RA., pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: 'Wahai Rasulullah, apa hak istri terhadap salah seorang di antara kami?" Beliau menjawab dengan bersabda, "Berilah makan bila kamu makan dan berilah pakaian bila kamu berpakaian. Janganlah kamu menjelekkan wajahnya, janganlah kamu memukulnya, dan janganlah kamu memisahkannya kecuali di dalam rumah. Bagaimana kamu akan berbuat begitu terhadapnya, sementara sebagian dari kamu telah bergaul dengan mereka, kecuali kalau hal itu telah dihalalkan terhadap mereka." (Adab Az Zifaf Syaikh Albani hal 249).
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga)
Dari Abdullah bin Amr bin 'Ash ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiaka orang yang harus diberi belanja." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya." (Saba': 39).
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: "Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya." Dan yang lain berdoa: "Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
9. Seorang pria yang menikahi janda yang mempunyai anak, berarti ikut memelihara anak yatim
Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah.
Berikut beberapa alasan mengapa harus menikah, semoga bisa memotivasi kaum muslimin untuk memeriahkan dunia dengan nikah.
1. Melengkapi agamanya
"Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).
2. Menjaga kehormatan diri
"Wahai para pemuda! Barang siapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
3. Senda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia
"Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang." (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309).
Hidup berkeluarga merupakan ladang meraih pahala
4. Bersetubuh dengan istri termasuk sedekah
Pernah ada beberapa shahabat Nabi SAW berkata kepada beliau, "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka." Beliau bersabda, "Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih terdapat sedekah; (pada tiap-tiap ucapan takbir terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahlil terdapat sedekah; pada tiap-tiap ucapan tahmid terdapat sedekah); memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah." Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kok bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?" Beliau menjawab, "Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu dia salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?" (Mereka menjawab, "Ya, tentu." Beliau bersabda,) "Demikian pula bila dia salurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala." (Beliau kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya dengan sebuah sedekah, lalu beliau bersabda, "Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat dua raka'at Dhuha.") (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125).
5. Adanya saling nasehat-menasehati
6. Bisa mendakwahi orang yang dicintai
7. Pahala memberi contoh yang baik
"Siapa saja yang pertama memberi contoh perilaku yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahala kebaikannya dan mendapatkan pahala orang-orang yang meniru perbuatannya itu tanpa dikurangi sedikit pun. Dan barang siapa yang pertama memberi contoh perilaku jelek dalam Islam, maka ia mendapatkan dosa kejahatan itu dan mendapatkan dosa orang yang meniru perbuatannya tanpa dikurangi sedikit pun." (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Orang yang pertama kali melakukan kebaikan atau kejahatan.)
Bagaimana menurut Anda bila ada seorang kepala keluarga yang memberi contoh perbuatan yang baik bagi keluarganya dan ditiru oleh istri dan anak-anaknya? Demikian juga sebaliknya bila seorang kepala keluarga memberi contoh yang jelek bagi keluarganya?
8. Seorang suami memberikan nafkah, makan, minum, dan pakaian kepada istrinya dan keluarganya akan terhitung sedekah yang paling utama.
Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Satu dinar yang kamu nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu." (HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Dari Abu Abdullah (Abu Abdurrahman) Tsauban bin Bujdud., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Dinar yang paling utama adalah dinar yang dinafkahkan seseorang kepada keluarganya, dinar yang dinafkahkan untuk kendaraan di jalan Allah, dan dinar yang dinafkahkan untuk membantu teman seperjuangan di jalan Allah." (HR. Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan, diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia, dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.
Muawiyah bin Haidah RA., pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: 'Wahai Rasulullah, apa hak istri terhadap salah seorang di antara kami?" Beliau menjawab dengan bersabda, "Berilah makan bila kamu makan dan berilah pakaian bila kamu berpakaian. Janganlah kamu menjelekkan wajahnya, janganlah kamu memukulnya, dan janganlah kamu memisahkannya kecuali di dalam rumah. Bagaimana kamu akan berbuat begitu terhadapnya, sementara sebagian dari kamu telah bergaul dengan mereka, kecuali kalau hal itu telah dihalalkan terhadap mereka." (Adab Az Zifaf Syaikh Albani hal 249).
Dari Sa'ad bin Abi Waqqash RA., dalam hadits yang panjang yang kami tulis pada bab niat, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadanya: "Sesungguhnya apa saja yang kamu nafkahkan dengan maksud kamu mencari keridhaan Allah, niscaya kamu akan diberi pahala sampai apa saja yang kamu sediakan untuk istrimu." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga)
Dari Abdullah bin Amr bin 'Ash ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiaka orang yang harus diberi belanja." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya." (Saba': 39).
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Nabi SAW bersabda: "Setiap pagi ada dua malaikat yang datang kepada seseorang, yang satu berdoa: "Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya." Dan yang lain berdoa: "Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir." (HR. Bukhari dan Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap keluarga).
9. Seorang pria yang menikahi janda yang mempunyai anak, berarti ikut memelihara anak yatim
Janji Allah berupa pertolongan-Nya bagi mereka yang menikah.
- Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (An Nur: 32)
- Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)
Senin, 31 Oktober 2011
Gunung-gunung bersejarah di Makkah
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh Syahruddin El-Fikri
KELIMA GUNUNG TERSEBUT MEMILIKI KENANGAN SEJARAH DALAM KEHIDUPAN PARA NABI.
Seluruh umat Islam di seluruh dunia tentunya mengetahui Kota Makkah. Kota suci umat Islam ini selalu menjadi dambaan umat Islam untuk mengunjunginya, terutama dengan Baitullah (Ka’bah) dan Masjidil Haram. Ka’bah merupakan kiblat umat Islam saat mendirikan shalat lima waktu.
Secara geografis, Kota Makkah terletak antara 39–40 derajat Bujur Timur (BT). Kota Makkah dalam Alquran disebut dalam surah Ali Imran [3] ayat 96 dengan kata ‘Bakkah’. Julukan lainnya yang diberikan kepada Kota Makkah adalah Haramun Aaminatau kota suci yang aman (QS al-Qashash [28]:57). Ia juga diberi nama Kota Haram(suci) karena di sini terdapat tapal batas yang melingkari Makkah. Dengan pembatas ini, orang kafir tidak diperkenankan memasuki kawasan Tanah Haram ini.
