Al-Haula' binti Tuwait adalah seorang penjual parfum. Siang hari ia mencari nafkah sebagai penjual minyak wangi di Madinah. Kala manusia tertidur lelap, kedua matanya terjaga. Hatinya terpaku berkomunikasi dengan Tuhannya. Sepanjang malam ia berzikir, bertasbih, bertahmid, dan menegakkan shalat. Hampir saja, ritualnya mengalahkan kesehatan fisiknya. Ia beribadah dan urung tidur malam.
Kisah tentang ketekunannya dan menomorduakan kebutuhan dan hak jasmani menyebar luas. Kabar yang sama pula akhirnya sampai ke telinga Aisyah, istri Rasulullah. Aisyah mengabarkan kepada Rasulullah bahwa al-Haula' binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza melewatinya sementara di sisinya ada Rasul.
Aisyah pun berkata, "Saya berkata, 'Wanita ini adalah al-Haula' binti Tuwait, orang-orang menganggap bahwa ia tidak pernah tidur malam.' Maka Rasulullah bersabda 'Benarkah ia tidak tidur malam? Jangan begitu. Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan'. "
Peristiwa di atas, menjadi pembelajaran berharga akan pentingnya keseimbangan hidup. Beribadah adalah tuntutan, tetapi menjaga kesehatan tubuh adalah merupakan kebutuhan yang asasi. Keduanya mesti berjalan seimbang dan tidak saling tumpang tindih. Al-Haula' mendengar wejangan tersebut. Arahan Rasulullah itu sangat membekas dalam dirinya. Ibadah tetap ia lakukan secara kontinu dan konsisten. Tanpa melupakan hak-hak biologisnya.
Pengabdian
Al-Haula adalah istri yang taat dan peduli kebutuhan suami. Ia mengisahkan sendiri seperti apa aktivitasnya di rumah sehari-hari. Penjual parfum ini rutin mengenakan wewangian dan bersolek di hadapan suami. Tak bosan-bosannya ia berhias layaknya pengantin baru. Ini semata ia lakukan untuk mencari ridha Allah dari kepuasan dan kegembiraan sang suami. Bentuk pengabdian kepada suami.
Namun, suatu saat, al-Haula' merasakan hal yang berbeda dari suami. Seperti biasanya ia berdandan cantik untuk sang suami, tetapi kali ini responny dingin. Suaminya ini memalingkan wajahnya. "Aku menangkap kemarahan di wajah suamiku", katanya.
Kondisi ini membuatnya hatinya gundah. Ia menghadap Aisyah dan mengadukan apa yang ia alami. Aisyah menyarankan agar al-Haula' meminta petuah kepada Rasulullah secara langsung, " Aku mendapati aroma wangi al-Haula'. Apakah yang ia cari?" kata Rasulullah.
Aisyah menjawab,' Ia datang bukan hendak menawari sesuatu, tetapi kedatangannya untuk mengadukan perilaku sang suami." Al-Haula' lantas bertutur kisahnya kepada Nabi. "Pergilah, dengarkan dan taati suamimu wahai perempuan," titah Rasul. Al-Haula pun bertanya apa ganjaran dari buah ketaatan?".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, hak suami atas istri ialah melayaninya sepenuh hati, tidak berpuasa satu haripun tanpa seizinnya, kecuali puasa wajib. Jika tetap dilakukan maka istri itu tetap akan berdosa dan puasanya tak diterima. Rasul juga menjelaskan kepada al-Haula', hendaklah istri tidak membelanjakan apapun dari harta suami, kecuali dengan izinnya. Bila tetap dilakukan maka suami mendapat pahala, sedangkan istri berdosa.
Rasulullah juga bersabda, perempuan tidak boleh keluar rumah bila tak mengantongi izin suami. Bila tetap keluar tanpa izin maka Allah akan melaknatnya dan para malaikat murka sampai istri bertaubat, sekalipun sang suami telah berlaku zalim.
Al-Haula' menanyakan apakah semua berlaku walaupun suami zalim? Rasulullah membenarkannya. "Lalu apa ganjaran untuk istri yang taat?" tanya al-Haula'. Rasulullah menjawab, tidak ada yang pantas bagi istri yang taat kepada suami, memenuhi haknya, mengumbar kebaikannya, dan tidak berkhianat atas jiwa dan hartanya, kecuali istri tersebut berhak atas satu derajat di bawah para syahid kelak di surga.
Jika sang suami seorang mukmin dan berbudi pekerti yang baik maka mereka akan dipertemukan kembali di surga. Bila tidak (mukmin dan berperangai baik) maka Allah akan menikahkan dengan seorang syahid.
1 komentar:
setuju, ibadah sesuai kemampuan..
terlalu dipaksakan juga gak bagus :)
Posting Komentar