Kamis, 03 November 2011

Bersahabat dengan takdir

>Sumber : Nurrudin Al Indunissy

ღبِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيღ
Kugoreskan pena ini dengan menyebut Asma Nya,
Kuawali dengan salam dari Syurga Nya; "Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh", semoga Kesejahtraan Shalawat serta Salam senantiasa dicurahkan kepada Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wa Salam, para Sahabat, tabiin tabiat dan generasi Ash-Salaf As-Shalih, para Ulama pewaris Nabi hingga kita sebagai Ummatnya di akhir Jaman ini.

Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmati para pejihad yang meninggikan kalimat tauhid dengan tetasan darahnya digaris depan. Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan merahmati para Ulama pejihad Dakwah yang mewarisi Ilmu Nabi yang dishalawati Allah dan semua mahluk Nya, hingga semut semut disarangnya dan ikan ikan dilautan.

Semoga Allah meridhai, menyayangi, mencintai dan Merahmatimu wahai saudara saudariku yang tengah menyingsingkan lengan bajunya, meneguhkan hati dan berbaur dengan jemaah di taman taman Ilmu di semesta Nya. Semoga Allah menajamkan hatimu dalam menangkap Hikmah Hikmah Nya, memberkati jalananmu sebagai Jihad untuk ikut serta mengikis pemikiran pemikiran batil yang bermula dari kebodohan dan memperturutkan hawa nafsu tanpa Ilmu dan Iman..

Semoga hati kita senantiasa bersih dan terjaga,
Sehingga langkah langkah kita diwarnai keyakinan, terhindar dari kesesatan serta mampu menapaki jalanan yang bercabang cabang ini dengan cahaya al Islam yang lurus. Agar kita tidak tergolong sebagai mahluk mahluk yang hanya bisa membuat kegaduhan di semesta ini. Mari kita bersama sama melangkah, berpegangan tangan saling menguatkan.
Saling menasihati dalam kebaikan, meluruskan ketika salah dan memaafkan ketika khilaf. Agar hati kita terarah dan bersahaja, mampu mengaitkan keseluruhan peristiwa peristiwa yang kita hadapi dengan Allah Aza wa Jalla. Sehingga spectrum Iman dihati kita konstan dan cahayanya membahagiakan seluruh tubuh kita.


Sahabat pena yang diridhai,
Saya sedikit risau menanggapi sebuah pertanyaan classic mengenai takdir;
"Apakah takdir bisa dirubah?"

Subhanallah..
Maha Suci Allah dari segala prasangka buruk hamba hamba Nya.
Bagai mana seorang Manusia bisa bersahabat dengan Takdir-Nya, jika ia tidak berkeinginan untuk mengenalinya sedikit saja?

Insya Allah Catatan berikut,
Berupaya mennggapai pemahaman kepada Taqdir dari sisi yang berbeda dan sesedehana mungkin. Hingga diharapkan semua pertanyaan dan keraguan itu sirna dari hati kita, agar persinggahan kita yang sesaat ini tidak dipenuhi kekhawatiran, keraguan dan kegundahan yang membuat tubuh kita sengsara.

Seperti kita ketahui,
Iman kepada Takdir Allah adalah salah satu dari enam Pilar Pilar Iman,
Rasulullah saw, seperti diriwayatkan Abu Hurairah - dalam Sahih Muslim No. 10 tentang Iman, Islam dan Ihsan - yang kemudian dengan Ijtihad para Ulama ditetapkan sebagai Rukum Islam dan Rukun Iman, mereka meletakan Iman kepada Qadha dan Qadar ini di urutan ke-6 sebagai penyempurna.

Insya Allah,
Dengan menyempurnakan Iman hingga tahapan 6 ini, pohon Iman dihati kita akan menjadi tegap. Jiwa kita kokoh, pribadi kita tangguh dan tidak mudah mengeluh dengan hal hal remeh seperti Dunia ini.

Sebelum menjawab pertanyaan diatas,
Mari kita terlebih dahulu menjenguk hati kita, disana ada suara hati. Ia menyerupai "bisikan" yang terdengar sayup sayup didalam nuansa istana hati kita. Ia menyerupai aktifitas obrolan, sesaat tenang kemudian gaduh. Kadang kadang menenangkan jiwa kadang kadang membuat kita merasa terbakar menahan dua pertentangan yang saling mengalahkan.