Makkah juga disebut dengan nama al-Balad, negeri (QS al-Balad [90]: 1-2, Ibrahim [14] : 35), Ummu al-Qura, induk atau ibu negeri-negeri (QS al-An’am [6]: 92), al-Balad al-Amin,negara yang aman (QS at-Tin [95]: 4), dan al-Qaryah, negeri (QS an-Nahl [16]: 112), Bakkah yang artinya menyobek, membalas kekejaman, memisahkan orang kafir dan mukmin (QS Ali Imran [3]: 96), Waadin Ghairu Dzi Zar’in, yaitu lembah yang tidak mempunyai tanaman (QS Ibrahim [14] : 37).
Kota Makkah disebut Ummu al-Qura karena ia merupakan kota atau negeri tertua di dunia. Namun, di antara nama-nama itu, yang paling terkenal adalah Makkah yang berarti “mendesak”, yakni mendesak orangorang yang maksiat kepada Allah SWT untuk keluar dari kawasan itu.
Kota Makkah terletak kira-kira 330 meter di atas permukaan laut (dpl) dan berada pada lembah yang sangat kering. Di sekitarnya merupakan bukit-bukit atau gunung-gunung tandus dan yang membentang dari ujung barat hingga timur sekitar tiga kilometer dan dari utara ke selatan sekitar 1,5 kilometer. Sedangkan, jarak antara kota-kota di sekitarnya, seperti Jeddah sekitar 74 kilometer, Thaif (80 km), Madinah (470 km), dan Riyadh (990 km).
Sebagai kota yang terletak di lembah, sudah pasti di sekelilingnya terdapat banyak pegunungan. Sedikitnya ada lima buah gunung yang terkenal dan paling bersejarah dalam kehidupan umat Islam, seperti Gunung (Jabal) Rahmah, Jabal Nur, Jabal Tsur, Jabal Qubais, dan Jabal Qurban. Kelima gunung tersebut menjadi saksi sejarah para nabi, terutama Nabi Adam as, Nabi Ibrahim dan Ismail as, serta Rasulullah SAW saat menyebarkan Islam.
Jabal Rahmah
Bagi jamaah haji dan umrah, rasanya tak lengkap ketika berkunjung ke Tanah Suci bila tidak mampir ke Jabal Rahmah (gunung kasih sayang). Mengapa? Karena Jabal Rahmah merupakan salah satu tempat paling mengesankan dan menarik untuk didatangi. Pertama, dinamakan Jabal Rahmah (gunung kasih sayang) karena di tempat inilah manusia pertama, yakni Adam dan Hawa, bertemu setelah sekian puluh (ada yang menyebut ratusan) tahun terpisah sejak dikeluarkan dari surga. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah. Gunung atau bukit ini terletak di Arafah, sekitar 25 kilometer sebelah tenggara Kota Makkah. Bahkan, lokasi pertemuan nenek moyang umat manusia itu kini ditandai dengan sebuah tugu (monumen) berwarna putih. Bahkan, menurut sejumlah kalangan, pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa itu senantiasa diperingati oleh Nabi Adam sendiri dan kemudian diteruskan oleh keturunannya sampai sekarang ini. Dan, pada musim haji, lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa ini senantiasa dikunjungi para jamaah haji.
Kedua, di lokasi ini pula (Arafah), menurut sejumlah kalangan, diturunkannya wahyu terakhir kepada Rasulullah SAW, yakni surah al-Maidah [5] ayat 3. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.”
Jabal Nur
Gunung ini menjadi salah satu favorit umat Islam yang datang ke Makkah sebab di pegunungan (Jabal Nur) inilah Rasulullah SAW menerima wahyu pertama (QS al-Alaq [96]: 1–5). Ayat ini diterima Rasulullah SAW saat sedang bertafakur di sebuah gua kecil yang dinamakan Gua Hira. Dengan turunnya ayat tersebut, sekaligus mengukuhkan diri Rasulullah SAW sebagai utusan Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dan membawanya ke jalan yang lurus (shiratal mustaqim).
Jabal Nur terletak sekitar lima kilometer di utara Makkah atau di sebelah kiri perjalanan saat menuju Arafah. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter. Perjalanan mendaki puncak Gua Hira membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Di sekelilingnya terdapat sejumlah perbukitan batu dan jurang. Di kawasan Jabal Nur dan Gua Hira ini tidak terdapat tanaman apa pun juga. Seluruhnya terdiri atas bebatuan yang besar dan gersang. Dan, Gua Hira terletak di belakang dua buah batu besar yang sangat dalam dan sempit. Tinggi gua sekitar dua meter dan luasnya hanya cukup untuk tidur tiga orang berdampingan.
Jabal Tsur
Jabal Tsur terdiri atas bebatuan yang sangat terjal. Waktu yang dibutuhkan untuk mendaki Jabal Tsur mencapai satu jam 45 menit. Dan, Gua Tsur terletak di salah satu puncak Jabal Tsur. Struktur dan bentuk gunung yang demikian terjal itu menyulitkan para peziarah. Bila kurang hatihati maka akan membahayakan diri peziarah.
Seperti halnya Gua Hira, tinggi ruangan Gua Tsur hanya mencapai 1,25 meter. Adapun panjang gua 3,5 meter dan lebar sekitar 3,5 meter. Gua Tsur memiliki dua pintu masuk yang terletak di bagian timur dan barat. Pintu gua sebelah barat digunakan Rasulullah untuk masuk ke dalamnya. Ketinggian pintu bagian barat ini sekitar satu meter. Dan, bagian timur lebih luas sedikit. Pintu bagian timur inilah yang biasa dipergunakan untuk keluar masuk gua.
Jabal Tsur ini menjadi saksi sejarah perjalanan Rasulullah SAW bersama Abu Bakar saat berhijrah ke Madinah. Menurut para ahli sejarah, peristiwa hijrah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar itu terjadi pada 16 Juli 622 Masehi. Dan, usia Rasulullah SAW ketika itu sekitar 53 tahun. (Sami bin Abdullah Al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, 2008, hlm 190).
Peristiwa hijrah ini dilakukan karena kekejaman kafir Quraisy semakin menjadijadi ditujukan pada umat Islam di Makkah. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Rasulullah menyuruh umat Islam untuk berhijrah ke Madinah. Sedangkan, Rasulullah SAW akan menyusul kemudian.
