Kamis, 29 Desember 2011

Apakah tidak ikhlas bila beribadah mengharap surga menghindari neraka

Sumber dari Republika Online

Alquran tidak pernah mempertentangkan ikhlas beribadah karena Allah dengan pengharapan pada pahala dan surga-Nya serta takut pada neraka dan siksa-Nya. Bahkan, banyak ayat Alquran yang menegaskan hal itu. Dalam Surah al-Furqan, Allah menyebutnya sebagai bagian dari ciri hamba-hamba Allah.

"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (QS al-Furqan [25]: 66). Hal yang sama dijelaskan dalam Surah Ali Imran ayat 16. Di sisi lain, Allah menjanjikan bagi orang beriman dan beramal saleh balasan yang baik.

Balasan tersebut adalah surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Bahkan, Nabi Ibrahim, nenek moyang para nabi, berdoa kepada Allah untuk masuk surga dan memohon perlindungan dari kehinaan di hari pembalasaan, yaitu neraka. Hadis-hadis Nabi banyak yang menganjurkan umat Islam untuk beribadah agar memperoleh nikmat surga Allah dan terhindar siksa neraka.
Misalnya, haji yang mabrur tiada balasan baginya kecuali surga (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam hal ini, Imam Ibnu al-Qayyim, dalam kitabnya Madarij al-salikin, mengambil sikap pertengahan antara kaum sufi dan penentangnya. Beliau menjelaskan, yang dimaksud dengan surga bukanlah nama bagi pohon atau buah, makanan dan minuman, bidadari, sungai-sungai, serta istana-istana megah.

Kebanyakan orang salah dalam memahami surga sebab surga merupakan nama tempat bagi segala bentuk kenikmatan. Nikmat surga yang paling tinggi adalah melihat wajah Allah dan berdekat-dekatan dengan-Nya. Melihat dan bertemu Allah, itulah intinya nikmat surga yang diharapkan orang beriman yang tidak dapat dibandingkan dengan nikmat-nikmat lain yang ada di surga.

Jadi, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Allah disembah tidak untuk mengharapkan surga-Nya dan tidak karena takut pada neraka-Nya. Padahal, neraka itu adalah tempat bagi orang yang mendapat kemarahan dan kebencian Allah. Dengan demikian, tidak bertentangan antara ikhlas beribadah kepada Allah dan mengharapkan surga Allah serta takut akan azab neraka-Nya.

Allah telah berjanji dalam Alquran, orang yang diridhai-Nya akan dimasukkan ke surga, sedangkan orang yang dimurkai dan dibenci-Nya akan dimasukkan ke dalam neraka. Janji Allah itu pasti karena Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya. Wallahu a'lam bish shawab.

2 komentar:

MUXLIMO mengatakan...

setuju dengan ini
{Nikmat surga yang paling tinggi adalah melihat wajah Allah dan berdekat-dekatan dengan-Nya. Melihat dan bertemu Allah, itulah intinya nikmat surga yang diharapkan orang beriman yang tidak dapat dibandingkan dengan nikmat-nikmat lain yang ada di surga.}

sesuai dengan tujuan penciptaan manusia dan jin,

Adh-Dhariyat (51) ayat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.

Yang dikhawatirkan pada umat adalah mengharapkan surga, sambil tak mau kenal dengan sebenar-benarnya kenal pada Pemiliknya. Sedangkan surat yang jelas-jelas menyatakan ke-Diri-an Allah adalah surat al-Ikhlas, bukan al-Ahad. :D

andi mengatakan...

bila kita diperhadapkan dengan pertanyaan ini bagaimana sikap kita :" andai sorga dan neraka itu tidak ada masihkah kita mau beribadah dan sujud kepada Allah " apapun jawaban kita adalah ukuran keimanan kita.