Sumber dari Republika Online
Sesungguhnya ada perbedaan persepsi antara Islam dan pandangan kebanyakan masyarakat Muslim di negara kita tentang kriteria wali Allah. Dalam Islam, wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa. Mereka merasa gerak-geriknya diawasi oleh Allah sehingga selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah berfirman, "Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.'' (QS Yunus [10]: 62-64).
Ibnu Katsir mengatakan, pada ayat tersebut di atas Allah menjelaskan bahwa wali-wali-Nya adalah mereka yang beriman dan selalu bertakwa. Setiap mukmin yang bertakwa adalah wali Allah yang tidak mempunyai kekhawatiran terhadap apa yang akan mereka hadapi pada hari kiamat nanti dan tidak pula bersedih akan apa yang mereka tinggalkan di dunia ini.
Sedangkan, kriteria wali Allah yang berkembang dalam masyarakat lebih ditekankan pada aspek karomah yang ada pada diri orang yang dianggap wali Allah tersebut seperti berjalan di atas air, shalat di atas angin, bisa membaca pikiran orang, atau kesaktian-kesaktian lainnya. Kesimpulannya, mereka yang mempunyai kesaktian-kesaktian itulah yang dianggap sebagai wali.
Padahal, kesaktian-kesaktian itu bisa juga dilakukan dan diperlihatkan oleh dukun, paranormal, atau tukang sihir. Dalam Islam, ada atau tidaknya karomah dalam diri seseorang bukanlah menjadi ukuran bagi seseorang dianggap sebagai wali Allah atau bukan. Ukurannya adalah kokohnya keimanan di dalam hati dan ketakwaan yang terpancar dalam ibadahnya serta akhlak dan muamalah kepada sesamanya.
Para sahabat Nabi Muhammad tidak pernah memanggil ahli ibadah di antara mereka dengan sebutan wali atau auliya Allah. Rasyid Ridha menegaskan, tidak pantas bagi seorang Muslim meyakini secara pasti bahwa seseorang yang telah meninggal itu sebagai wali Allah yang diridai-Nya dan akan mendapatkan yang dijanjikan Allah kepada auliya-Nya.
Sebab, hal itu merupakan sikap melampaui batas dalam hal ilmu gaib dan tergolong mengatakan sesuatu tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan. Para ahli ilmu telah bersepakat bahwa akhir hidup seseorang tidak ada yang mengetahuinya dan kita tidak boleh memastikan seseorang mati dalam keimanan dan akan mendapatkan surga Allah kecuali ada nash dari Allah dan Rasul-Nya.
Kita hanya berbaik sangka kepada semua orang beriman dan orang yang kita lihat keistiqamahannya dalam beragama. Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari menegaskan hal tersebut. Ada seorang perempuan bernama Ummul A'la, seorang perempuan Anshar yang pernah berbaiat kepada Rasulullah, berkisah bahwa pada saat itu dilakukan undian untuk melayani para Muhajirin.
Menurut Ummul A'la, ia mendapati Utsman bin Mazh'un yang kemudian tinggal di rumahnya. Sayangnya, Utsman jatuh sakit yang menyebabkan kematiannya. Di hari kematiannya, setelah dimandikan lalu dikafani, Rasulullah masuk dan Ummul A'la mengatakan, "Rahmat Allah atas dirimu wahai Abu Saib (Utsman bin Mazh'un), persaksianku terhadap dirimu bahwa Allah telah memuliakan dirimu.''
Rasulullah bersabda, "Dari mana kamu tahu Allah telah memuliakannya?" Ia menjawab, "Ayahku sebagai taruhan atas kebenaran ucapanku, ya Rasulullah. Lalu, siapa yang Allah muliakan?'' Rasul menjawab, "Adapun dia, telah datang kematiannya. Demi Allah berharap kebaikan untuknya. Demi Allah aku sendiri tidak tahu-padahal aku ini adalah utusan Allah-apa yang nantinya akan diperlakukan terhadap diriku.''Ummul 'Ala mengatakan, "Demi Allah aku tidak lagi memberikan tazkiyah (persaksian baik) setelah itu selama-lamanya.'' (HR Bukhari). Wallahu a'lam bish shawab.
3 komentar:
aku bukan wali Alloh tp aku sedang mengikuti mereka,mereka tidak sepertiku,mereka sudah di jaga dari dosa,hati mereka selalu khusuk meneriakkan kalimat dzikir telinga mereka pun mendengar teriakan hati mereka,jadi sudah jelas lah mereka berbeda dengan ku,penyakit hati sudah lenyap dari hati mereka tidak menggambar dzat Alloh sedikitpun d hati mereka,barang yang najis seperti nafsu nafsu yang buruk pun telah lenyap dari hati mereka,jadi benarlah jika malaikat mendatangi mereka dan menghapus rasa sedih dan khawatir di hati mereka,,,, karna malaikat tidak akan masuk kedalam rumah jika ada gambar dan daging anjing di rumah itu,,,, dan luar biasa hati mereka ibarat rumah yang tidak ada gambar dan daging anjingnya,,,,,,,,,
Alqur'an dan Alhadist adalah dasar yang seperti sungai jika d minum secara langsung maka kotoran akan masuk ketubuh kita,dan wali wali Alloh lah yang menyaring AlQur'an dan AlHadist sehingga pemahamanya pun benar,sehingga ibarat air yang sudah steril dan dikemas siap minum,,,,,,,
aku anjurkan saudari mencari guru seorang wali agar pemahaman saudari tidak menyesatkan orang lain,,,,,,,,,,,,,, matur nuwun.............. ini email ku batikdadilaris@gmail.com
saya suka postingannya.
Betul sob....sepaham dgm mu
Posting Komentar