Orang-orang kafir Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Mereka melakukan musyawarah di Darun Nadwah untuk menghentikan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW. Di antara mereka, ada yang mengusulkan supaya menahan Rasulullah sampai mati atau membuangnya dari bumi kaum Quraisy dan mengikatnya di atas unta, lalu kemudian melepaskannya di padang pasir. (Lihat penjelasan Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur'an).
Jabal Qurban
Jabal Qurban adalah sebuah bukit yang terletak di Kota Mina. Tempat ini dipercaya sebagai salah satu saksi sejarah ketika Nabi Ismail as akan dikurbankan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as. Namun, atas kepatuhan keduanya menjalankan perintah Allah, penyembelihan Ismail tak jadi dilangsungkan dan diganti dengan seekor domba (kibas). Dan, karena itu pula, nama bukit tersebut diberi nama Jabal Qurban.
Jabal Qubais
Secara umum, Kota Makkah terletak di perut lembah yang dikelilingi oleh bukitbukit dari segala arah, dari sebelah timur membentang bukit (Jabal) Abu Qubais dan dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa'aiqa' dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah.
Daerah ini dikenal sebagai bagian yang rendah dari lembah tersebut. Bagian yang tinggi dikenal dengan nama Al-Mu'alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang-orang pedalaman (A'rab). (Lihat As-Sirah an-Nabawiyah Ash-Shahihaholeh Akram Dhiya Al-Umary, 1:77).
Menurut Iwan Gayo dalam bukunya Buku Pintar Haji dan Umrah, dulunya di atas bukit Abu Qubais merupakan perkampungan kumuh. Namun, sekarang dibangun istana Raja Saudi yang megah dan mewah. Istana ini menjulang tinggi melebihi menara Masjidil Haram. Di kakikakinya terdapat banyak terowongan untuk jalan keluar masuk menembus bukit batu yang kokoh. Dengan istana tersebut, pemandangan dari arah Masjidil Haram ke bukit batu yang memberi kesan gersang Kota Makkah menjadi hilang.
Sejumlah pendapat menerangkan, di bukit inilah Siti Hawa dimakamkan. Namun, kebenarannya diragukan karena banyak jamaah justru mengunjungi kuburan Hawa di Jeddah.
TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH DI MAKKAH
- Masjid al-Haram dan sekitarnya, termasuk Ka'bah.
- Maulid Nabi, tempat lahir Nabi SAW (571 M) di Sugul Lail, arah tempat sai.
- Masjin Jin, tempat beberapa jin menyatakan keislaman dan turunnya surah Jin, sekitar satu kilometer dari Masjid al-Haram.
- Pemakaman Ma¡¯la, pemakaman umum sejak zaman Nabi SAW.
- Gua Hira (Jabal Nur), tempat turunnya surah al-Alaq ayat 1¨C5, dan tempat Nabi Muhammad SAW ber- tahannuts.
- Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar. Letaknya sekitar tujuh kilometer dari Masjid al-Haram.
- Ja'ranah, tempat memulai niat ihram (miqat) bagi yang melaksanakan umrah, jaraknya sekitar 19 km dari Masjid al-Haram.
- Tan'im, tempat batas Tanah Haram, juga tempat miqat, jaraknya sekitar lima kilometer dari Masjid al-Haram.
- Masjid al-Khif, tempat Rasul SAW berkemah bersama sahabatnya saat melaksanakan haji wada, terletak di Mina.
- Masjid al-Raya, tempat Nabi SAW mengibarkan bendera saat penaklukan Makkah, sekitar 300 meter dari Masjid al-Haram. (Lihat DR Muhammad Ilyas Abdul Ghani; Sejarah Kota Mekkah).
Oleh Syahruddin El-Fikri
KELIMA GUNUNG TERSEBUT MEMILIKI KENANGAN SEJARAH DALAM KEHIDUPAN PARA NABI.
Seluruh umat Islam di seluruh dunia tentunya mengetahui Kota Makkah. Kota suci umat Islam ini selalu menjadi dambaan umat Islam untuk mengunjunginya, terutama dengan Baitullah (Ka’bah) dan Masjidil Haram. Ka’bah merupakan kiblat umat Islam saat mendirikan shalat lima waktu.
Secara geografis, Kota Makkah terletak antara 39–40 derajat Bujur Timur (BT). Kota Makkah dalam Alquran disebut dalam surah Ali Imran [3] ayat 96 dengan kata ‘Bakkah’. Julukan lainnya yang diberikan kepada Kota Makkah adalah Haramun Aaminatau kota suci yang aman (QS al-Qashash [28]:57). Ia juga diberi nama Kota Haram(suci) karena di sini terdapat tapal batas yang melingkari Makkah. Dengan pembatas ini, orang kafir tidak diperkenankan memasuki kawasan Tanah Haram ini.
Makkah juga disebut dengan nama al-Balad, negeri (QS al-Balad [90]: 1-2, Ibrahim [14] : 35), Ummu al-Qura, induk atau ibu negeri-negeri (QS al-An’am [6]: 92), al-Balad al-Amin,negara yang aman (QS at-Tin [95]: 4), dan al-Qaryah, negeri (QS an-Nahl [16]: 112), Bakkah yang artinya menyobek, membalas kekejaman, memisahkan orang kafir dan mukmin (QS Ali Imran [3]: 96), Waadin Ghairu Dzi Zar’in, yaitu lembah yang tidak mempunyai tanaman (QS Ibrahim [14] : 37).
Kota Makkah disebut Ummu al-Qura karena ia merupakan kota atau negeri tertua di dunia. Namun, di antara nama-nama itu, yang paling terkenal adalah Makkah yang berarti “mendesak”, yakni mendesak orangorang yang maksiat kepada Allah SWT untuk keluar dari kawasan itu.
Kota Makkah terletak kira-kira 330 meter di atas permukaan laut (dpl) dan berada pada lembah yang sangat kering. Di sekitarnya merupakan bukit-bukit atau gunung-gunung tandus dan yang membentang dari ujung barat hingga timur sekitar tiga kilometer dan dari utara ke selatan sekitar 1,5 kilometer. Sedangkan, jarak antara kota-kota di sekitarnya, seperti Jeddah sekitar 74 kilometer, Thaif (80 km), Madinah (470 km), dan Riyadh (990 km).