Pernahkah bertanya,
Darimana sumber bisikan bisikan itu?.

Hal ini penting untuk diketahui, karena dari hati inilah awal mula aktifitas berfikir manusia diarahkan. Pengaruh dari hati ini mendominasi kinerja fikiran kita, dari otak ini kemudian berbagai komando diperintahkan kepada Indra Indra tubuh yang menghasilkan reaksi reaksi tubuh dalam menyikapi masalah.

Tubuhlah yang kemudian menanggung resikonya,
Indra indra tubuh tidak bisa membantah perintah otak dari otak. Bahkan, tak jarang tubuh itu menjadi sengsara dan kelelahan. Ini karena reaksi reaksi yang dihasilkan itu tidak direstui fitrahnya manusia yang tertanam didalam Hati.

Dalam setiap hati Manusia terdapat dua kekuatan, keberadaannya seperti kontrol konstan yang mempengaruhi keseluruhan aktifitas tubuh Manusia. Biar saya sederhanakan, kedua hal tersebut adalah pengaruh baik dan pengaruh jahat.

Pengaruh baik yang menjadi sumber kebaikan itu, terdiri dari fitrah dan keberadaan Malaikat Malaikat pendamping yang Allah anugerahkan kepada setiap Hamba Nya, Manusia.

Didalam tubuh kita ada malaikat malaikat penjaga,
Al Qur'an menyebutnya Qarin. Qarin ini terdiri dari dua jenis, dari Malaikat penjaga dan Jin. Jenis Jin yang dimaksud adalah Jin Kuffar yang merupakan cucu cucu Iblis Laknatullah, mereka terlahir kedunia bersamaan dengan kelahiran seorang Manusia.

Agar mudah dipahami,
Selanjutnya Iblis diatas saya sebut dengan Qarin Jahat dan Malaikat Penjaga ini sebagai Qarin baik.

Qarin jahat inilah yang harus kita waspadai.
Karena ia mulai hidup sedari manusia itu masih bayi, hingga manusia itu dewasa. Iblis itu tetap hidup ketika Manusia itu meninggal. Bayangkanlah ketika uasia manusia itu mencapai 70 tahun, anak Adam itu meninggal sementara Iblis-nya tetap hidup, bukankah ia berpotensi besar dan berpengalaman untuk menjerumuskan Manusia lain?

Hingga tidak heran jika Iblis memiliki manajemen marketing yang suksesnya luar biasa, dagangannya yang berupa Neraka terjual laris kepada manusia. Bahkan, banyak dari manusia yang membelinya dengan sukarela. Nauzubillah.

Lihat saja sepak terjang musuh manusia terbesar yang sering kita manjakan ini.
Mereka tak segan segan menggiring satu Kampung kepada kemuyrikan sekaligus, termasuk Kyainya sekalipun. Contoh keci saja, dalam peristiwa "tahlilan" kadang si Iblis ini juga membuat onar. Ia merasuk ke dalam jiwa salah satu Manusia yang imannya paling lemah dan mengendalikannya, lalu orang menyebutnya kesurupan roh yang meninggal.

Ketika Manusia menaruh perhatian, Iblis semakin semangat. Ia lalu berpura pura bertingkah laku persis seperti prilaku orang yang telah meninggal. Manusia yang kesurupan itu meminta Coffe Hitam kesukaan manusia yang telah meninggal itu, atau berwasiat dusta kepada yang ditinggalnya. Si Iblis cerdik ini telah menghafal dengan baik suara, cara bicara, bahasa dan mengetahui dengan baik nama nama orang disekitarnya. Karena dia telah hidup bersamaan dengan orang yang telah meninggal tadi.

Lalu masyarakat tersebut percaya, bahwa roh si A masuk dan mebuat cucunya bernama si B sakit. Lalu fitnah teresebar, dan masyarakat awam Percaya bahwa roh yang mati bisa mengendalikan yang hidup. Ujung ujungnya mereka ramai ramai meminta do'a ke kuburan. Naudzubillah.

