Selasa, 23 Oktober 2012

Hadits puasa 9 hari di awal Dzulhijjah

Dari sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَتِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ " 
“Bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa ‘Aasyuuraa’, puasa sembilan hari awal bulan Dzulhijjah, dan puasa tiga hari dalam setiap bulan : hari Senin pada awal bulan dan dua Kamis”.

Hadits ini lemah, karena terdapat idlthiraab dalam sanad dan matannya yang berporos pada Hunaidah bin Khaalid.


Berikut penjelasannya jalur periwayatan hadits tersebut :

1. Hadits sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Hadits ini adalah hadits di atas. 

Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[1] no. 2372 & 2417 dan dalam Al-Kubraa[2] no. 2693 & 2738, Ahmad[3] no. 21828 & 25928 & 26829, Ath-Thahawiy[4] dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar no. 2119, Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa[5] 4/284-285 dan dalam Syu’abul-Iimaan[6] no. 3754, Asy-Syajriy[7] dalam Al-Amaaliy no. 1831; dari beberapa jalan, semuanya dari Abu ‘Awaanah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “... (al-hadits)....”.

Berikut keterangan para perawinya :
  • Al-Wadldlaah bin ‘Abdillah Al-Yasykuuriy, Abu ‘Awaanah Al-Waasithiy Al-Bazzaar; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 175/176 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1036 no. 7457]. 

  • Al-Hurr bin Ash-Shayyaah An-Nakha’iy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai oleh Abu Daawud, At-Tirmidziy, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 227 no. 1168].

  • Hunaidah bin Khaalid Al-Khuzaa’iy; seorang yang diperselisihkan status kebershahabatannya.  
‘Abdurrahmaan bin Mahdiy meriwayatkan dari Abu ‘Awaanah dengan penyebutan lafadh : ‘sepuluh hari’. Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[8] no. 2418 dan dalam Al-Kubraa[9] no. 2739 : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Shafwaan Ats-Tsaqafiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, dari sebagian istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata : 
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ " 
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah dan tiga hari dalam setiap bulan, yaitu pada hari Senin dan Kamis” [selesai]. 

Keterangan para perawinya : 
  • Muhammad bin ‘Utsmaan bin Abi Shafwaan Ats-Tsaqafiy, Abu ‘Abdillah/Abu Shafwaan Al-Bashriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11. Dan wafat tahun 252 H. Dipakai oleh Abu Daawud dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 877 no. 6171]. 

  • ‘Abdurrahmaan bin Mahdiy bin Hassaan bin ‘Abdirrahmaan Al-‘Anbariy Abu Sa’iid Al-Bashriy; seorang yang tsiqah, tsabt, lagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 135 H, dan wafat tahun 198 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 601 no. 4044].
Abu ‘Awaanah diselisihi Abu Khaitsamah dimana dalam periwayatannya, Hunaidah langsung mendengar riwayat dari Ummul-Mukminiin, tanpa menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah. Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[10] no. 2415 dan dalam Al-Kubraa[11] no. 2734 : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Aliy bin Muhammad bin ‘Aliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Tamiim, dari Zuhair, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, ia berkata : Aku mendengar Hunaidah Al-Khuzaa’iy berkata : Aku pernah masuk menemui Ummul-Mukminiin, aku mendengarnya berkata :
 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ، ثُمَّ الْخَمِيسَ، ثُمَّ الْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ 
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awal hari Senin dalam satu bulan, kemudian hari Kamis, kemudian hari Kamis berikutnya” [selesai]. 

Keterangan para perawinya : 
  • ‘Aliy bin Muhammad bin ‘Aliy bin Abil-Madlaa’ Al-Mashiishiy Al-Qaadliy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-11. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 704 no. 4829]. 

  • Khalaf bin Tamiim bin Abi ‘Attaab Maalik At-Tamiimiy Ad-Daarimiy, Abu ‘Abdirrahmaan Al-Kuufiy Al-; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, dan wafat tahun 206 H. Dipakai oleh An-Nasaa’iy dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 298 no. 1737 dan Tahriirut-Taqriib 1/362 no. 1727]. 

  • Zuhair bin Mu’aawiyyah bin Hudaij bin Ruhail bin Zuhair bin Khaitsamah, Abu Khaitsamah Al-Ju’fiy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat, kecuali riwayatnya dari Abu Ishaaq adalah dla’iif, karena ia mendengar riwayat darinya setelah ikhtilath-nya di akhir usianya/Abu Ishaaq. Termasuk thabaqah ke-7, lahir tahun 100 H, dan wafat tahun 172 H/173/174 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 342 no. 2062]. 
2. Hadits Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa. 