Sebagai kota yang terletak di lembah, sudah pasti di sekelilingnya terdapat banyak pegunungan. Sedikitnya ada lima buah gunung yang terkenal dan paling bersejarah dalam kehidupan umat Islam, seperti Gunung (Jabal) Rahmah, Jabal Nur, Jabal Tsur, Jabal Qubais, dan Jabal Qurban. Kelima gunung tersebut menjadi saksi sejarah para nabi, terutama Nabi Adam as, Nabi Ibrahim dan Ismail as, serta Rasulullah SAW saat menyebarkan Islam.
Jabal Rahmah
Bagi jamaah haji dan umrah, rasanya tak lengkap ketika berkunjung ke Tanah Suci bila tidak mampir ke Jabal Rahmah (gunung kasih sayang). Mengapa? Karena Jabal Rahmah merupakan salah satu tempat paling mengesankan dan menarik untuk didatangi. Pertama, dinamakan Jabal Rahmah (gunung kasih sayang) karena di tempat inilah manusia pertama, yakni Adam dan Hawa, bertemu setelah sekian puluh (ada yang menyebut ratusan) tahun terpisah sejak dikeluarkan dari surga. Keduanya bertemu di Jabal Rahmah. Gunung atau bukit ini terletak di Arafah, sekitar 25 kilometer sebelah tenggara Kota Makkah. Bahkan, lokasi pertemuan nenek moyang umat manusia itu kini ditandai dengan sebuah tugu (monumen) berwarna putih. Bahkan, menurut sejumlah kalangan, pertemuan antara Nabi Adam dan Hawa itu senantiasa diperingati oleh Nabi Adam sendiri dan kemudian diteruskan oleh keturunannya sampai sekarang ini. Dan, pada musim haji, lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa ini senantiasa dikunjungi para jamaah haji.
Kedua, di lokasi ini pula (Arafah), menurut sejumlah kalangan, diturunkannya wahyu terakhir kepada Rasulullah SAW, yakni surah al-Maidah [5] ayat 3. “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.”
Jabal Nur
Gunung ini menjadi salah satu favorit umat Islam yang datang ke Makkah sebab di pegunungan (Jabal Nur) inilah Rasulullah SAW menerima wahyu pertama (QS al-Alaq [96]: 1–5). Ayat ini diterima Rasulullah SAW saat sedang bertafakur di sebuah gua kecil yang dinamakan Gua Hira. Dengan turunnya ayat tersebut, sekaligus mengukuhkan diri Rasulullah SAW sebagai utusan Allah untuk memperbaiki akhlak manusia dan membawanya ke jalan yang lurus (shiratal mustaqim).
Jabal Nur terletak sekitar lima kilometer di utara Makkah atau di sebelah kiri perjalanan saat menuju Arafah. Tinggi puncak Jabal Nur kira-kira 200 meter. Perjalanan mendaki puncak Gua Hira membutuhkan waktu sekitar dua jam.
Di sekelilingnya terdapat sejumlah perbukitan batu dan jurang. Di kawasan Jabal Nur dan Gua Hira ini tidak terdapat tanaman apa pun juga. Seluruhnya terdiri atas bebatuan yang besar dan gersang. Dan, Gua Hira terletak di belakang dua buah batu besar yang sangat dalam dan sempit. Tinggi gua sekitar dua meter dan luasnya hanya cukup untuk tidur tiga orang berdampingan.
Jabal Tsur
Jabal Tsur terdiri atas bebatuan yang sangat terjal. Waktu yang dibutuhkan untuk mendaki Jabal Tsur mencapai satu jam 45 menit. Dan, Gua Tsur terletak di salah satu puncak Jabal Tsur. Struktur dan bentuk gunung yang demikian terjal itu menyulitkan para peziarah. Bila kurang hatihati maka akan membahayakan diri peziarah.
Seperti halnya Gua Hira, tinggi ruangan Gua Tsur hanya mencapai 1,25 meter. Adapun panjang gua 3,5 meter dan lebar sekitar 3,5 meter. Gua Tsur memiliki dua pintu masuk yang terletak di bagian timur dan barat. Pintu gua sebelah barat digunakan Rasulullah untuk masuk ke dalamnya. Ketinggian pintu bagian barat ini sekitar satu meter. Dan, bagian timur lebih luas sedikit. Pintu bagian timur inilah yang biasa dipergunakan untuk keluar masuk gua.
Jabal Tsur ini menjadi saksi sejarah perjalanan Rasulullah SAW bersama Abu Bakar saat berhijrah ke Madinah. Menurut para ahli sejarah, peristiwa hijrah Rasulullah SAW bersama Abu Bakar itu terjadi pada 16 Juli 622 Masehi. Dan, usia Rasulullah SAW ketika itu sekitar 53 tahun. (Sami bin Abdullah Al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, 2008, hlm 190).
Peristiwa hijrah ini dilakukan karena kekejaman kafir Quraisy semakin menjadijadi ditujukan pada umat Islam di Makkah. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Rasulullah menyuruh umat Islam untuk berhijrah ke Madinah. Sedangkan, Rasulullah SAW akan menyusul kemudian.
Orang-orang kafir Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Mereka melakukan musyawarah di Darun Nadwah untuk menghentikan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW. Di antara mereka, ada yang mengusulkan supaya menahan Rasulullah sampai mati atau membuangnya dari bumi kaum Quraisy dan mengikatnya di atas unta, lalu kemudian melepaskannya di padang pasir. (Lihat penjelasan Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Al-Qur'an).
Jabal Qurban
Jabal Qurban adalah sebuah bukit yang terletak di Kota Mina. Tempat ini dipercaya sebagai salah satu saksi sejarah ketika Nabi Ismail as akan dikurbankan oleh ayahnya, Nabi Ibrahim as. Namun, atas kepatuhan keduanya menjalankan perintah Allah, penyembelihan Ismail tak jadi dilangsungkan dan diganti dengan seekor domba (kibas). Dan, karena itu pula, nama bukit tersebut diberi nama Jabal Qurban.
Jabal Qubais
Secara umum, Kota Makkah terletak di perut lembah yang dikelilingi oleh bukitbukit dari segala arah, dari sebelah timur membentang bukit (Jabal) Abu Qubais dan dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa'aiqa' dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah.
Daerah ini dikenal sebagai bagian yang rendah dari lembah tersebut. Bagian yang tinggi dikenal dengan nama Al-Mu'alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang-orang pedalaman (A'rab). (Lihat As-Sirah an-Nabawiyah Ash-Shahihaholeh Akram Dhiya Al-Umary, 1:77).