Inilah, salah satu kesuksesan marketing Iblis.
Nah, selama manusia itu hidup si Iblis ditugasi oleh kakek moyang Iblis untuk menjerat Manusia dengan berbagai cara. Allah telah memberi tangguh usia kepada Jin jenis Iblis ini, Allah ta'la juga memberi mereka kewenangan untuk masuk kedalam aliran darah Manusia dan berdiam dihati Manusia.

Dari hati inilah Iblis membisikan kejahatan.
Bagi orang yang beriman, pengetahuan sederhana ini bisa menambah keimanan dan memberinya kesimpulan besar. Diantaranya menjawab pertanyaan batil yang memfitnah ke Maha Suci-an Allah aza wajalla, pemikiran batil tersebut adalah berupa pertanyaan; "Apakah Allah juga menciptakan kejahatan?"

Seorang scientist Atheis, mengatakan bahwa Kejahatan itu seperti Kegelapan.
Kegelapan itu muncul karena ketiadaan "Cahaya". Dengan demikian, Tuhan tidak menciptakan Kejahatan, namun ketiadaan cahaya Tuhan dihati Manusia menyebabkan kegelapan/kejahatan itu muncul.

Subhanallah!
Bukankah Al Qur'an dalam surah Azzukruf ayat 36 telah menginformasikan hal ini jauh jauh agar Musimin Muslimah berhati hati dengan Iblis yang menyertai Manusia dan mebisikan kegelapan dihatinya?

Allah Subhana Huwwa Ta'ala berfirman:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". (Az Zukhruf 43:36)

Ayat ini telah dibaca oleh Milyaran Ummat Islam dari masa kemasa.
Syaitan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah Iblis pendamping. Dalam bahasa Arab kata قَرِينٌ (baca=Qarin) adalah pendamping/teman. Inilah dalil yang menjadi fakta tidak terbantahkan mengenai keberadaan si Jahat ini.

Keberadaan si Qarin ini dikuatkan juga oleh sebuah Hadts,
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a, beliau meriwayatkan dahwa Rasulullah saw bersadba: ”Tidak seorangpun di antara kamu melainkan telah ada jin yang ditugaskan pemimpinnya untuk selalu menggodanya". Para sahabat bertanya: ”Anda juga ya Rasulullah?” Jawab baginda: ”Ya. Aku juga. Tetapi Allah selalu melindungiku dari godaan mereka sehingga mereka yang menggodaku akhirnya Islam (menyerah). Karena itu mereka tidak berani menyuruhku melainkan untuk kebaikan.” (HR Muslim)

Qarin jahat itu ikut mengalir dalam darah Manusia bersama Syahwat dan Nafsu. Ia juga ikut mempengaruhi bahkan sering mendominasi bisikan di hati Manusia, berupaya mengalahkan bisikan Qarin baik dari malaikat malaikat penjaga manusia dan Fitrah manusia itu sendiri.

Terjawablah lagi satu pertanyaan berikutnya.

HATI YANG 'GUNDAH'

Bukankah sesekali atau sering hati kita "gundah?"
Misalnya ketika dihati kita seperti ada suara, menyerupai adu argumentasi yang gaduh antara memaafkan dan tidak memaafkan atau ketika ada bisikan kedengkian, iri, sombong, ingin riya dan segala penyakit lainnya dihati yang kemudian diucapkan bibir atau tertahan dihati.

Ketika bibir kita menahannya, hati kita sesak dan suara berisik memenuhi istana hati kita seakan berkata "tak usah memaafkan, ia menghianatimu" bisikan lainnya berkata "maafkanlah itu baik bagimu, itu saudaramu"..

Inilah yang saya maksud aktifitas bisikan yang diakibatkan Qarin jahat dan Qarin baik, keduanya berperang saling mengalahkan. Keduanya bisikan itu tidak terlepas dari aktifitas Qarin ini. Seorang yang sering mengikuti bisikan Qarin jahat, hidupnya tidak tenang dan jiwanya sengsara karena ia melawan fitrahnya sendiri sebagai manusia.