Diriwayatkan oleh Abu Ya’laa[12] no. 6898, Ath-Thabaraaniy[13] dalam Al-Kabiir 23/216 no. 397 & 23/420-421 no. 1017, dan Abul-Fadh Az-Zuhriy[14] dalam Hadiits-nya no. 578; semuanya dari jalan Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahiim, dari Al-Hasan bin ‘Ubaidillah, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah Al-Khuzaa’iy, dari istrinya, dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada kami :
 صُمْ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِهِ: الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ 
“Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awalnya pada hari Senin, hari Kamis, dan kemudian hari Kamis berikutnya” [selesai]. 

Keterangan para perawinya : 
  • ‘Abdullah bin Muhammad bin Ibraahiim bin ‘Utsmaan Al-Khawaasitiy Al-‘Absiy, Abu Bakr bin Abi Syaibah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah, haafidh, shaahibut-tashaanif (mempunyai banyak karangan/tulisan). Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 235 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah. [Taqriibut-Tahdziib, hal. 540 no. 3600].

  • ‘Abdurrahiim bin Sulaimaan Al-Kinaaniy Ath-Thaa’iy, Abu ‘Aliy Al-Asyal Al-Marwaziy; seorang yang tsiqah, mempunyai beberapa tulisan. Termasuk thabaqah ke-8, dan wafat tahun 187 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 607 no. 4084]. 

  • Al-Hasan bin ‘Ubaidillah bin ‘Urwah An-Nakha’iy, Abu ‘Urwah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi faadlil. Termasuk thabaqah ke-6, dan wafat tahun 139 H/142 H. Dipakai oleh Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 239 no. 1264]. 
‘Abdurrahiim diselisihi Muhammad bin Fudlail dimana ia (Muhammad bin Fudlail) meriwayatkan hadits Al-Hasan bin ‘Ubaidillah dengan menggugurkan Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dan membawakan ibu Hunaidah sebagai ganti istri Hunaidah. 

Diriwayatkan oleh Abu Daawud[15] no. 2452, An-Nasaa’iy[16] no. 2419 dan dalam Al-Kubraa[17] no. 2740, Ahmad[18] no. 25940 & 26099, Abu Ya’laa[19] no. 6889 & 6898 & 6982, Ath-Thabariy[20] dalam Tahdziibul-Aatsaar no. 1219, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa[21] 4/294 dan dalam Syu’abul-Iimaan[22] no. 3854; dari beberapa jalan, semuanya dari jalan Muhammad bin Fudlail : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin ‘Ubaidillah, dari Hunaidah Al-Khuzaa’iy, dari ibunya, ia berkata : Aku pernah masuk menemui Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhaa dan aku bertanya kepadanya tentang puasa, lalu ia menjawab : 
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ 
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku untuk berpuasa tiga hari dalam setiap bulan : yang pertama adalah puasa di hari Senin dan Kamis”. Dalam riwayat Ahmad disebutkan dengan lafadh : 
يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، أَوَّلُهَا الِاثْنَيْنِ، وَالْجُمُعَةُ، وَالْخَمِيسُ 
“Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : awalnya pada hari Senin, Jum’at, lalu Kamis” [selesai]. Dalam riwayat An-Nasaa’iy (Al-Kubraa no. 2740) disebutkan dengan lafadh : 
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُ بِصِيَامِ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ أَوَّلَ خَمِيسٍ، وَالاثْنَيْنِ، وَالاثْنَيْنِ
 “Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari (dalam setiap bulan), yaitu : awal hari Kamis, hari Senin, dan hari Senin (berikutnya)” [selesai]. Dalam riwayat Ath-Thabariy (Tahdziibul-Aatsaar no. 1219), Al-Baihaqiy (Al-Kubraa, 4/294) dan Abu Ya’laa (no. 6898) disebutkan dengan lafadh : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ: الاثْنَيْنِ، وَالْخَمِيسَ وَالْخَمِيسَ 
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : hari Senin, hari Kamis, dan hari Kamis (berikutnya)” [selesai].

Dalam riwayat Al-Baihaqiy (Syu’abul-Iimaan no. 3854) disebutkan dengan lafadh : 
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَصُومَ ثَلاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَهَا الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ 
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu awalnya pada hari Senin dan Kamis” [selesai]. 

Lafadh hadits dalam jalur riwayat ini tidak menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah, sedangkan penetapan jenis hari dalam puasa tiga hari setiap bulan berbeda-beda. 