Menurut Iwan Gayo dalam bukunya Buku Pintar Haji dan Umrah, dulunya di atas bukit Abu Qubais merupakan perkampungan kumuh. Namun, sekarang dibangun istana Raja Saudi yang megah dan mewah. Istana ini menjulang tinggi melebihi menara Masjidil Haram. Di kakikakinya terdapat banyak terowongan untuk jalan keluar masuk menembus bukit batu yang kokoh. Dengan istana tersebut, pemandangan dari arah Masjidil Haram ke bukit batu yang memberi kesan gersang Kota Makkah menjadi hilang.
Sejumlah pendapat menerangkan, di bukit inilah Siti Hawa dimakamkan. Namun, kebenarannya diragukan karena banyak jamaah justru mengunjungi kuburan Hawa di Jeddah.
TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH DI MAKKAH
- Masjid al-Haram dan sekitarnya, termasuk Ka'bah.
- Maulid Nabi, tempat lahir Nabi SAW (571 M) di Sugul Lail, arah tempat sai.
- Masjin Jin, tempat beberapa jin menyatakan keislaman dan turunnya surah Jin, sekitar satu kilometer dari Masjid al-Haram.
- Pemakaman Ma¡¯la, pemakaman umum sejak zaman Nabi SAW.
- Gua Hira (Jabal Nur), tempat turunnya surah al-Alaq ayat 1¨C5, dan tempat Nabi Muhammad SAW ber- tahannuts.
- Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar. Letaknya sekitar tujuh kilometer dari Masjid al-Haram.
- Ja'ranah, tempat memulai niat ihram (miqat) bagi yang melaksanakan umrah, jaraknya sekitar 19 km dari Masjid al-Haram.
- Tan'im, tempat batas Tanah Haram, juga tempat miqat, jaraknya sekitar lima kilometer dari Masjid al-Haram.
- Masjid al-Khif, tempat Rasul SAW berkemah bersama sahabatnya saat melaksanakan haji wada, terletak di Mina.
- Masjid al-Raya, tempat Nabi SAW mengibarkan bendera saat penaklukan Makkah, sekitar 300 meter dari Masjid al-Haram. (Lihat DR Muhammad Ilyas Abdul Ghani; Sejarah Kota Mekkah).
Hindari berkata kotor
Sumber : masjidbaitulmakmur.wordpress.com
Ajaran Islam memberikan garis tegas kepada umatnya untuk menghindari melakukan praktik yang amat dicela tersebut. Dr Muhammad Ali, mengungkapkan, ketika seorang Muslim dalam keadaan marah (yakni kemarahannya hanya karena Allah), sangatlah penting jika dia dapat menahan lidahnya dari mengucapkan umpatan dan bahasa kotor. Diakuinya memang berat melaksanakannya, tapi jika mampu, maka orang itu sangat mulia.
Namun sebaliknya, bagi yang tidak bisa menahan diri, bahkan selalu mengumpat, Allah tidak akan meridhainya. Nabi SAW bersabda, ”Allah tidak mencintai siapapun yang bermulut kotor dan cabul.” Berkata kotor, sambung Dr Muhammad dalam buku /Hidup Saleh dengan Nilai Spiritual Islam/, bukanlah sifat yang menguntungkan umat Muslim yang menghayati ajaran Islam. Muslim sejati harus jauh dari semua tindak tercela, dan mencontoh teladan Rasulullah SAW.
Semasa hidupnya, Rasul tidak pernah mengucapkan sebuah katapun yang dapat menyinggung, menyakiti perasaan orang lain atau menghancurkan kehormatan mereka. Anas RA, mengatakan, bahwa Nabi SAW tidak pernah menggunakan bahasa kotor, mengumpat atau bersumpah serapah. Ketika ingin mengingatkan (memarahi) seseorang, beliau hanya berkata, ”Apa yang terjadi dengannya? Semoga keningnya tertutup debu.”
Nabi kerap kali mengingatkan, bahwa semua keburukan, cercaan, umpatan dan penghinaan, hanya akan menggagalkan semua tindakan baik yang seseorang telah lakukan dalam hidupnya. Ia justru akan sungguh sial (bangkrut) tanpa perlindungan api neraka.
”Sesungguhnya Allah sangat marah dengan (hal) yang memuakkan, seorang yang bermulut kotor,” demikian sabda Nabi SAW. Lebih jauh, Nabi menceritakan, pada hari Kiamat nanti, akan ada orang yang datang dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, ia kerap menghina seseorang, memfitnahnya, memakan kekayaan orang tadi, mengalirkan darahnya serta memukulinya pula.
Apa yang terjadi kemudian? Rasulullah SAW mengatakan, beberapa kebaikan orang tersebut diberikan kepada orang ini dan beberapa yang itu. ”Dan jika kebaikannya habis sebelum semua korbannya dibalas, maka dosa-dosa mereka akan diberikan dan ditambahkan padanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim)
Maka itu, hendaknya umat menghindari perselisihan dan pertengkaran yang akan membawa pada umpatan atau hinaan. Umat dianjurkan untuk membawa nilai-nilai kebaikan di dalam komunitas sebagai petunjuk moral yang sublim untuk dikembangkan.
Merendahkan martabat
Akan tetapi jika permasalahan hidup terpaksa membawanya kepada perselisihan, ia sebaiknya bisa mengendalikan emosi dan berhati-hati dengan kata-katanya. Sabda Nabi SAW, ”Apapun yang ada di antara dua orang yang saling mengumpat, ia merupakan sebuah dosa bagi orang yang memicunya, jika orang yang disakiti tidak melangkah untuk melakukan perlawanan (tidak membalasnya).” (HR Muslim)
Syekh Salim bin al-Hilali dalam Ensiklopedi Larangan Menurut Alquran dan Sunnah, mengungkapkan, kenistaan, perbuatan keji dan perkataan kotor, adalah haram hukumnya dan itu bukan sifat seorang Muslim yang beriman. ”Tindakan itu akan mengundang aib serta merendahkan martabat orang lain,” ungkapnya.
Muslim akan selalu mengekang lidahnya dan menjaga diri dari mengumpat, meskipun ia terprovokasi. Ia juga dapat mengendalikan amarahnya sehingga tidak jatuh dalam dosa nestapa.