Pertanyaan lain kemudian muncul, apa itu Fitrah Manusia?
Mari sejenak luangkan waktu untuk memahami kata "Fitrah" ini, agar presepsi kita sama dan melahirkan pemahaman bersama.

FITRAH MANUSIA,

Sering kita mendengarnya, namun benarkah kita telah memahaminya?

Fitrah merupakan ketetapan Allah yang tertanam dihati manusia sejak awal penciptaannya, ia merupakan kecendrungan alami yang keberadaannya mutlak tidak bisa diubah dihapus atau di modifikasi. Keberadaannya menyerupai sebuah kontrol lembut yang mengendalikan berbagai warna perasaan manusia, ia adalah sumber utama yang mempengaruhi dorongan untuk berfikir dan bertindak agar ummat manusia ini lestari dari masa kemasa.

Allah Subhana Huwwa ta'ala berfirman:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui", (Qs Ar Rum 30)

Taqiyuddin an-Nabhani,
Dalam tulisannya yang berjudul "Hakikat Berfikir" menyebutkan fitrah itu dengan kata naluri. Beliau mendefinisikan fitrah sebagai daya kehidupan yang mendasar yang merupakan bagian integral dari hakikat manusia yang tidak mungkin diubah (dimodifikasi), dihapus, dan dibendung.

Beliau mengklasifikasikan Fitrah/Naluri/Gharâ’iz/Natural Tendency yang ada dalam hati manusia itu terdiri dari tiga jenis saja, yaitu: (1) Naluri Mempertahankan diri (gharîzah al-baqâ’), (2) Naluri Melestarikan Jenis (gharîzah an-nau‘) dan (3) Naluri Beragama (gharîzah at-tadayyun) atau pensakralan (at-taqdis).

Dari fitrah fitrah itu kemudian muncul berbagai penampakan (penjelmaan). Seperti cinta, benci, sedih, senang menolong, senang ibadah, iri, dll. Banyak dari kita yang memahami Cinta itu fitrah, padahal ia adalah penjelmaan dari Naluri manusia untuk melestarikan jenis sehingga Allah menanamkan rasa Cinta dan kasih sayang antara Manusia.

Yang harus kita perhatikan disini adalah fitrah Beragama, atau bahasa sederhananya fitrah manusia yang tunduk dan patuh dan ingin beribadah kepada Rabbnya, sehingga mendorong manusia untuk zuhud kepada dunia dan mempersiapkan kerinduannya kepada Akhirat.

Itulah salah satu fitrah baik Manusia yang menjadi manifestasi yang tidak bisa diubah oleh apapun, namun keberadaan fitrah ini kemudian dipengaruhi Akal, Nafsu dan Syahwat yang juga ditanamkan Allah ta'ala sebagai penjelmaan Fitrah tersebut.

Beda halnya dengan malaikat,
Allah hanya menganugerahkan kepada mereka kemampuan untuk menjalankan tugasnya dan beribadah saja. Tanpa dibekali Akal dan Nafsu, sehingga jelaslah bahwa Manusia yang tetap taat dan patuh kepada Allah setelah mampu menahan nafsunya maka ia lebih mulia dari Malaikat. Sehingga Allah ta'ala memerintahkan Para Malaikat dan Jin bersujud kepada Adam As ketika manusia pertama ini diciptakan di Syurga.

Sehingga jleaslah..
Alasan kenapa bidadari Syurga cemburu kepada Wanita Shalihah...

Sehingga jelaslah..
Bahwa Manusia yang telah dibekali akal dan kemampuan bicara, lalu durhaka dan membantah kepada perintah perintah Rabbnya adalah lebih hina dari binatang. Bahkan binatang lebih mulia, karena ia yang hanya dibekali nafsu itu hidup dan berkembang biak memberi kemanfaatan untuk Manusia.

Sahabat pena nai yang diridhai.
Seorang yang membiasakan diri mengikuti fitrahnya hati dan bisikan dari Qarin baik, jiwanya insya Allah akan tenang, hatinya tetap kaya meski tekanan dimana mana. Wajahnya teduh dan meneduhkan, senyumnya menyenangkan dan tutur katanya lembut. Pribadinya bijak dan menginginkan kebaikan bagi saudaranya.