Muhammad bin Fudlail bin Ghazwaan bin Jariir Adl-Dlabbiy, Abu ‘Abdirahmaan Al-Kuufiy; seorang yang shaduuq. Termasuk thabaqah ke-9, wafat tahun 295 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 889 no. 6267]. Namun yang mahfuudh adalah riwayat ‘Abdurrahiim, karena ia lebih kuat/tsiqah dibandingkan Muhammad bin Fudlail. Dapat kita lihat, lafadh dari jalan riwayat ini tidak menyebutkan puasa awal bulan Dzulhijjah. 

Riwayat Ummu Salamah ini mempunyai jalan lain – selain jalan Hunaidah – yang juga tanpa ada penyebutan puasa awal bulan Dzulhijjah :

Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[23] no. 2365 dan dalam Al-Kubraa[24] no. 2686 : Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Bakr bin ‘Aliy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abun-Nashr At-Tammaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Salamah, dari ‘Aashim, dari Sawaa’, dari Ummu Salamah, ia berkata :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ مِنْ هَذِهِ الْجُمُعَةِ وَالِاثْنَيْنِ مِنَ الْمُقْبِلَةِ 
“Dulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu : hari Senin dan hari Kamis pada pekan ini, dan hari Kamis pekan berikutnya” [selesai]. 

Keterangan para perawinya : 
  • Abu Bakr bin ‘Aliy namanya adalah : Ahmad bin ‘Aliy bin Sa’iid bin Ibraahiim Al-Qurasyiy Al-Umawiy Al-Marwaziy, Abu Bakr Al-Qaadliy; seorang yang tsiqah lagi haafidh. Termasuk thabaqah ke-12, lahir tahun 202 H, dan wafat tahun 292 H. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 95 no. 81]. 

  • Abun-Nashr At-Tammaar namanya adalah : ‘Abdul-Malik bin ‘Abdil-‘Aziiz Al-Qusyairiy An-Nasaa’iy, Abu Nashr At-Tammaar Ad-Daqiiqiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 137 H, dan wafat tahun 228 H. Dipakai oleh Muslim dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 624 no. 4222]. 

  • Hammaad bin Salamah bin Diinaar Al-Bashriy, Abu Salamah; seorang yang tsiqah, lagi ‘aabid, orang yang paling tsabt dalam periwayatan hadits Tsaabit (Al-Bunaaniy). Berubah hapalannya di akhir usianya. Termasuk thabaqah ke-8, wafat tahun 167 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy secara muallaq, Muslim, Abu Daawud, Ar-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 268-269 no. 1507]. 

  • ‘Aashim bin Bahdalah/Ibnu Abin-Nujuud Al-Asadiy Al-Kuufiy, Abu Bakr Al-Muqri’; seorang yang shaduuq, namun mempunyai beberapa keraguan (wahm). Termasuk thabaqah ke-6, wafat tahun 128 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 471 no. 3071]. 

  • Sawaa’ Al-Khuzaa’iy; seorang perawi maqbuul. Termasuk thabaqah ke-3. Dipakai oleh Abu Daawud dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 433 no. 2692].
3. Hadits Hafshah bintu ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhaa. 

Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy[25] no. 2416 dan dalam Al-Kubraa[26] 3/197-198, Ahmad[27] no. 25919, Abu Ya’laa[28] no. 7041 & 7048, Ibnu Hibbaan[29] 14/332-333 no. 6422, Ath-Thabaraaniy[30] dalam Al-Ausath no. 7831 dan dalam Al-Kabiir[31] no. 354 & 396, Al-Khathiib[32] dalam At-Taariikh 10/150 & 10/338 & 14/328, dan Al-Mizziy[33] dalam Tahdziibul-Kamaal 33/28; semuanya dari jalan Abun-Nadlr Haasyim bin Al-Qaasim : Telah menceritakan kepada kami Abu Ishaaq Al-Asyja’iy Al-Kuufiy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Qais Al-Mulaa’iy, dari Al-Hurr bin Ash-Shayyaah, dari Hunaidah bin Khaalid Al-Khuzaa’iy, dari Hafshah, ia berkata : 
أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامَ عَاشُورَاءَ، وَالْعَشْرَ، وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ
 “Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu : (1) puasa ‘Aasyuuraa’, (2) puasa sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah, (3) puasa tiga hari dalam setiap bulan, dan (4) dua raka’at shalat sunnah sebelum Shubuh” [selesai]. 