Oleh: Yusuf Assidiq
Ajaran Islam memberikan garis tegas kepada umatnya untuk menghindari melakukan praktik yang amat dicela tersebut. Dr Muhammad Ali, mengungkapkan, ketika seorang Muslim dalam keadaan marah (yakni kemarahannya hanya karena Allah), sangatlah penting jika dia dapat menahan lidahnya dari mengucapkan umpatan dan bahasa kotor. Diakuinya memang berat melaksanakannya, tapi jika mampu, maka orang itu sangat mulia.
Namun sebaliknya, bagi yang tidak bisa menahan diri, bahkan selalu mengumpat, Allah tidak akan meridhainya. Nabi SAW bersabda, ”Allah tidak mencintai siapapun yang bermulut kotor dan cabul.” Berkata kotor, sambung Dr Muhammad dalam buku /Hidup Saleh dengan Nilai Spiritual Islam/, bukanlah sifat yang menguntungkan umat Muslim yang menghayati ajaran Islam. Muslim sejati harus jauh dari semua tindak tercela, dan mencontoh teladan Rasulullah SAW.
Semasa hidupnya, Rasul tidak pernah mengucapkan sebuah katapun yang dapat menyinggung, menyakiti perasaan orang lain atau menghancurkan kehormatan mereka. Anas RA, mengatakan, bahwa Nabi SAW tidak pernah menggunakan bahasa kotor, mengumpat atau bersumpah serapah. Ketika ingin mengingatkan (memarahi) seseorang, beliau hanya berkata, ”Apa yang terjadi dengannya? Semoga keningnya tertutup debu.”
Nabi kerap kali mengingatkan, bahwa semua keburukan, cercaan, umpatan dan penghinaan, hanya akan menggagalkan semua tindakan baik yang seseorang telah lakukan dalam hidupnya. Ia justru akan sungguh sial (bangkrut) tanpa perlindungan api neraka.
”Sesungguhnya Allah sangat marah dengan (hal) yang memuakkan, seorang yang bermulut kotor,” demikian sabda Nabi SAW. Lebih jauh, Nabi menceritakan, pada hari Kiamat nanti, akan ada orang yang datang dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun, ia kerap menghina seseorang, memfitnahnya, memakan kekayaan orang tadi, mengalirkan darahnya serta memukulinya pula.
Apa yang terjadi kemudian? Rasulullah SAW mengatakan, beberapa kebaikan orang tersebut diberikan kepada orang ini dan beberapa yang itu. ”Dan jika kebaikannya habis sebelum semua korbannya dibalas, maka dosa-dosa mereka akan diberikan dan ditambahkan padanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim)
Maka itu, hendaknya umat menghindari perselisihan dan pertengkaran yang akan membawa pada umpatan atau hinaan. Umat dianjurkan untuk membawa nilai-nilai kebaikan di dalam komunitas sebagai petunjuk moral yang sublim untuk dikembangkan.
Merendahkan martabat
Akan tetapi jika permasalahan hidup terpaksa membawanya kepada perselisihan, ia sebaiknya bisa mengendalikan emosi dan berhati-hati dengan kata-katanya. Sabda Nabi SAW, ”Apapun yang ada di antara dua orang yang saling mengumpat, ia merupakan sebuah dosa bagi orang yang memicunya, jika orang yang disakiti tidak melangkah untuk melakukan perlawanan (tidak membalasnya).” (HR Muslim)
Syekh Salim bin al-Hilali dalam Ensiklopedi Larangan Menurut Alquran dan Sunnah, mengungkapkan, kenistaan, perbuatan keji dan perkataan kotor, adalah haram hukumnya dan itu bukan sifat seorang Muslim yang beriman. ”Tindakan itu akan mengundang aib serta merendahkan martabat orang lain,” ungkapnya.
Muslim akan selalu mengekang lidahnya dan menjaga diri dari mengumpat, meskipun ia terprovokasi. Ia juga dapat mengendalikan amarahnya sehingga tidak jatuh dalam dosa nestapa.
Oleh: Yusuf Assidiq
Minggu, 23 Oktober 2011
Jangan pernah merasa kenyang oleh nasehat
Sumber : www.hidayatullah.com
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Adz Dzariyat (51) : 55).
KATA orang bijak kehidupan di dunia ini laksana roda pedati. Karakteristik yang melekat di dalamnya adalah selalu berputar, fluktuatif, temporal. Sedih dan gembira, nikmat dan musibah, kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Bagi yang cerdas ruhaninya bisa memaknai dan menikmati pasang surut kehidupan. Justru dengan perguliran dan pergiliran perputaran kondisi, kehidupan ini menjadi romantis. Mustahil seorang itu menangis dan tertawa secara terus menerus, tanpa ada jeda. Kesulitan dan kemudahan adalah suatu keniscayaan. Datang dengan cara susul menyusul, bagaikan rintik-rintik hujan.Turunnya hujan rahmat biasanya diawali dengan mendung, petir dan guntur. Banyak sekali buah-buahan yang lezat dibungkus dengan kulit yang pahit.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah (94) : 5-6).
Fluktuasi (pasang surut) kehidupan ini dijadikan oleh Allah sebagai wasilah tarbiyah (sarana pendidikan) untuk menguji tingkat (level, mustawa) stabilitas psikologis seseorang.
“Kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya ( 21) : 35).
Apakah kita membusungkan dada ketika memperoleh kenikmatan, dan tahan ujikah kita ketika musibah yang tidak kita undang itu datang menerpa ? Memang jiwa manusia itu sangat labil, lemah dan mudah goyah. Seharusnya kelapangan dan kesempitan dipandang dengan spirit yang sama, karena keduanya adalah ujian. Bukan anugrah dan kehormatan.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij ( 70) : 19-20).
Ia tidak memahami karaktieristik kehidupan di dunia ini. Kebanyakan manusia selalu berfikir subyektif dan jangka pendek. Memandang dunia secara lahiriyah. Tidak pandai mengambil pelajaran dibalik peristiwa. Serta mempersepsikan bahwa peristiwa di dunia ini dengan kaca mata hitam dan putih. Ia tidak menyadari bahwa dunia ini mengikuti kekuatan fitri, selalu berubah. Datang dan pergi, timbul dan tenggelam, naik dan turun. Justru yang permanen adalah perubahan itu sendiri.