Nah bagaimanakah agar Qarin baik ini mendominasi dan Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu menyinari hati dan menyilaukan si Iblis Iblis jelek itu?

THE DZIKR PERSONALITY

Jawabannya begitu sederhana.
Pribadi tangguh yang insya Allah terhindari dari bisikan jahat dihati itu terlahir dari Pribadi Dzikrullah..

The Dzikr Personality atau Pribadi Dzikir tidak harus dicerminkan oleh panjangnya tasbih yang selalu membelit diantara jarinya, atau ikat kepala dan sorbannya. Tidak juga mereka yang selama hidupnya diam digua atau di masjid masjid dan melantunkan dzikr. Menjiharkan dzikir tentu lebih baik, dimana bibir dan hati ikut beribadah.

Namun, sebagai manusia yang tidak lepas dari kewajiban berusaha. Dzikir bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan dalam aktifitas Hati, disana dzikir menjadi amaliyah hati yang murni dan terbebas dari riya.

Dzikrullah adalah mengingat Allah dengan MemujiNya, MentauhidkanNya, MenyucikanNya dan MengagungkanNya. Ini bisa dilakukan juga dengan memperhatikan atau diam mentafaquri hamparan Ayat Ayat Nya yang bertebaran di alam ini, atau merenungi semesta Nya yang senantiasa Ramai bertasbih MemujiNya. Ditengah tengah aktifitas kita, ruh kita bisa bergabung dengan semesta dan berdzikir.

Ketika hati kita terbiasa dengan Dzikir.
Kita akan mampu dengan mudah mengaitkan seluruh peristiwa yang menemui dan menghentak bathin kita dengan Allah aza wajalla yang telah mengirimkan pesan Rahmat Nya melewati mediasi Alam semesta ini.

Subhanallah..
Wajah tenang itulah cerminan dari pribadi Dzikr.
Wajah menjadi tenang karena hatinya tenang. Kebahagiaan seperti apalagikah yang engkau cari selain ketenangan jiwa?

Hati yang tenang itu muncul karena berkurangnya insensitas Qarin jahat. Sehingga Qarin baik dapat dengan leluasa membisikan kebaikan dan disambut dengan manusia yang berada dalam Fitrahnya. Fitrah itu kemudian mendominasi suasana hati dan aktifitas berfikirnya. Dengan demikian, perasaan "gundah" yang banyak menginspirasi seniman jadi jadian itu, tentu hiang jika "kegaduhan" itu sirna dari hatinya.

Karena kegaduhan itu terjadi dari adu argumentasi Qarin baik dan Qarin Jahat.

THE MIRACLE OF DZIKR

Inilah salah satu rahasia mengagumkan dari Dzikrullah.
Lantunan suara dzikir didalam hati adalah satu satunya cara untuk mengusir Qarin jahat dari istana hati kita, sehingga Cahaya-Nya yang berbentuk fitrah itu kembali muncul. Dengan demikian spectrum iman disana konstan dan menerangi kegelapan hati.

Hidup ini pilihan saudaraku,
Silahkan engkau memilih untuk bahagia atau sengsara.
Kebahagiaan sesaat atau kebahagiaan abadi.
Tentu kita berharap kebahagiaan di dunia yang sesaat dan juga kebahagiaan yang berkekalan disana, bukan menukar kebahagiaan sesaat dengan kesengsaraan abadi.

Jika kita ingin memilih bahagia,
Maka peliharalah hati kita, jaga ia dari pengaruh yang mengotorinya.
Sering memohon kepada Nya, minimal dengna mengingat Nya.
Karena si Qarin ini memang ada dalam diri kita, Jin berjenis Iblis ini mendiami tubuh seluruh umat Manusia dibumi, termasuk juga para Nabi Allah.

Aisyah radiyallahu anha,
Meriwayatkan Hadits tentang dirinya,
Suatu malam Rasulullah saw keluar dari rumahnya.
Aisyah berkata; “Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian Rasulullah saw kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.

”Apakah engkau sedang cemburu?” tanya beliau.
”Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?” Jawab Aisyah ra.