Keterangan para perawinya : 
  • Haasyim bin Al-Qaasim bin Muslim, Abun-Nadlr Al-Laitsiy Al-Baghdaadiy; seorang yang tsiqah lagi tsabat. Termasuk thabaqah ke-9, lahir tahun 134 H, dan wafat tahun 205 H/207 H di Baghdaad. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1017 no. 7305 dan Mu’jamu Syuyuukh Al-Imaam Ahmad hal. 361 no. 254]. 

  • Abu Ishaaq Al-Asyja’iy Al-Kuufiy; seorang yang majhuul. Termasuk thabaqah ke-8. Dipakai oleh An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1107 no. 7990 dan Tahriirut-Taqriib, 4/148 no. 7933]. 

  • ‘Amru bin Qais Al-Mulaaiy, Abu ‘Abdillah Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah lagi mutqin. Termasuk thabaqah ke-6, dan wafat tahun 146 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Adabul-Mufraad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 743 no. 5135]. 
Sanad riwayat ini ghariib lagi tidak shahih hingga Hunaidah karena kemajhulan Abu Ishaaq Al-Asyja’iy. Ibnu Abi Haatim rahimahullah berkata :
 وَسألت أبي، وَأَبَا زُرْعَةَ عَنْ حديث رَوَاهُ شَرِيكٌ، عَنِ الْحُرِّ بْنِ الصَّبَّاحِ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ: " أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ مِنَ الشَّهْرِ الاثْنَيْنَ، وَالْخَمِيسَ الَّذِي يَلِيهِ، ثُمَّ الاثْنَيْنَ الَّذِي يَلِيهِ ". فَقَالا: هَذَا خَطَأٌ، إِنَّمَا هُوَ الْحُرُّ بْنُ صَبَّاحٍ، عَنْ هُنَيْدَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ امْرَأَتِهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 “Dan aku pernah bertanya kepada ayahku dan Abu Zur’ah tentang hadits yang diriwayatkan oleh Syariik, dari Al-Hurr bin Ash-Shabbaah, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, yaitu hari Senin, hari Kamis berikutnya, dan hari Kamis berikutnya. 
Mereka (Abu Haatim dan Abu Zur’ah) berkata : ‘Hadits ini keliru, Hadits itu hanyalah hadits Al-Hurr bin Ash-Shabbaah, dari Hunaidah bin Khaalid, dari istrinya, dari Ummu Salamah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam” [Al-‘Ilal 3/33-34 no. 671]. 

Dengan melihat keseluruhan jalur periwayatan yang disebutkan di atas, nampak adanya idlthirab dalam sanad dan matannya yang berporos pada Hunaidah. Bahkan, jalur periwayatan yang tidak menyebutkan tambahan lafadh puasa di awal bulan Dzulhijjah lebih kuat. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, Hunaidah adalah perawi yang diperselisihkan status kebershahabatannya. 

Ibnu ‘Abdil-Barr dan Ibnu Mandah memasukkannya dalam golongan shahabat. Ibnu Hibbaan memasukkanya dalam golongan shahabat, namun di tempat lain memasukkanya dalam golongan tabi’iin. Al-‘Alaaiy mengatakan bahwa Ash-Shaghaaniy memasukkannya dalam golongan yang diperselisihkan status kebershahabatannya, dan ia (Al-‘Alaaiy) sendiri memasukkannya dalam golongan tabi’iin. Adz-Dzahabiy memasukkannya dalam golongan tabi’in. Yang raajih – wallaahu a’lam -, ia bukan termasuk shahabat. Ia tidak meriwayatkan hadits dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Hanya Ibnu Hibbaan rahimahullah yang mentsiqahkannya. Adanya idlthiraab tersebut di atas merupakan satu qarinah akan kurangnya sifat dlabth yang ada pada diri Hunaidah, wallaahu a'lam. 

Selain itu, hadits tersebut kontradiktif dengan hadits :
 حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَأَبُو كُرَيْبٍ، وَإِسْحَاق، قَالَ إِسْحَاق: أَخْبَرَنَا، وَقَالَ الْآخَرَانِ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: " مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ " 
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, dan Ishaaq – Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami, sedangkan yang lain : Telah menceritakan kepada kami – Abu Mu’aawiyyah, dari Al-A’masy, dari Ibraahiim, dari Al-Aswad, dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa, ia berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada sepuluh hari pertama (secara penuh) bulan Dzulhijjah” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1176].

Baca juga Puasa di awal bulan Dzulhijjah

1 komentar:

Majalah Masjid Kita mengatakan...

terimakasih utk postingan yang mencerahkan ini ;)