Sumber penyebab timbulnya destabilisasi/kegoncangan jiwa manusia dalam prespektif al Quran adalah adanya keyakinan totalitas kehidupan dan apa yang dimilikinya adalah berpangkal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya tergoyahkan/tergoda oleh kegemerlapan dunia (hubbud dunya) dan takatsur (mengejar posisi, menumpuk-numpuk dunia, berebut massa).
Dari sinilah kegoncangan psikologis berawal. Kegoncangan jiwa melahirkan sikap destruktif (merusak). Melemahkan pikiran dan mengeruhkan kebersihan hati, dan menumpulkan kecedasan emosi dan kekuatan pisik. Ia tidak menyadari nikmat dan bencana itu bersifat nisbi (relatif). Untuk menstabilkan kembali psikologis seseorang oleh goncangan siklus kehidupan, peringatan (taushiyah) memegang peranan penting.
Agar manusia memahami hakikat relatifitas kehidupan di dunia, dan keabadian di akhirat. Begitu urgensinya peringatan, maka al -Quran disebut sebagai mau’izhah dan zikr serta taushiyah, karena keseluruhan isinya adalah peringatan. Nabi Muhammad sendiri adalah sebagai pemberi peringatan (mudzakkir).
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghosyiyah (88) : 21).
Hal ini mengisyaratkan bahwa salah satu misi mulia agama adalah memberi peringatan kepada ummat manusia (la’allakum tazakkarun).
“Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS. Thaha (20) : 3).
Kualitas komitmen keislaman seseorang identik dengan tingkat responsibilitasnya (tajawub) dengan nasihat dan peringatan. Agama adalah nasihat. Untuk Allah SWT Rasul-Nya para pemimpin dan masyarakat bawah. Semuanya dalam posisi tunduk di bawah komando agama yang patut menasihati mereka.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman [sempurna] ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal (8) : 2).
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.” ( QS. Al Hajj (22) : 35).
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr (103) : 3).
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al Balad (90) : 17)
Mukmin sejati tidak akan pernah merasa kenyang dengan nasihat, peringatan. Umar bin Khathab mengatakan : Orang yang paling aku cintai adalah orang yang menunjukkan aibku. Kata ahli hikmah : Teman sejati bukanlah orang yang selalu membenarkanmu, tetapi meluruskanmu jika menemukan penyimpanganmu. Orang yang diam (membiarkan) keburukan pada lingkungan sosialnya adalah syetan yang bisu, syaithanun ahras (Al Hadits).
Kualitas seseorang tidak ditentukan oleh seringnya berbicara, berdiplomasi dan berorasi (katsratur riwayah), tetapi banyaknya mendengar (katsratul istima’) dan kualitas pelayanannya kepada yang dipimpin (katsratur ri’ayah). Sekalipun seseorang buta, tetapi fungsi pendengarannya dimaksimalkan, banyak dari kalangan mereka yang menjadi ulama, Dr. Prof. Ahli sastra Al Mutanabbi, Syaikh Al ‘Allamah Abdullah bin Baz, Abdul Hamid Kisyk, dll. Sedangkan tidak ada ilmuan, ulama yang tuli.
“ Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[mereka mendengarkan ajaran Al Quran dan yang lain, tetapi yang diikutinya adalah Al Quranapa]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar (39) : 17-18).
Salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi seorang calon pemimpin masa depan adalah terbiasa dikritik, kata Prof. Dr. Baharuddin Lopa. Orang yang baik adalah orang yang selalu membuka pintu rumah dan pintu hatinya dari masukan dan nasihat orang lain. Nasihat tidak hanya berfungsi sebagai pengendali diri, tetapi berperan dalam membangun harapan, menguatkan motivasi, tekat (azam), melahirkan optimisme. Nasihat adalah modin (mobilisator dan dinamisator) kehidupan. Peringatan akan merubah jiwa yang mengalami futur (stagnasi), kegoncangan, menjadi dinamis, kreatif dan produktif.
Karakter Yahudi Dan Umat Nuh As.
Hanyalah orang yang picik pandangannya, sakit ruhaninya, berjiwa kerdil, yang merasa tidak memerlukan nasihat bahkan meremehkannya. Atau pura-pura tidak mendengar. Atau bagaikan kultur masyarakat Yahudi : sami’na wa ‘ashaina (kami mendengar dan kami tidak patuh).
Atau sebagaimana umat Nabi Nuh yang sengaja menutup telinga dengan jari-jari mereka, agar tidak mendengarkan nasihatnya. Sehingga saluran untuk turunnya petunjuk, menjadi tersumbat, terhambat.
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala." (QS. Al Anfal (8) : 31).
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh (71) : 7).
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "kami mendengarkan [tetapi hatinya mengingkarinya], padahal mereka tidak mendengarkan.” (QS. Al Anfal (8) : 21).
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan Telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi Karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat[menyembah anak sapi, membunuh nabi-nabi, melanggar janji] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah (2) : 93).
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya [menambah dan mengurangi]. mereka berkata : "kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya (hati mengingkari). dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa [tuli]. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina"[*], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis (QS. An Nisa (4) : 46)
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Adz Dzariyat (51) : 55).
KATA orang bijak kehidupan di dunia ini laksana roda pedati. Karakteristik yang melekat di dalamnya adalah selalu berputar, fluktuatif, temporal. Sedih dan gembira, nikmat dan musibah, kesuksesan dan kegagalan datang silih berganti. Bagi yang cerdas ruhaninya bisa memaknai dan menikmati pasang surut kehidupan. Justru dengan perguliran dan pergiliran perputaran kondisi, kehidupan ini menjadi romantis. Mustahil seorang itu menangis dan tertawa secara terus menerus, tanpa ada jeda. Kesulitan dan kemudahan adalah suatu keniscayaan. Datang dengan cara susul menyusul, bagaikan rintik-rintik hujan.Turunnya hujan rahmat biasanya diawali dengan mendung, petir dan guntur. Banyak sekali buah-buahan yang lezat dibungkus dengan kulit yang pahit.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah (94) : 5-6).
Fluktuasi (pasang surut) kehidupan ini dijadikan oleh Allah sebagai wasilah tarbiyah (sarana pendidikan) untuk menguji tingkat (level, mustawa) stabilitas psikologis seseorang.
“Kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya ( 21) : 35).