“Rupanya syetan telah datang kepadamu”, sabda beliau

”Apakah ada syetan besertaku?’ tanya Aisyah ra

Rasulullah bersabda; “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan”

”Besertamu pula?” tanya Aisyah.

“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab Rasulullah saw. (Hadits ini ditakrij Muslim dan Nasa’i)

Alhamdulillahirabbil'alamiin..
Mari kita langsung kebahasan pokok, untuk memperkokoh kembali Pilar Iman kita yang ke 6 yaitu Iman kepada Takdir Allah dengan bekal bahasan konfrehensif diatas.

BERSAHABAT DENGAN TAKDIR-NYA

Banyak manusia beriman yang ragu tentang kekuatan taqdir ini.
Bagaimana mau bersahabat dengan Takdir-Nya jika kita tidak mengenalinya?
Keraguan tentang Takdir ini tak lain karena lemahnya pengetahuan atau sedikitnya perbendaharaan Ilmu difikiran kita, sehingga logika akal itu bekerja sendiri mengikuti nafsu duniawiyah saja. Sehingga kemampuan mata hati untuk melihat hikmah hikmah Nya yang bertebaran disemesta ini melemah. Lemahnya ilmu itu melemahkan Iman yang telah bersemayam.

Alasan lain keraguan terhadap takdir adalah bentuk nyata kesuksesan usaha Iblis yang intensif untuk menyesatkan manusia. Keraguan terhadap takdir, dan pertanyaan pertanyaan yang mengikutinya adalah cerminan lemahnya keimanan dan pengetahuan kita tentang Nya.

Untuk apa bibir berkata cinta jika tak ada kepercayaan?

Subhanallah.
Jika kita beriman, bukankah harus mengimani keseluruhannya?
Apakah mungkin meminum segelas air yang setengahnya air putih dan setengahnya lagi bensin? Tentu setetes bensin saja yang kita letakan didalam satu gelas air akan mengubah rasa air putih yang nikmat itu.

Begitulah, Iman.
Iman kepada Takdir Allah itu adalah 1dari 6 Pilar Iman yang harus tegap dalam hati kita. Jika tidak, maka jiwa akan lemah dan keropos. Tidak bahagia.

Telah menjadi pengetahuan umum, bahwasannya Taqdir manusia telah ditetapkan sebelum manusia diciptakan. Ada juga Hadits Hadits yang diriwayatkan bahwa Taqdir manusia ditetapkan ketika manusia ditiupkan Ruh kedaam janin di rahim ibu.

Tidak ada pertentangan tentang hal ini, yang ada hanya kesalahan manusia dalam menyikapinya. Sehingga ada manusia yang berkata dengan gegabah: "Bukankah takdir telah ditentukan, lalu untuk apa bersusah payah mengubahnya?"

Subhanallah..
Mahasuci Allah dari prasangka hamba hamba Nya yang hina.
Bukankah Usaha itu telah diperintahkan Allah ta'ala dan RasullNya?
Tidakkah terfikirkan, jika Allah ta'ala mampu menciptakan semesta yang menakjubkan ini, bukankah mudah saja bagi-Nya untuk mengubah takdirmu?

Berusaha dan Berdo'a lah.
Karena keputusan itu berada di Allah ta'ala.

JAWABANNYA ADALAH DOA

Rasulullah saw bersabda:
"Tidak ada gunanya waspada menghadapi Takdir, namun do'a bermanfaat menghadapi takdir, sebelum dan sesudah ia turun. Dan sesungguhnya setelah musibah itu ditakdirkan turun (dari Langit). Maka ia segera disambut oleh Do'a (dari bumi) lalu keduanya bertarung sampai Hari Kiamat". (HR Hakim, Imam Ahmad, Bazaar dan Ath Thabrani)

Ibnu Al Qayyim Azzawjiah menjelaskan:"Jika prisai do'amu lebih kuat dari musibah, ia akan menolaknya. Tetapi jika musibah lebih kuat dari prisai Do'a mu maka ia akan menimpamu. Namun sedikitnya tetap akan mengurangi effect-nya. Adapun jika prisai doamu seimbang dengan kekuatan Musibah. Maka keduanya akan bertarung".