Apakah kita membusungkan dada ketika memperoleh kenikmatan, dan tahan ujikah kita ketika musibah yang tidak kita undang itu datang menerpa ? Memang jiwa manusia itu sangat labil, lemah dan mudah goyah. Seharusnya kelapangan dan kesempitan dipandang dengan spirit yang sama, karena keduanya adalah ujian. Bukan anugrah dan kehormatan.
“Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al Ma’arij ( 70) : 19-20).
Ia tidak memahami karaktieristik kehidupan di dunia ini. Kebanyakan manusia selalu berfikir subyektif dan jangka pendek. Memandang dunia secara lahiriyah. Tidak pandai mengambil pelajaran dibalik peristiwa. Serta mempersepsikan bahwa peristiwa di dunia ini dengan kaca mata hitam dan putih. Ia tidak menyadari bahwa dunia ini mengikuti kekuatan fitri, selalu berubah. Datang dan pergi, timbul dan tenggelam, naik dan turun. Justru yang permanen adalah perubahan itu sendiri.
Sumber penyebab timbulnya destabilisasi/kegoncangan jiwa manusia dalam prespektif al Quran adalah adanya keyakinan totalitas kehidupan dan apa yang dimilikinya adalah berpangkal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya tergoyahkan/tergoda oleh kegemerlapan dunia (hubbud dunya) dan takatsur (mengejar posisi, menumpuk-numpuk dunia, berebut massa).
Dari sinilah kegoncangan psikologis berawal. Kegoncangan jiwa melahirkan sikap destruktif (merusak). Melemahkan pikiran dan mengeruhkan kebersihan hati, dan menumpulkan kecedasan emosi dan kekuatan pisik. Ia tidak menyadari nikmat dan bencana itu bersifat nisbi (relatif). Untuk menstabilkan kembali psikologis seseorang oleh goncangan siklus kehidupan, peringatan (taushiyah) memegang peranan penting.
Agar manusia memahami hakikat relatifitas kehidupan di dunia, dan keabadian di akhirat. Begitu urgensinya peringatan, maka al -Quran disebut sebagai mau’izhah dan zikr serta taushiyah, karena keseluruhan isinya adalah peringatan. Nabi Muhammad sendiri adalah sebagai pemberi peringatan (mudzakkir).
“Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al Ghosyiyah (88) : 21).
Hal ini mengisyaratkan bahwa salah satu misi mulia agama adalah memberi peringatan kepada ummat manusia (la’allakum tazakkarun).
“Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS. Thaha (20) : 3).
Kualitas komitmen keislaman seseorang identik dengan tingkat responsibilitasnya (tajawub) dengan nasihat dan peringatan. Agama adalah nasihat. Untuk Allah SWT Rasul-Nya para pemimpin dan masyarakat bawah. Semuanya dalam posisi tunduk di bawah komando agama yang patut menasihati mereka.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman [sempurna] ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal (8) : 2).
“(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka.” ( QS. Al Hajj (22) : 35).
“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr (103) : 3).
“Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al Balad (90) : 17)
Mukmin sejati tidak akan pernah merasa kenyang dengan nasihat, peringatan. Umar bin Khathab mengatakan : Orang yang paling aku cintai adalah orang yang menunjukkan aibku. Kata ahli hikmah : Teman sejati bukanlah orang yang selalu membenarkanmu, tetapi meluruskanmu jika menemukan penyimpanganmu. Orang yang diam (membiarkan) keburukan pada lingkungan sosialnya adalah syetan yang bisu, syaithanun ahras (Al Hadits).
Kualitas seseorang tidak ditentukan oleh seringnya berbicara, berdiplomasi dan berorasi (katsratur riwayah), tetapi banyaknya mendengar (katsratul istima’) dan kualitas pelayanannya kepada yang dipimpin (katsratur ri’ayah). Sekalipun seseorang buta, tetapi fungsi pendengarannya dimaksimalkan, banyak dari kalangan mereka yang menjadi ulama, Dr. Prof. Ahli sastra Al Mutanabbi, Syaikh Al ‘Allamah Abdullah bin Baz, Abdul Hamid Kisyk, dll. Sedangkan tidak ada ilmuan, ulama yang tuli.
“ Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[mereka mendengarkan ajaran Al Quran dan yang lain, tetapi yang diikutinya adalah Al Quranapa]. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Az-Zumar (39) : 17-18).
Salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi seorang calon pemimpin masa depan adalah terbiasa dikritik, kata Prof. Dr. Baharuddin Lopa. Orang yang baik adalah orang yang selalu membuka pintu rumah dan pintu hatinya dari masukan dan nasihat orang lain. Nasihat tidak hanya berfungsi sebagai pengendali diri, tetapi berperan dalam membangun harapan, menguatkan motivasi, tekat (azam), melahirkan optimisme. Nasihat adalah modin (mobilisator dan dinamisator) kehidupan. Peringatan akan merubah jiwa yang mengalami futur (stagnasi), kegoncangan, menjadi dinamis, kreatif dan produktif.
Karakter Yahudi Dan Umat Nuh As.
Hanyalah orang yang picik pandangannya, sakit ruhaninya, berjiwa kerdil, yang merasa tidak memerlukan nasihat bahkan meremehkannya. Atau pura-pura tidak mendengar. Atau bagaikan kultur masyarakat Yahudi : sami’na wa ‘ashaina (kami mendengar dan kami tidak patuh).
Atau sebagaimana umat Nabi Nuh yang sengaja menutup telinga dengan jari-jari mereka, agar tidak mendengarkan nasihatnya. Sehingga saluran untuk turunnya petunjuk, menjadi tersumbat, terhambat.
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami, mereka berkata: "sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al Quran) ini tidak lain hanyalah dongeng-dongengan orang-orang purbakala." (QS. Al Anfal (8) : 31).
“Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh (71) : 7).
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata "kami mendengarkan [tetapi hatinya mengingkarinya], padahal mereka tidak mendengarkan.” (QS. Al Anfal (8) : 21).
“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari kamu dan kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan Telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi Karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat[menyembah anak sapi, membunuh nabi-nabi, melanggar janji] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).” (QS. Al Baqarah (2) : 93).
“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya [menambah dan mengurangi]. mereka berkata : "kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya (hati mengingkari). dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa [tuli]. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina"[*], dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis (QS. An Nisa (4) : 46)
Langganan:
Postingan (Atom)