Maka berusahalah, tunjukan kualitas usahamu dan berdo'alah.
Jika takdirmu tetap buruk, sesungguhnya bukan takdir itu yang buruk tapi pemahamanmu yang harus diperbaiki. Tentu semua yang terjadi adalah yang terbaik dari Nya untukmu, untukku dan untuk kita semua.

Sering kita memaknai musibah musibah dan kegagalan itu sebagai kesialan. Benarkah demikian? Mungkinkah Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang menginginkan keburukan bagimu?

Mungkinkah seorang kekasih membuatmu kecewa?
Ya, mungkin saja jika kamu membuatnya cemburu.

Apakah kamu kecewa saat dia terbakar api cemburu?
Tidak, Kekasih apakah namnya jika ia tidak cemburu?
Besarnya gejolak api cemburu dihatinya adalah cerminan betapa besar rasa kasih sayangnya kepada kita.

Benar,
Dan Allahlah yang paling besar Kasih Sayang Nya, karena Dia Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

KETAHUILAH BAHWA RABB-MU PUN CEMBURU

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seorang manusia mendatangi -mengerjakan- apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih, Riyadhussalihin V/Muraqabah)

Aisyah radiyallahu anha meriwayatkan Sabda Rasulullah saw:
"...Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad, demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan. (Kutifan Shahih Muslim, Bab Gerhana Hadits No. 1499)

Bukankah Allah ta'ala Cemburu kepadamu saat kamu berbuat keharaman?

Bukankah Allah ta'la beda dengan Mahluk Nya?
Iya, tentu saja Sangat beda dan Dialah yang Maha Sempurna dan Maha Segala Galanya. Kecemburuan itu tidak begitu saja berubah menjadi Murka, sungguh Rahmat Nya yang memenuhi semesta ini telah menerjemahkan murka itu kedalam bentuk Kasih Sayang-Nya yang lain.

BENCANA...
Musibah Musibah yang menimpa kita adalah bentuk Kasih Sayang Nya, sebuah sentuhan lembut bagi manusia yang mampu melihat Hikmah Hikmah dibalik semua peristiwa dan pandai mengaitkannya untuk Memuji Rabb Nya.

Sa'ad bin Abi Waqqash berkata,
"Aku bertanya kepada Rasulullah Saw, Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?" Rasulullah saw menjawab: "Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa". (HR. Bukhari)

SUBHANALAH..
Mungkin hal buruk yang menimpamu itu adalah cicilan..
Agar adzab kita tidak begitu berat di akhirat Nya. Bukankah Api di dunia ini hanya 1 percikan dari 70 kali panasnya Neraka?

Bukankah Azab neraka yang paling ringan itu -- seperti Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra, Muslim No.313 -- Bahwa "Ahli neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat, adalah seseorang yang pada lekukan telapak kakinya diberi dua bara yang menyebabkan otaknya mendidih". ?

Sungguh Musibah demi Musibah itu adalah peringan Azab Nya yang berat, sehingga mereka yang beriman seharusnya tetap bersyukur dengan keringanan tersebut. Mengarahkan sekuat tenaga hati, fikiran dan bibir kita untuk beristighfar dan Memuji Nya.

Begitulah sahabat pena yang diridhai,
Afwan Jazilan Bahasannya melebar, ini semua adalah usaha kecil saja untuk ikut serta dalam memerangi pemikiran pemikiran Batil. Semoga Hidayah Allah senantiasa bersama kita dan semua Umat Muslimin Muslimat yang mengharap ampunan dan keridhaan Nya.

"Agar semesta Raya Ramai Bertasbih Memuji Nya"

^_^
Salam Bahagia dan Salam santunku,

Al Faqir Ilallah
Nuruddin Al Indunissy
RIYADH 2011

1 komentar:

insidewinme mengatakan...

Ketika Rasulullah Saw. menantang berbagai keyakinan bathil dan pemikiran rusak kaum musyrikin Mekkah dengan Islam, Beliau dan para Sahabat ra. menghadapi kesukaran dari tangan-tangan kuffar. Tapi Beliau menjalani berbagai kesulitan itu dengan keteguhan dan meneruskan pekerjaannya.